11.

61 6 0
                                    


Tak henti-hentinya Aldiano mencoba menghubungi nomor tersebut yang nampaknya tidak ada respon apapun. Sembari menyiapkan diri berganti pakaian dan salah satu tangannya menyambar jaket yang menggantung di belakang pintu. Sepertinya, dia memang harus pergi sesuai titik lokasi dikirimkan padanya.

Tak bisa ditutupi, terselip rasa khawatir terhadap Jian. Pikiran Aldiano sekarang pun tak tenang dan kacau, sebelum dia melihat Jian secara langsung di hadapan matanya.

Pertahanan hati Aldiano selama tiga tahun lamanya, seketika hancur. Hanya karena mendapatkan pesan singkat bahwa seseorang yang pernah sangat dicintainya dahulu dalam kondisi bahaya.

Jika boleh jujur, Aldiano bukanlah tipe cowok yang mudah melupakan suatu hubungan begitu saja dalam sekejab. Dia terbilang susah dalam hal mencintai seseorang dan sekali mencintai dia bersungguh-sungguh.

Dengan memakai jaket Aldiano keluar dari kamar, dan secara tergesa-gesa menuruni anak tangga. Saking cepatnya hanya butuh 30 detik, sampai di lantai bawah.

"Woi, lo mau kemana" Tanya Aline, asyik menonton televisi di ruang keluarga. Namun, sedikit terganggu dengan suara grasak-grusuk dari Kakaknya.

Aldiano tak memberikan jawaban, pikirannya sekarang hanya fokus dan membayangkan apa yang akan terjadi pada Jian disana selama seharian penuh. Dia terus berlari dari ruang keluarga menuju pintu besar depan rumah.

"Al, kamu kemana?" Tanya Mama Riska di dapur saat melihat kepergian anaknya secepat kilat bahkan melalui dirinya begitu saja tanpa pamit. Seakan ada hal yang penting sekali di luar sana, sampai mengabaikan orang rumah.

"Ada urusan bentar" Teriak Aldiano dari ambang pintu. Kemudian, tak lama dia menutup pintu cukup kencang dan akhirnya keluar rumah.

Jelas Aldiano tak akan bilang jika urusan tersebut ada sangkut pautnya dengan Jian. Karena, dipastikan semua orang di rumah menentang tindakan sekarang. Mereka cukup membenci Jian, setelah kejadian itu.

Bisa dibilang mereka tahu sejauh apa terpuruknya Aldiano saat itu, setelah kepergian Jian tanpa sebab yang jelas.
Sehingga, mereka tak ingin Aldino mengalami rasa sakit itu untuk kedua kalinya.

💙💙💙

Akhirnya setelah perjalanan kurang lebih satu jam lamanya sampai hari mulai terlihat menggelap, Aldiano sampai ke lokasi tersebut. Cukup terpencil dan terlihat seperti suatu gudang barang rongsokan.

Aldiano memberanikan diri membuka gudang tersebut hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring akibat pintu besi mengenai dinding. Aldiano langsung mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru gudang.

Mata Aldiano sedikit menyipit, melihat seseorang yang terikat di kursi dari kejauhan. Kemungkinan besar itu adalah Jian, walaupun tak terlihat dengan jelas.

Tak pelak, itu membuat Aldiano langsung mendekat dengan berlari kencang menolong.

Namun,...

Saat jarak Aldiano tinggal beberapa meter lagi. Ada seseorang memberikan pukulan kuat menggunakan kayu balok pada punggung Aldiano hingga jatuh tersungkur ke bawah lantai.

Dengan menahan rasa sakit di bagian punggung, Aldino mencoba bangkit berdiri dengan tertatih-tatih. Aldiano berbalik badan, melihat seseorang yang sudah berani menyerangnya. Orang itu berpakian serba hitam menggunakan masker.

Merasa tak terima, Aldiano membalas menonjok dengan tenaga yang tersisa. Tapi, sungguh disayangkan seseorang tersebut berhasil menangkis. Dan, malah melakukan perlawanan dengan menonjok perut Aldiano.

"Pergi.., gue udah lapor polisi" Ucap Aldiano lemah dan tak berdaya lagi.

Sebuah ancaman berhasil membuat nyali orang itu menciut dan pergi menjauh. Ini menjadi kesempatan Aldiano melanjutkan langkah kaki perlahan dengan menahan rasa sakit yang menjalar di punggung sekaligus perut.

Sesampainya, disana. Aldiano melepas ikatan tali yang melekat di tangan Jian dengan belakang kursi.

Disaat terlepas, seketika Jian langsung memeluk Aldiano cukup erat. Dia tahu, Aldiano orang yang selalu ada disaat dirinya butuh apapun dan mengalami kesulitan sedari dulu hingga detik ini.

"Lepasin gue" Aldiano menjauhkan tangan Jian yang melingkar di punggungnya.

"Gue hanya ingin membantu, gak lebih" Kata Aldiano, penuh penekanan.

"Al, anterin gue pulang ya pliss" Mohon Jian menyatukan kedua telapak tangannya.

Tatapan mata Aldiano menelisik penampilan Jian nampak lusuh dari baju hingga celana, rambut pun acak-acakan. Dia tak mungkin tega, membiarkan Jian seorang perempuan sendirian di tempat sepi begini.

"Oke"

"Makasih Al, gue kangen banget sama lo"

Aldiano tak menjawab, dia memilih lebih dahulu menjauh menuju pintu depan keluar gudang. Tentu, dengan rasa nyeri yang cukup menjalar ke seluruh tubuh. Terutama bagian punggung dan perut.

Jian tersenyum, memandangi Aldiano yang berjarak beberapa meter darinya. Dia tahu, diam-diam Aldiano masih memberikan perhatian atau bahkan mencintai dirinya.

Sebenarnya, Jian sendiri hingga sekarang masih merasakan hal yang sama. Hanya saja, ada perintah mengharuskan dirinya patuh pada seseorang yang memimpin ini semua. Dia tak bisa melawan. Ada hal yang harus dipentingkannya sekarang.

Walaupun, menyakiti hati Aldiano. Tapi, Jian berharap suatu saat Aldiano bisa memaafkan dan kembali kepada dia. Setelah, semua permasalahan dirinya terselesaikan.

Oke sekian guyss

Tungguin lanjutannya

Berikan vote dan komen

See you

💙💙💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang