67.

14 3 0
                                        


Saat pertama kali sesampainya di depan rumah ini tadi, Zelvanya langsung terburu-buru memasuki kamar Mama Riska, sesaat Sang satpam memberitahu hal buruk yang menimpa Mama Riska. Dia khawatir dengan kondisi Mama Riska.

Dan, ternyata Mama Riska jatuh pingsan terkapar di atas lantai. Dengan hampir tergopoh-gopoh Zelvanya membopong Mama Riska seorang diri.

Setelah menyiapkan bubur beserta beberapa lauk seadanya, Zelvanya membawa nampan tersebut menuju kamar Mama Riska.

"Makasih" Ucap Aldiano datar, entah ucapan itu untuk siapa. Tetapi, yang jelas ditempat itu hanya ada Zelvanya dan Aldiano.

Zelvanya juga tak menjawab, dia terus melangkah menuju kamar Mama Riska. Lagipula, tujuan utama dia datang kemari, hanya ingin memperhatikan kondisi Mama Riska sampai keadaannya lebih membaik.

"Tante, ngapain" Teriak Zelvanya terkejut, membulatkan mata melihat apa yang hampir Mama Riska lakukan.

Zelvanya cepat-cepat meletakkan nampan tersebut di meja dekat tempat tidur.

"Kamu jangan mendekat pergi darisini!!" Teriak Mama Riska, nyaring sembari menangis histeris.

Zelvanya meneguk ludah, itu membuat dia tak berani bergerak sedikitpun. Jelas, dirinya tak mau membuat Mama Riska terluka. Hal yang Zelvanya takutkan, Mama Riska akan menyakiti dirinya sendiri dengan sebuah gunting yang dipegangnya.

Ada jarak sekitar dua meter-an di antara mereka, sehingga seandainya Zelvanya maju bisa saja Mama Riska melakukan hal yang tidak-tidak dan ekstrim.

Zelvanya juga bersyukur, dia masuk kamar di waktu yang tepat. Jika terlewat semenit saja, kemungkinan Mama Riska sudah menyayat pergelangan tangannya.

"Mah, ada apa?" Tanya Aldiano, yang baru masuk setelah mendengar ada kegaduhan. Tak jauh berbeda Aldiano juga terkejut bukan main. Dia tak bisa bergeming, juga bingung harus berbuat apa.

"Kalian berdua mau..apa?" Tanya Mama Riska, dengan senyuman miris.

"Matipun, gak masalah kan" Kata Mama Riska lemah,

Bagi Mama Riska semakin hari, terasa semakin lelah dan berat menjalani hidup seperti ini. Berpura-pura kuat di depan orang lain juga percuma. Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Sosok suami yang sangat disayanginya tak kunjung pulang.

Tak ada yang tahukan, sebagaimana perjuangan mereka hingga menikah.
Mereka menentang banyak pihak, dan harus sampai menikah lari. Kalau boleh jujur sampai sekarang, mereka menikah pun masih belum disetujui kedua belah pihak keluarga.

Yang paling menyakiti perasaan Mama Riska baru-baru ini, dia mendapatkan video suami yang sepertinya sengaja ingin dijatuhkan dari atas gedung.

"Mah, Al mohon jangan sakiti diri Mama sendiri"

Mama Riska tersenyum sinis,

"Al, Mama capek hidup tanpa Papa begini"

Mama Riska meneteskan air mata. Seharusnya sedari awal dia melarang Sang suami pergi untuk menemui kedua orangtuanya. Ini memang sengaja dirahasiakan, Aline dan Aldiano tak tahu-menahu masalah tersebut.

"Mama tahu darimana Papa udah gak ada?"

"Dari video" Ucap Mama Riska,

Mama Riska menatap kembali pergelangan tangannya, dia berpikir jalan satu-satunya adalah dengan mengakhiri hidup. Setidaknya, ini meringankan pikiran dan beban yang terus bermunculan di kepalanya.

"Ma, jangan" Aldiano menggeleng,

"Maafin Mama belum jadi Mama yang baik untuk kamu dan Aline.."

Sebagai seorang Ibu, tentu ada kalanya Mama Riska merasa sangat bodoh dan agak keterlaluan. Dia sudah menyakiti perasaan kedua anaknya dengan cara gila ini.

Tapi, mau bagaimana lagi rasa sayang terhadap suaminya jauh lebih besar. Mengingat perjuangan pernikahan juga cukup panjang perjalanannya.

Satu sayatan..

"Mah" Teriak Aldiano nyaring, hingga menitihkan air mata. Dia ingin sekali mendekap Sang Mama memeluknya sangat erat.

Namun, entah kenapa kakinya seakan membeku dan takut melangkah. Dia  takut, Sang Mama bertingkah lebih nekat melakukan hal yang lebih buruk lagi. Dia gak sanggup melihatnya.

Darah mulai menetes bercucuran ke lantai.

"Tante.." Teriak Zelvanya lantang,

"Apa dengan cari ini. Tante akan bahagia"

Akhir kata Zelvanya tersenyum sinis, dia paling membenci orang yang menyakiti dirinya sendiri demi orang lain. 

"Apa iya suami Tante gak marah dengan hal bodoh yang baru Tante lakukan" Kata Zelvanya kasar dan apa adanya. Dia tak bisa membenarkan tindakan Mama Riska barusan, ini benar-benar di luar akal sehat manusia.

"Tante, tahu siapa yang paling saya sayangi di dunia ini selain orang tua saya?" Tanya Zelvanya sengaja memancing,

"Diri saya sendiri"

"Terdengar egois tapi saya gak peduli apa kata orang, yang terpenting saya bahagia, saya tak tersakiti oleh siapapun" Ucap Zelvanya penuh penekanan dengan tatapan tajam.

Mama Riska hanya terdiam, tanpa mau merespons. Hanya mendengarkan semua perkataan Zelvanya walau terdengar menyakitkan itu semua memang benar adanya.

"Tante, tahu mau dikirimi sejuta foto, atau sejuta video apapun tentang suami Tante. Tante harusnya berbuat apa?"

"Bertahan, karena orang aneh itu pasti ada unsur kesengajaan mengirimkan semua itu. Untuk apa? Jelas membuat Tante terlihat lemah dan tak berdaya seperti ini"

"Satu lagi, Tan. Masih banyak orang di sekitar Tante yang sayang dan tulus sama Tante. Apa Tante tak bersyukur atas semua pemberian Tuhan??"

Mama Riska mulai sedikit demi sedikit tersadar, tak sengaja tangannya bergetar lalu menjatuhkan gunting begitu saja. Bodohnya, dia berpikir mengakhiri hidupnya. Tanpa memikirkan niat si pengirim yang tak pernah kita tahu apa maksudnya.

Jika terbukti, orang itu malah akan kesenangan karena berhasil menipu Mama Riska, dia akan mati sia-sia. Kenapa tidak terpikirkan olehnya.

Aldiano bernafas lega, dia teramat bersyukur ada Zelvanya disini. Seandainya, tidak bagaimana jadinya bisa-bisa Mama Riska melakukan kenekatan lebih parah lagi. Sementara, dia tak bisa berbuat apa-apa.

Tak berapa lama, Mama Riska  kembali jatuh pingsan kedua kalinya. Akhirnya, Aldiano dan Zelvanya membopongnya ke tempat tidur.

Kemudian, Zelvanya secara cekatan mengobati sayatan di pergelangan tangan Mama Riska dengan kotak P3K yang tersedia di kamar ini.

"Thanks, lo udah membantu banyak di keluarga gue"

Zelvanya menganggukkan kepala, dia mulai memperban sayatan tersebut. Setelah, sebelumnya diberikan obat antiseptik.

"Maaf, saya kasar sama Mama kamu"

Aldiano diam, tersenyum kecil. Dia tahu Zelvanya seseorang yang seperti apa. Selama beberapa bulan, mereka sudah cukup dekat.

Ini juga terpaksa Zelvanya lakukan. Supaya menyadarkan Mama Riska bahwa tindakannya salah dan terlalu berlebihan sampai membahayakan nyawa sendiri. Padahal, tak tahu kejadian sebenarnya.

Oke sekian cukup panjang lahh ya bonussss pengganti biasa yang pendekkk hehe🤣

Berikan vote dan komentar

Agak dramatis gak sih hehe, tapi biar seruuuu😂

See you next part

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang