83.

11 2 0
                                    


Aldiano tak bisa berpikir terlalu lama, dia hanya diberikan tenggat waktu satu jam perjalanan menuju gudang kemaren. Sehingga, Aldiano memutuskan untuk tak membawa Aline dan Sang Mama kesana.

Bukan tanpa alasan, Aldiano tak ingin membuat keduanya khawatir berlebih. Seandainya, mati sekalipun sewaktu menyelamatkan Sang Papa. Dia rela demi keluarganya sendiri.

Mendadak, handphone Aldiano kembali berdering. Tangan satunya mencoba mengangkat, sambil salah satu tangan menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Halo, gue udah bilang bawa Mama sama adik lo bego" Kata seseorang itu yang menyambar lebih dulu,

"Biar gue aja"

"Hmm.., gak cukup"

"Lo tuh gila, atau apa sih" Teriak Aldiano penuh emosi,

"Cepetan kemari, adik sama Mama lo gue pastiin akan ada disini"

"Sialan" Lalu sambungan terputus,

Tak berapa jauh Aldiano melihat adanya belokan putar balik berlawanan, dirinya sigap membanting setiran mobil untuk berbalik arah.

Aldiano memilih kembali menuju rumah dulu daripada perasaannya tak tenang, dirinya harus melihat keadaan mereka berdua secara langsung di hadapannya. Apa benar Mamah Riska dan Aline sudah ditarik paksa?

Dan, seharusnya sejak awal Aldiano 
mencarikan tempat yang aman bagi mereka berdua tanpa sepengetahuan siapapun.

"Bodoh banget gue, udah tahu Reno orangnya begitu"

Aldiano memukul setiran mobil cukup kencang, tak habis pikir. Ternyata, Reno sudah mempersiapkan semua ini secara matang. Dikira hanya sebuah gertakan semata, mengingat anak buah Reno juga sudah berubah haluan. Jadi, Aldiano tak benar-benar menghiraukan omongan Reno.

💙💙💙

Sesampainya, di rumah Aldiano. Zelvanya melihat penampakan aneh dan tergolong mengerikan. Beberapa orang serba hitam masuk ke dalam rumah, tanpa izin bahkan sampai menyeret paksa Aline dan Mama Riska hingga memukul dan melakukan kekerasan.

Reina menjadi semakin bersalah, entah dirinya sudah masuk dalam komplotan pembunuh atau ikut serta perencanaan pembunuhan.

Zelvanya menyipit ada seseorang yang kurang dan tak nampak. Tak ada Aldiano disana, dimana laki-laki itu. Dia spontan menghubungi Aldiano, bagaimanapun Aldiano harus mengetahuinya.

"Halo, kenapa lo gak papa kan" Tanya Aldiano, menyambar lebih dulu.

Zelvanya terdiam sejenak, mengapa posisinya terbalik malah Aldiano yang mengkhawatirkan dirinya. Padahal, dia sendiri mengalami masalah. Parahnya bisa membahayakan keluarga sendiri.

"Saya yang harusnya tanya, kamu dimana?"

"Gue lagi di luar" Jawab Aldiano santai,

"Saya di depan rumah kamu"

"Lo pulang aja, gak usah ikut campur!!"

Jleb....

Omongan Aldiano yang awal terdengar ramah dan tak terjadi apa-apa, berubah drastis seketika menjadi kasar dan penuh rasa kemarahan.

"Mama sama adik kamu.."

"Gue udah bilang, pulang ke rumah lo sekarang" Teriak Aldiano penuh amarah,

"Enggak saya..,"

"Mulai hari ini gue batalin kontrak kita, lo gak usah bantuin masalah di keluarga gue lagi. Lagian, masalah kemaren sudah selesai. Jadi gue minta lo pergi aja" Kata Aldiano menjelaskan lagi,

Baru pertama kali, Zelvanya mendengar seorang Aldiano sampai semarah ini. Dia menghembuskan nafas panjang, dia tak ingin memulai pertengkaran. Ini bukan saat yang tepat.

Reina yang berada disampingnya dibuat melongo dan bingung mendengarkan pembicaraan mereka berdua via telepon. Terkesan, saling marah-marahan.

"Nanti gue bayar biaya pinalti atas kesalahan sepihak"

Zelvanya tersenyum miris,

Bagaimana bisa Aldiano membatalkan kontrak, disaat kondisi genting. Aneh sekali, pola pikirnya terlalu kekanak-
kanakkan. Bukankah harusnya dia memikirkan hal lain yang jauh lebih penting.

"Mama dan adik kamu diseret keluar rumah. Terserah kamu mau batalkan, tapi saya tetap akan bantu kalian"

"Lo, bukan bagian dari keluarga gue kan. Untuk apa sih lo ikut campur, lo balik ke rumah sekarang"

"Kalau lo kenapa-napa gue gak akan tanggung jawab" Tambah Aldiano lagi,

Zelvanya mengangguk, akhirnya dia menemukan alasan mengapa Aldiano menyuruhnya terus-menerus tidak ikut campur hingga sok-sokan pakai acara membatalkan kontrak segala. Jelas, bahwa Aldiano tak mau dirinya terkena bahaya. Dia sadar, sejak awal kemari pun pasti akan ada bahaya mendatang.

Sehingga, Zelvanya sudah siap dengan semua resiko yang dia pilih. Entah dia celaka sekalipun itu tanggungjawab dirinya sendiri berdasarkan keputusan sendiri dan hati nurani.

Oke sekian cukup lah yaa

Berikan vote dan komentar

See you next part

Bentar lagiii kemungkinan tamat. So tungguin terus ceritanya sampai akhir yaaaa💙💙💙

Tim happy or sad ending

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang