74.

11 3 0
                                    


Tak banyak yang bisa Reno lakukan sekarang. Dia sibuk dengan aktivitas rutinitas sehari-harinya, fokus pada pekerjaan sebagai pewaris kedua dari keluarga besar Ardisyah.

Perusahaan mereka terbilang cukup besar, sehingga perlu ada pembagian tugas sebagai pewaris laki-laki.

Reno berfokus mengatur perhotelan, sedangkan Varo mengatur kontruksi dan batubara. Walau, secara sah Varo yang diumumkan ke depan publik sebagai pemilik perusahaan. Dia tak masalah, malah ini menguntungkan dirinya disisi lain.

Reno juga membiarkan semua aktivitas yang mereka lakukan, bahkan dia tahu bahwa keluarga Aldiano dan Zelvanya sedang berpergian ke puncak.

Biarkan mereka bersenang-senang dahulu, nanti kita lihat hasil akhirnya mereka semua satu per satu harus mati ditangannya. Penderitaan keluarga mereka harus terbayarkan.

"Ren, hai" Sapa seseorang yang masuk ke dalam ruangan kantor Reno seenak jidatnya.

"Ngapain kemari, bukannya lo sidang ya"

Itu Jian.

Jian tersenyum penuh makna, lalu duduk di sofa empuk. Mereka sudah sering bertemu sebelumnya, sehingga pertemuan ini tak ada larangan dari orang kantor. Kecuali, Reno sedang ada rapat. Mau tak mau Jian, harus menunggu hingga selesai.

"Dihentikan"

"Gue pura-pura deketin Al dan Zelvanya biar kasus gue dihentikan dulu, kemungkinan dibatalkan sih"

Reno yang tertarik dengan ceritanya, dia berpindah duduk mendekati Jian. Bagaimana bisa luluh begitu seorang Aldiano?

Dasar, laki-laki bodoh. Tapi, baguslah ini keuntungan tersendiri bagi Jian yang berhasil dibebaskan. Padahal, dia bisa saja membantu mengurangi masa tahanan Jian nanti.

"Kenapa bisa mau?" Tanya Reno penasaran, mungkin ada persyaratan tertentu. Rasanya, tak mudah bagi seseorang mengubah keputusan dari awal.

"Biasalah, lo tahu gue kan"

Reno mengangguk, Jian memang bisa mengambil peran dramatis sehingga orang kasihan padanya. Entah cerita apalagi, yang dia ceritakan.

"Oh, ya lo nyuruh orang ngintilin gue ya"

Reno tersenyum kecil, dia tak sangka akan ketahuan juga. Padahal, mereka cukup berpengalaman memantau orang lain. Tapi, ceroboh juga kadang.

"Iya, soalnya gue jujur gak percaya sama lo"

Jian menganggukkan kepala,

"Mereka lagi jalan-jalan gitu kayanya, terus ada Zelvanya juga"

"Iya, gue tahu"

"Hebat juga lo, tahu darimana?"

Reno diam mengerutkan kening, agak bingung. Mengapa anak ini penasaran dengan informasi yang dia dapatkan.

"Oh ya Ren, gue pura-pura gabung sama mereka biar cari informasi gak papa kan. Ini keuntungan juga buat lo" Lanjut Jian lagi.

Reno tersenyum sinis, Jian ternyata cerdas juga. Tak salah, dia memilih Jian sebagai target penjebakan untuk Aldiano. Kelicikannya sudah hampir setara dengannya sekarang.

"Dapat informasi apa?"

"Semua penguntit lo ketahuan, tapi gue bilang ke mereka harus mau diem-diem kasih informasi apapun sama lo"

Reno menganggukkan kepala, bagus ternyata mulai kembali ke rencana awal. Mereka lebih tunduk dengan bosnya pertama.

"Terus.."

"Al sama Zelvanya kerjasama ya. Gue baru tahu pas beberapa hari ketemu mereka langsung"

Ternyata ucapan Reina sungguh bisa dipercaya. Sama seperti orang baru suruhannya kali ini. Sekarang, dia sudah menambah orang lain lagi.

"Maaf, sebelumnya gue penasaran kenapa lo sedendam ini sih sama keluarga Al. Emang mereka kenapa?"

Reno menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Dia harus menahan kesabaran untuk tidak membahas masalah ini dengan orang lain. Ini masalah keluarga besar.

"Lo gak perlu tahu, cukup berikan informasi lebih dari ini"

"Lo ada rencana apalagi?"

Reno menatap tajam Jian, dia merasa Jian tak seperti biasanya. Jian jarang suka bertanya, ataupun ikut campur masalah pribadinya. Hanya, cerita-cerita dan kadang ngomel tidak jelas kalau sudah di kantor.

"Kenapa lo penasaran?"

Jian menganggukkan kepala berulang kali, penuh semangat.

"Gue mau ikut andil bersama lo" Katanya Jian lagi.

Tokk..tok..tok...

Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu ruangan kantor tersebut.

"Silahkan masuk" Perintah Reno.

Lalu ada seseorang masuk sebatas di ambang pintu, dan berkata "Pak, sebentar lagi ada meeting dengan para investor luar negeri"

Reno mengangguk sebagai pertanda dia sudah tahu. Tak berapa lama orang itu keluar begitu saja setelah memberikan pesan.

"Nanti, gue beritahu" Kata Reno. Lalu berdiri mengambil jasnya di kursi.

Pembicaraan Reno dan Jian terpaksa terhenti sampai disitu. Padahal, Jian masih ingin mengorek informasi dari Reno. Sejak awal tadi, Jian berpura-pura berada di pihak Reno.

Jian sudah capek menuruti keinginan Reno sejak lama. Ini sudah saatnya, dia juga ikut membalas dendam pada Reno atas kandas kisah percintaan dirinya.

Perlu diketahui ini sudah bagian dari rencana mereka bersama Zelvanya. Yaitu, mengambil rasa kepercayaan Reno.

Oke sekian cukup lah yaa..

Yang baca tadi gimana, percaya Jian seratus persen atau goyah alias takut Jian berpihak ke Reno😂

Berikan vote dan komentar yaa

See you next part

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang