Aldiano termenung, dia kebingungan harus bertindak bagaimana sekarang. Disatu sisi, keluarga mereka malah mendapat ancaman seseorang. Disisi lain, Mamanya mengalami depresi."Al, ayo kita ketemu Papa" Kata Mama Riska menyelonong masuk ke dalam kamar Aldiano.
"Papa udah nungguin kita makan malam di resto HaoZi"
Aldiano menghembuskan nafas panjang, semakin bingung dengan Mamanya. Apa perlu menghubungi Om Ronald.
"Ma, Papa lagi kerja. Nanti pasti balik ke rumah"
Kata Aldiano mencoba menenangkan Sang Mama.
"Enggak, Papa udah nungguin kita. Kamu cepetan ganti baju"
Aldiano menggelengkan kepala. Pikiran Mamanya sudah terlewat kacau. Entah kenapa Mama Riska bisa sebegininya dengan Sang Papa. Apakah cinta bisa merubah segalanya.
"Al, ayo Mama mohon. Kalau kamu gak mau biar Mama sendirian" Mama Riska beranjak keluar dari kamar Aldiano.
Tak ada pilihan lain, bagi Aldiano. Sekarang ini, dia harus mengikuti dan bersama Mama Riska kemanapun. Dia tak akan bisa membiarkan Mamanya dalam kondisi sendirian. Apalagi, di era sekarang banyak orang jahat berkeliaran.
Lantas, Aldiano mengikuti keinginan Sang Mama. Dia berganti pakaian rumah hanya dengan baju dan celana jeans seadanya.
💙💙💙
Sesampainya disana, Mama Riska langsung keluar dari mobil dengan senyuman sumringah. Padahal, mobil baru saja memasuki restoran belum terparkirkan.
"Lo turun woi" Kata Aldiano.
"Gue juga tahu kali" Sewot Aline, tak terima.
Sebelum akhirnya keluar dari mobil, Aline menatap sengit Aldiano lewat kaca spion di tengah serta berdecak sebal. Bahkan, sampai melampiaskan rasa kekesalannya hingga menutup pintu mobil cukup kencang.
Sementara, Aldiano hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik perempuan satu-satunya. Niatnya hanya ingin mengingatkan saja.
💙💙💙
Seketika Mama Riska berbinar-binar menatap halaman depan restoran tersebut, seperti ada kenangan yang tersirat di tempat ini.
Mama Riska baru saja membuka pintu dan menginjakkan kakinya masuk ke dalam restoran, yang langsung disambut ramah oleh pelayan disini.
"Selamat malam, Bu. Ada yang bisa saya bantu"
Mama Riska membalas tersenyum cerah,
"Ada atas nama Leo"
Pelayan tersebut mengerutkan kening, lantaran dari check-list booking tak ada sama sekali atas nama Pak Leo.
"Mah,.." Tegur Aline.
"Maaf mbak. Apa masih ada tempat kosong untuk bertiga"
"Aline, Papa juga ikut kan"
Aline mengangguk mengiyakan saja, daripada menimbulkan masalah di depan umum.
"Mari, Kak saya antarkan"
Pelayan tersebut membantu Aline beserta Mama Riska menuju tempat yang kosong. Kebetulan, pada jam-jam makan seperti ini bisa dibilang cukup ramai pengunjung. Sehingga, mereka masuk lebih dalam untuk menemukan tempat kosong.
Tak berapa lama, Aldiano menyusul ke tempat Aline dan Sang Mama.
Setelah memesan beberapa makanan favorit yang sering mereka pesan, Mama Riska memulai obrolan yang selalu bersangkutan dengan suaminya sendiri.
"Dulu, Mama dan Papa ketemu pertama kali disini"
Ucap Mama Riska tersenyum, sembari mengenang bagaimana perjalanan masa lalu kisah percintaan mereka dahulu.
Aline dan Aldiano mengangguk bersamaan, dan mendengarkan Sang Mama bercerita panjang lebar.
Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian Aline. Dia seperti melihat seseorang yang tak asing.
"Bentar ke toilet dulu"
Aline mengacir pergi menuju toilet meninggalkan Mama dan Aldiano, dia ingin tahu siapa sosok itu.
Sewaktu Aline membuka pintu toilet khusus wanita. Aline tersenyum, dia tak menyangka bisa bertemu dengan Zelvanya disini.
"Kak Zelvanya.."
Zelvanya menengok ke ambang pintu mendengar namanya, kebetulan dia baru selesai mencuci tangan.
"Eh, Aline" Ucap Zelvanya membalas dengan senyuman.
"Kakak sama siapa kemari?" Kata Aline sembari berjalan mendekati Zelvanya.
"Reuni Line"
Syukurlah, Aline pikir Zelvanya lagi nge-date gitu pas malam minggu kan. Kalo terjadi, batal deh mendekatkan keduanya. Tapi, mungkin tidak juga sih masih ada kesempatan sebelum jalur kuning melengkung.
Aline melihat ke sekitar toilet apakah tak ada orang lain disini. Dia membicarakan hal penting berdua dengan Zelvanya.
"Jujur, Kak aku bingung. Kondisi Mama kayanya sudah parah"
Zelvanya mengerutkan kening,
"Maksudnya"
Aline menghembuskan nafas panjang, sepertinya Aldiano tak menceritakan kejadian ini pada Zelvanya. Padahal, mereka bukannya seperti punya ikatan kontrak gitu yaa. Harus tahu satu sama lain, agar bisa membantu.
"Mama agak stress karena Papa belum pulang, dan ada pesan seperti ini.." Aline pun menunjukkan pesan tersebut pada Zelvanya. Dia sempat memfoto pesan tersebut tadi.
Zelvanya mulai membaca pesan tersebut, dan cukup terkejut pada awalnya. Namun, sebenarnya pesan singkat ini tak bisa dipercayai begitu saja, menurut Zelvanya.
Dan, kenapa Aldiano sampai harus menyembunyikan ini semua darinya. Tapi, setelah dipikir kembali iya juga sih inikan sudah masuk ranah cukup pribadi sehingga tak sepatutnya orang lain tahu hal begini. Termasuk, Zelvanya sendiri.
Oke sekian lah yaa
Berikan vote dan komentar
See you next part
Gimana makin kacau gak, kayaknya begitu😂
Semoga tetap sukaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)
Romance(LENGKAP) CERITA KETIGA... HARAP FOLLOW DULU... PLISS VOTE AND KOMEN YAA.. PLUS JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN MAKASIHHH DON'T COPY PASTE Baca dulu siapa tahu ketagihan🤣 Usahakan sampai puluhan part bacanya biar tahu gimana serunya hehe�...