20.

49 7 0
                                    


Sejak tadi, sebenarnya Aldiano tak bisa berkonsentrasi sepenuhnya. Diam-diam dia menahan sakit punggung yang masih terasa nyeri dan cukup meradang. Entah, karena pukulan keras kemaren masih memberikan efek hingga sekarang. Dan, rasanya juga malah bertambah parah saat menjelang malam.

"Punggung kamu sakit" Tanya Zelvanya penasaran.

Sampai Zelvanya pun menyadari, kalau Aldiano sedang meringis menahan sakit.

"Iya"

Zelvanya mengangguk, tanpa bermaksud peduli. Itu bukan masalah baginya.

"Saya mau nanya kamu beneran ke hotel tiga bulan lalu"

"Iya" Sahut Aldiano singkat,

"Ngapain"

Aldiano terdiam sejenak, dirinya pernah berjanji untuk menyimpan rapat-rapat masalah ini sendirian pada Jian. Tapi, jika disaat kondisi terdesak sekarang apakah bisa menyembunyikannya lagi.

"Nolongin orang" Sahut Aldiano tak secara gamblang,

Zelvanya kembali mengangguk, mengerti.

"Terus di gudang, kamu juga bermaksud nolongin cewek itukan" Kata Zelvanya menduga-duga.

"Hmm,.."

"Kamu punya bukti kalau kamu nolongin cewek itu"

Aldiano menghebuskan nafas gusar, dari siang tadi hingga sekarang dirinya masih belum menemukan handphone yang merupakan bukti satu-satunya. Kalau, begitupun tak mungkin Aldiano meminta bantuan Zelvanya.

"Di handphone hilang" Sahut Aldiano seadanya,

Zelvanya mengeryit heran,

"Kapan hilangnya?"

"Kayanya baru kemaren pas di gudang" Seingat Aldiano, kalau tidak salah.

"Kamu inget semacam email serta password-nya atau sesuatu yang mungkin berhubungan dengan pemulihan pesan dan lainnya"

Ini bisa dipulihkan jika memang ingat. Tapi, mungkin sudah terlalu terlambat, jika dilakukan lebih awal pasti Zelvanya yakin masalah ini cepat selesai.

"Gak, gue gak inget" Aldiano terbilang jarang mengingat hal begitu, dia juga memang sengaja membedakan antara email khusus kerja dan privasi.

Seandainya boleh jujur, Aldiano paling tak suka dan males diinterogasi begini. Terlalu memusingkan, dengan banyak pertanyaan. Semoga masalah ini cepat kelar deh.

Zelvanya mulai merangkai satu demi satu dari cerita Aldiano, entah ini hanya akan menjadi praduga atau memang yang benar terjadi.

"Kamu, ngerasa gak sih ini dijebak"

"Maksud lo" Karena Aldiano tak pernah berpikir sejauh itu.

"Iya, kayanya sih ini udah direncanain lama"

"Kenapa lo bisa berpikir begitu?"

Zelvanya mulai menjelaskan panjang lebar, sebagaimana awalnya bermula dari hotel yang terjadi tiga bulan lalu berdasarkan rekaman cctv. Hingga, bisa berakhir di gudang nampaknya ini semua sejak awal sudah di-setting dengan matang agar Aldiano dicap buruk banyak orang.

Dan, satu lagi yang meyakinkan Zelvanya bahwa Aldiano telah dijebak. Bukti satu-satunya sengaja dihilangkan.

"...Cewek yang kamu tolong juga ikut andil" Akhir kata Zelvanya dari cerita panjang,

Aldiano menggeleng,

"Gak mungkin" Tolak Aldino tak terima, mana bisa dia mempercayai perkataan dari mulut Zelvanya yang terakhir. Dia percaya Jian bukan sosok sejahat itu hingga tega menjatuhkan citra dirinya.

"Oke, gak masalah kamu gak percaya"

"Punggung kamu sakit karena, habis nolongin cewek itu di gudang kan" Tanya Zelvanya kembali menebak-nebak lagi, melihat sebelumnya waktu dia pulang kemaren dari rumah Aldiano. Kondisi Aldiano masih baik-baik saja.

Aldiano menganggukkan kepala.

"Periksa ke dokter"

"Untuk apa?"

Zelvanya menghembuskan nafas panjang, dia merasa pemikirannya sepanjang percakapan memang tidak terlalu sejalan dengan Aldiano. Entah, perkataan dia yang memang susah dimengerti atau Aldiano yang kurang bisa memahami.

"Tanya dokter, ini sakit dipunggung kamu sudah lama atau masih baru" Zelvanya memperjelas dengan kata-kata yang menurut dirinya seharusnya sudah mudah dimengerti.

"Hah" Kata Aldiano terkejut,

Astaga, Zelvanya menggelengkan kepala. Susah sekali membuat Aldiano paham apa maksudnya. Apakah perkataannya masih kurang jelas?

"Keterangan dokter jadi bukti sementara kalau kamu habis nolong cewek itu sampe membahayakan diri sendiri"

Walaupun, Zelvanya yakin bukti yang diberikan masih terlalu kurang buat dipercaya orang-orang. Tapi, tak ada salahnya untuk mencoba.

Sebenarnya, akan jauh lebih baik jika menggunakan hasil visum semisalnya mengalami cedera. Namun, itu harus berurusan lagi dengan pihak kepolisian dan biasanya sih digunakan sebagai bukti persidangan.

Tapi, untuk kasus kali ini bukan masalah yang sejauh itu. Sehingga, hanya cukup lewat dokter biasa.

"Oh" Aldiano mengangguk,

"Nama cewek yang kamu tolong siapa?"

"Kenapa harus tahu?" Tanya Aldiano,

"Supaya bisa dicari informasi pribadi dan hal penting lainnya"

Aneh juga sih, pikir Zelvanya.

Kenapa Aldiano harus menutup-nutupi nama perempuan itu segala. Padahal, bisa dibilang sosok tersebut-lah yang membuat karier dan image Aldiano hancur dalam sekejab. Seakan-akan Aldiano masih ingin melindunginya saja.

Entah Aldiano benar-benar melakukan tindakan buruk itu atau tidak, sampai sekarang Zelvanya masih menelusuri Aldiano lebih detail. Tak ada salahnya bukan untuk berjaga-jaga. Walaupun, di hati terdalam lebih percaya Aldiano tak melakukannya.

Oke sekian, cukup ya guyss

See you soon

Lumayan lah yaa😂

Kacau dahh, bodo amat pokoknya lanjut aja ceritanyaa🤣

Maaf, jika ada yang kurang mulus,  kesalahan dalam cerita ini..

Berikan vote dan komentar

💙💙💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang