25.

43 6 0
                                    


Zelvanya menatap Reina beberapa detik, sembari mencoba merangkai kata-kata yang tepat agar tidak terlalu menyakiti perasaan Reina. Dia tahu, Reina sangat peduli dan perhatian padanya. Namun, kadang kala Reina terlalu berlebihan menyikapinya dan mudah terbawa perasaan.

"Rei, biar ini saya yang urus, kalau ada masalah nantinya"

Reina menganggukkan kepala beberapa kali. Sebenarnya, memang ini bukan urusannya dan seharusnya sejak awal dia tak perlu ikut campur. Hanya saja, dia takut seandainya Zelvanya malah mengalami hal sulit karena Aldiano.

Reina sudah menganggap Zelvanya, bukan hanya sekedar pimpinan. Namun, layaknya seorang teman. Mereka terbilang cukup dekat disaat di luar tempat kerja.

Dan, entah kenapa seorang Zelvanya bisa secara sukarela membantu Aldiano? Pikir Reina dalam hati. Zelvanya bukan tipe orang yang suka membuang waktu percuma.

Dari raut wajah Reina, bisa tergambar bahwa masih ada yang kurang dari penjelasan Zelvanya. Seakan masih ada yang mengganjal. Tentu, Zelvanya bisa merasakannya.

"Rei, saya membantu Al juga dengan kontrak bisnis"

Zelvanya membuka laci meja kerjanya dan menyerahkan berkas yang dia dan Aldiano tandatangani.

Reina melihat berkas itu sekilas. Pantas saja, seorang Zelvanya mau turun tangan membantu Aldiano. Sungguh berbeda dari biasanya. Semua ini karena ada sesuatu yang dapat menguntungkan perusahaan. Pemikiran Zelvanya memang tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.

"Baiklah, Bu. Ini beberapa investor yang udah setuju dengan produk ramah lingkungan"

Akhirnya, Reina sudah kembali seperti sedia kala. Zelvanya cukup mengenal jika Reina cuma lebih banyak diam dan mengangguk. Itu artinya, masih ada yang cukup mengganjal di hatinya.

Reina memang salah satu sosok yang selalu ada untuk dirinya dimanapun dan kapanpun, sehingga Zelvanya tak ingin kehilangan sosok teman yang sebaik Reina.

Tak berapa lama, Reina berangsur keluar dari ruangan Zelvanya. Setelah beberapa hal yang disampaikan mengenai investor  dan masalah perombakan produk agar lebih efesien dan murah.

Kembali, handphone Zelvanya berdering untuk kedua kalinya.

Al

Ada apa dengan laki-laki itu lagi?

Zelvanya yang mumpung tak ada kesibukan, mengangkatnya.

"Halo, ada apa ya?"

"Gue mau bahas cerita Jian di hotel secara keseluruhan tanpa ada yang dirahasiakan"

Zelvanya mengerutkan kening, rada tak percaya sekaligus bingung dengan perubahan sikap Aldiano mendadak sekali. Apa kini Aldiano tak bersikap seolah-olah melindungi Jian lagi?

Sepertinya, Zelvanya bisa memulai untuk mempercayai kata-kata Aldiano sepenuhnya. Tanpa, ada keragu-raguan seperti sebelumnya.

Tapi, kita lihat nanti bagaimana?

💙💙💙

Satu jam sebelumnya

Aldiano sudah terlampau emosi karena selama seminggu berturut-turut susah sekali menghubungi Zelvanya. Zelvanya benar-benar mengabaikan dirinya berpuluhan kali via telepon dan whatsapp. Tepatnya setelah, kontrak perjanjian tersebut.

Padahal, Aldiano sudah melakukan pemindahan dana sebelum 24 jam. Pikiran negatif Aldiano menganggap Zelvanya sudah membohongi dan menipu dirinya. Karena, dia tak ahli di bidang begini sehingga mudah saja dikecoh oleh orang lain.

Kini, Aldiano dalam perjalanan menuju ke perusahaan Zelvanya. Dia sedikit terpikir ingin menuntut dan segala hal yang mengarah ke hukum.

Saat pemberhentian di lampu merah,

Aldiano mencoba-coba menelepon Zelvanya sekali lagi. Ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi Zelvanya. Jika, memang tak diangkat maka dia akan melabrak Zelvanya secara langsung.

Beruntung, ternyata Zelvanya kali ini mengangkatnya. Selama beberapa menit pembicaraan, Aldiano pun merasa lebih tenang dan pikirannya jernih mendengar setiap omongan Zelvanya.

Bagaimanapun, wajar bukan bagi Aldiano seandainya dia merasa kesal dengan sikap Zelvanya disaat dirinya sudah memberikan sejumlah uang yang cukup besar. Tapi, malah orang itu tak melakukan tugasnya dengan benar, bahkan mendadak hilang ditelan bumi seakan ingin membawa kabur uang tersebut. Memang sih, pikiran Aldiano yang terlalu kalut dan impulsif dalam bertindak.

Namanya, juga berhubungan dengan uang. Aldiano tak bisa menyepelekan begitu saja. Dia sudah tahu bagaimana susahnya mencari uang sendiri dan memulai dari nol untuk terjun membuat konten youtube. Sudah banyak proses yang seorang Aldiano lalui. Tanpa diketahui banyak orang.

Aldiano pun memutar balik arah tujuan, dia menuju apartement Jian. Dia sudah menyimpan banyak pertanyaan dan keingintahuan tentang Jian secara lebih mendalam.

Ternyata, lokasi apartement Jian tak sejauh itu dengan lokasi perusahaan Zelvanya. Sehingga, dalam tiga puluh menit, dia sampai disana.

Sebelum turun dari mobil, Aldiano menggunakan topi dan masker agar tak dikenali orang lain. Mengingat, berita dirinya masih heboh sampai-sampai menjadi trending satu di twitter.

Aldiano melangkah menyusuri jalan menuju pintu utama apartement, dia masih ingat jelas dimana dirinya mengantarkan Jian kemari beberapa waktu lalu.

Tak butuh waktu lama, setelah menaiki lift Aldiano ke lantai 6 dan berjalan beberapa langkah. Kini Aldiano berdiri tepat di depan apartement Jian.

Oke sekian guyss

Tunggun lagi ya

Berikan vote dan komen harus pake bangetttt

See you next part yaa💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang