27.

39 6 0
                                        


Pada awalnya, Zelvanya cukup enggan menemui Aldiano secara langsung. Dia masih sibuk mengurus ini-itu mengenai masalah launching produk baru, tapi mau bagaimana lagi Aldiano terus mendesak dengan semangat yang menggebu-gebu. Entah ada apa dengan anak itu, Zelvanya tak mengerti.

Mau tak mau, Zelvanya mengikuti saja keinginan Aldiano. Walaupun, dia tak menyangka Aldiano yang terlihat agak pendiam bisa menyerocos panjang lebar hanya demi memaksa mereka bertemu hari ini.

Handphone Zelvanya kembali berdering untuk kesekian kalinya, masih dengan sosok yang sama menghubunginya, yaitu..

Al

Zelvanya menggelengkan kepala, sebelum akhirnya mengangkat.

"Gue dah sampe"

"Iya" Sahut Zelvanya singkat, lalu memutuskan sambungan telepon.

Zelvanya menghembuskan nafas panjang, sembari membereskan berkas-berkas penting agar tersusun rapi. Kalau boleh jujur, dia tak ingin bertemu Aldiano sekarang. Entah kenapa lagi males aja gitu.

Dengan raut wajah terpaksa Zelvanya melangkah keluar dari ruangan kerja menuju lift. Tepatnya, dia akan ke lantai bawah parkiran perusahaan.

"Bu, mau kemana makan siang keluar" Tegur Reina, saat Zelvanya baru keluar dari ruangan.

"Hm, ada lah" Jawab Zelvanya seadanya,

Lalu, Zelvanya melanjutkan langkah kakinya gontai. Sementara, Reina mengangkat alisnya bingung melihat kepergian Zelvanya.

Aneh, tak seperti biasanya.

💙💙💙

Tak butuh lama, akhirnya sampai juga Zelvanya di area parkiran perusahaan. Pertama kali yang Zelvanya lakukan sewaktu menginjakkan kaki di luar, celingak-celinguk mencari Aldiano.

Hanya dalam hitungan detik Zelvanya menemukan seorang sosok yang kemungkinan besar adalah Aldiano. Dikarenakan, sosok tersebut tengah melambai-lambaikan tangan ke arahnya sembari bersender di depan mobil.

Zelvanya menghela nafas berat, lalu berjalan mendekatinya. Entah dugaan Zelvanya benar atau tidak. Soalnya, orang itu menggunakan masker dan kacamata hitam. Sehingga tak terlalu jelas wajahnya.

Kini Zelvanya berdiri, tepat di depannya.

"Ayo, langsung masuk" Ujarnya, sembari melangkah masuk ke mobil.

"Saya pakai mobil sendiri" Kata Zelvanya penuh penekanan, yang menghentikan langkah kaki Aldiano.

Sebenarnya ini yang Zelvanya mau, mereka tak perlu berbarengan dalam satu mobil segala. Dia bisa pergi sendiri ke lokasi yang Aldiano tuju. Tak perlu, bersikap begini. Sungguh, mengesalkan. Lagipula, sejak awal Zelvanya tak benar-benar mau menemui Aldiano.

"Udah masuk aja, gue cerita di mobil"

Zelvanya menghela nafas kesekian kalinya, dengan berat hati melangkah ke sisi kiri mobil Aldiano.

Pertama kali seumur hidup selama dua puluh tahun lebih, seorang Zelvanya bisa masuk ke dalam mobil laki-laki. Tak pernah dia sangka, terjadi akhirnya.

Saat sudah duduk di dalam mobil, Zelvanya melihat ke segala penjuru bagaimana kondisi mobil ini. Bisa dibilang mobil ini cukup terawat, dan tak berantakan. Ternyata, cowok ini suka kebersihan. Tak seburuk yang dia pikirkan.

"Jian minta gue ngerahasian ini semua karena dia gak mau karier modelnya hancur dan dicap buruk oleh orang lain" Ucap Aldiano mendadak, dengan tatapan lurus ke depan.

Zelvanya mengangguk,

"Terus" Kata Zelvanya, agar dilanjutkan ceritanya.

"Di hotel, Jian bilang dia dijebak katanya ada pemotretan majalah untuk promosi hotel. Padahal, nyatanya enggak malah ada cowok-cowok gak bener yang mau mele.."

"Kamu percaya?" Potong Zelvanya,

Sampai detik ini pun, Zelvanya ragu dan tak pernah mempercayai ucapan yang Jian lontarkan pada Aldiano.

Bahkan, dari awal hingga akhir cerita pun. Seakan-akan, Jian membuat cerita semenarik mungkin untuk menipu Aldiano. Supaya, Aldiano tak tega dan menutupi semuanya.

"Sekarang, gue gak percaya"

Zelvanya mengangguk beberapa kali, baguslah ternyata sedikit ada kemajuan. Pikiran Aldiano mulai terbuka. Sehingga, dia tak perlu meragukan Aldiano lagi. Ataupun, mengorek informasi lebih dalam mengenai Aldiano. Dia sudah bisa melihat kejujuran dari kedua mata Aldiano.

"Kenapa baru sekarang mau jujur" Tanya Zelvanya penasaran,

Aldiano menghembuskan nafas dalam-dalam, rasa hatinya terlalu sesak untuk bercerita. Tetapi, Aldiano akan berusaha sebisanya.

"Gue dibohongi Jian,..."

Aldiano menceritakan semua hal sedetail mungkin mengenai informasi Jian yang baru dia dapatkan, yang katanya diculik di apartement ternyata malah bohong belaka termasuk jalan bersama. Tak lagi, dia berusaha melidunginya. Dia sudah terlalu lelah, lebih tepat hatinya sudah lelah akan semua kebohongan yang Jian buat.

Memang benar, di hati terdalam Aldiano, masih belum sepenuhnya move on pada Jian. Hati kecilnya sedikit berharap bahwa mereka bisa kembali seperti dahulu. Harapan yang bodoh, bukan.

Sekian yaa guyss

Cukup lah yaa💙💙💙

Thankyouu

Suka gak sih, cerita disini yaaa

Berikan vote dan komen yaa, harus pake bangetttt dahhh

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang