58.

12 4 0
                                        


Tak ada pilihan lain, bagi Aldiano selain meminta bantuan Zelvanya mengenai Mama Riska. Apalagi, dia terus-menerus didesak oleh Aline.

Aldiano juga melihat bagaimana Mamanya kemaren sewaktu bertemu Zelvanya di restoran. Seperti, lupa akan Papanya. Bahkan, raut wajahnya teramat senang seakan lupa tentang kesedihan.

Walau, Aldiano sebenarnya sedikit ragu apalagi mereka alias dia dan Zelvanya terus-menerus dipantau. Tapi, mau bagaimana lagi Aldiano harus mempertemukan Mama dan Zelvanya selama beberapa hari ke depan di rumah ini.

Salah satu cara terbaik, Aldiano menghilangkan pikiran Sang Mama mengenai Papa. Entah mengalah dan berkoban sekalipun, tak masalah selama ini demi kebaikan Mamanya.

Bahkan, Mama Riska terkadang tak mau makan sama sekali. Bisa dibilang, ini semenjak Papanya tak ada kabar. Jika, dirinya memberitahukan pada Mama kalau Papa disekap mungkin Mama stressnya semakin parah.

Aldiano sedang menunggu Zelvanya, datang kemari.

Namun, Aldiano merasa Zelvanya terlalu lama. Tak kunjung datang, Aldiano memberikan pesan whatsapp
pada Zelvanya.

Lo dimana

Udah jalan belum

Kalau lama gue otw rumah lo

Aldiano menghembuskan nafas gusar, selama beberapa menit tak ada jawaban, dia beralih menelepon Zelvanya.

"Halo, lo dimana" Tanya Aldiano lebih dahulu, saat terhubung.

"Ini di depan rumah kamu, saya lagi ngurus penguntit yang suka ngikutin kita"

Aldiano tersenyum kecil, perempuan itu selalu bisa menangani semuanya. Sepertinya, dia terlalu mandiri. Semua kekhawatiran Aldiano menghilang.

"Oke gue bukakan pintu"

Lalu, Zelvanya langsung memutuskan sambungan.

💙💙💙

Setelah diurus oleh anak buahnya si pengutit tersebut, Zelvanya beranjak pergi menuju rumah Aldiano.

"Permisi, saya mau bertemu Al" Kata Zelvanya, di depan pagar rumah Aldiano.

Sang satpam berjalan mendekati dan memperhatikan beberapa detik, setelah mengenali siapa yang datang. Lalu, tak berapa lama dia membukakan pintu pagar.

Zelvanya permisi lalu masuk ke dalam. Dan, ternyata itu bertepatan saat Aldiano membukakan pintu depan rumahnya.

"Silahkan masuk" Ujar Aldiano datar,

Zelvanya menganggukkan kepala, melangkah memasuki rumah ini, kalau dihitung-hitung ini sudah ketiga kalinya. Tak ada yang berbeda, tapi yang jelas rumah ini cukup nyaman ditinggali.

Namun baru saja beberapa langkah, handphone Zelvanya berdering. Zelvanya melirik sekilas handphone itu. Kebetulan, sejak tadi memang berada digenggaman.

A

Anak buahnya ternyata. Sengaja, Zelvanya menamainya begitu.

Dia langsung mengangkatnya tanpa pikir panjang. Siapa tahu di luar sana ada sesuatu masalah dengan mereka yang kabur atau bagaimana.

"Bos, saya rasa satpam di rumah ini mencurigakan"

"Kamu serius" Tanya Zelvanya tak percaya.

"Iya, saya sudah menyita handphone miliknya. Karena sewaktu bos masuk ke dalam rumah dia seperti ingin menelepon seseorang"

Zelvanya menggeleng,

"Oke, sebentar"

Kemudian Zelvanya memutuskan sambungan. Tak disangka orang di balik ini semua, mempersiapkan sebegininya hanya untuk menghancurkan keluarga Aldiano. Benar-benar gila,

Zelvanya tersenyum sinis, pantas saja.

"Kamu tahu siapa yang mecahin kaca jendela dan ngasih ancaman?"

"Enggak"

Aldiano mengerutkan kening, sedikit bingung. Mengapa tiba-tiba Zelvanya menanyakan hal ini. Bukankah semua itu sudah berlalu. Lagipula, yang penting sekarang kondisi Mamanya.

"Kita keluar sekarang"

"Ngapain"

"Udah lihat aja nanti"

Zelvanya berbalik arah, menuju keluar. Begitupula dengan Aldiano mengacir di belakangnya.

Aldiano kembali bingung sesaat melihat satpam rumahnya sudah diikat kedua tangannya ke belakang bahkan di kedua sisinya ada dua orang berotot. Cukup menyeramkan.

"Itu pelakunya, yang sudah ngasih ancaman buat keluarga kamu"

Sang satpam terdiam, menunduk tak bisa bicara. Dia hanya diperintahkan untuk mencari informasi keluarga ini. Terutama, Aldiano dan Zelvanya.

Mau bagaimana lagi, ini terpaksa dirinya lakukan demi uang untuk kebutuhan keluarganya di kampung.

Aldiano meneguk ludah, tak percaya. Sang satpam yang dipekerjakan selama ini, membohongi dirinya.

"Maaf, tuan. Saya tahu saya salah tapi saya akan perbaiki semuanya. Saya.."

"Kamu..., saya pecat pergi sekarang" Teriak Aldiano penuh kilatan emosi.

Zelvanya menggeleng, tak setuju.

"Al, jangan gitu"

"Caranya, cukup kamu.." Zelvanya menyorot tajam ke arah satpam.

"Harus bersedia menuruti perintah kita berdua. Ingat berikan informasi apapun ke orang itu harus melalui persetujuan kita"

"Hubungi orang itu sekarang dan bilang, Al dan saya sudah resmi membatalkan kontrak. Karena kamu melihat saya datang kemari untuk menyerahkan pembatalan perjanjian kontrak"

"Cepat lakukan di depan kita semua"

Zelvanya mengangguk penuh yakin, ini pasti membuat pihak disana kesenangan. Dan, mengira mereka memang putus kontrak. Ini cukup menguntungkan pihak Aldiano dan Zelvanya untuk ke depannya.

See you next part

Cukup lah yaa, gimana part kali ini kacau atau sangat kacau😁

Berikan vote dan komentar

Lop youu all💙

Pokoknya, tungguin terus ya lanjutannyaa..

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang