23.

44 6 0
                                        


Setelah selesai pemeriksaan dan obrolan singkat di tempat Om Ronald, Aldiano memilih tak langsung pulang ke rumah. Dia harus singgah dahulu ke apotek untuk membeli obat dan salep yang diresepkan. Aldiano juga membeli handphone baru ke konter terdekat rumahnya.

Sepanjang perjalanan menuju pulang pun, pemikiran Aldiano terus-menerus tak tenang hanya berkelana mengenai Jian. Entah dulu, dia yang salah karena tak terlalu peduli atau memang dia tak pernah diberitahu tentang kehidupan Jian sebenarnya.

Sampai tak terasa akhirnya sampai di depan rumah. Tak henti-henti, Aldiano membunyikan klakson hingga pintu gerbang dibukakan oleh Mang Jojon, terburu-buru dia memarkirkan mobil di garasi bahkan setengah berlari masuk ke dalam.

Aldiano sudah mengambil keputusan secara matang, bahwa dia tak bisa percaya pada Jian sepenuhnya. Dan, akan menceritakan sebagian yang dia tahu pada Zelvanya.

Sudah banyak petunjuk, yang bilang bahwa Jian tak sebaik yang terlihat. Mulai, dari Mama, adiknya bahkan Zelvanya juga Om Ronald.

"Al, makan dulu" Tawar Mama Riska, saat pertama kali melihat Aldiano muncul di depan pintu.

Sungguh tak bisa dipungkiri sebagai seorang ibu, sejak tadi Mama Riska mengkhawatirkan anak laki-lakinya yang baru datang selarut ini. Entah apa yang anaknya alami, tanpa sepengetahuan dirinya.

Bukan menjawab, Aldiano menyelonong masuk dan menaiki tangga.

"Al" Teriak Mama Riska,

Aldiano tetap mengabaikan, karena isi kepalanya hanya ada satu. Yaitu detik ini, dia harus menghubungi Zelvanya sesegera mungkin dengan harapan masalah ini segera selesai dalam hitungan hari.

Aldiano menaiki tangga cukup cepat, walaupun masih terasa nyeri yang menjalar di punggung sewaktu berlari atau bergerak cepat. Namun, dia mencoba menahan rasa sakitnya.

Sesampainya, di depan pintu ruangan kerja. Aldiano masuk dan tangannya bergerak cepat mengambil kertas yang berisikan nomor Zelvanya.

Tanpa berlama-lama, Aldiano langsung menambahkan Zelvanya menjadi kontak pertama di handphone tersebut.

Aldiano menghubungi nomor Zelvanya,

"Halo, ini siapa ya?"

"Ini gue, Al"

"Kenapa?" Tanya Zelvanya pada intinya,

Aldiano menarik nafas panjang, lalu menghembuskan. Dia mencoba mengontrol detakan jantung yang berpacu cepat. Serta meyakinkan diri, bahwa keputusan yang sudah dibuat tidaklah salah.

"Nama cewek itu Jianne Valeria Haryono"

"Oke, saya bakal cari informasinya mengenai perempuan tersebut"

Sebelum Zelvanya akan memutuskan sambungan telepon mereka.

"Bentar,..." Ujar Aldiano,

"Jian itu mantan gue, dia bilang ke gue waktu di hotel kalau dia dijebak orang lain datang katanya sih mau ngobrol kerjasama pemotretan sambil makan di hotel. Tapi, malah dibohongi. Karena, Jian seorang model. Dia minta tolong gue dirahasiain ke siapapun takut karier nya hancur"

Kata Aldiano menjelaskan panjang lebar. Walaupun, dia masih menutupi apa maksud dari kata 'dibohongi'.

Entah kenapa, dalam diri Aldiano tetap terselip rasa tak tega. Dia masih saja memikirkan tentang perasaan Jian sampai akhir.

"Baiklah, saya akan mencari semua informasi. Saya lupa bilang, kalau bisa kamu cari informasi cctv di hotel juga cari tahu banyak tentang gudang dimana kamu disekap secara lebih detail"

"Oke"

Lalu, Zelvanya memutuskan sambungan.

"Al, habis mandi makan ya nanti" Teriak Mama Riska di balik pintu, kemudian berlalu pergi.

Seperti yang Mama Riska ucapkan padanya, Aldino menyiapkan pakaian ganti dan handuk bergegas mandi. Bisa dibilang, ini merupakan jam termalam untuk mandi bagi Aldino. Selepas itu, dia menuruni anak tangga menuju ruang makan.

💙💙💙

Akhirnya, setelah penantian panjang dengan kemunculan Aldiano. Mereka bisa berkumpul makan bersama. Ini sudah menjadi kebiasaan bagi mereka selalu menyempatkan waktu makan bersama.

"Kamu lama banget, Mama sama Aline nungguin kamu tahu"

Kata Mama Riska kesal, sembari mengunyah makanan yang sudah tak hangat lagi. Semua ini, karena mereka menunggu kehadiran Aldiano sampai pulang ke rumah.

Aldiano hanya diam, lalu menyuapkan nasi dan lauknya.

"Al, kamu sama Zelvanya gimana?" Tanya Mama Riska, mengedip-ngedipkan mata dan seutas senyuman.

Aldino melirik sekilas Mama Riska,

"Gak ada apa-apa, cuman partner"

"Masa sih, kayanya lebih deh" Kata Aline nimbrung dengan senyuman malu-malu.

Aldiano melirik Aline sekilas, dia menghela nafas gusar.

Mengesalkan

"Denger ya kalian berdua, Al bersumpah gak pernah punya hubungan dengan Zelvanya sampai kapanpun titik"

"Puas kan" Sahut Aldiano penuh amarah. Dan, tatapan tajam melihat Aline dan Mama Riska bergantian.

Saking muaknya seorang Aldiano dengan keusilan mereka berdua yang tak ada habis-habisnya menjodohkan Aldiano dengan Zelvanya dimanapun bahkan kapanpun. Hingga, dia bisa terlontar kata-kata sumpah segala.

Oke sekian yaa, guys

Cukup lah yaa

Penasaran dengan kelanjutan ceritanya

Berikan vote dan komen loh ya harus, soalnya aku kepo gimana pendapat kalian

Entah aneh atau gimana semoga sukaa

💙💙💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang