Jam istirahat masih tersisa 15 menit lagi. Snack Bearly juga sudah habis. Sekarang dia bosan hanya duduk diam di bangkunya karena manusia di sebelahnya sedari tadi tidak bersuara.
Cowok itu sedang fokus membaca tanpa peduli jika teman sebangkunya ingin berinteraksi dengannya, tapi tidak berani memulai.
Bearly menghela nafas dan menyenderkan tubuhnya pada kursi. Matanya mengedar, menatap teman-temannya yang tampak sudah akrab dengan kakak kelas yang menjadi teman sebangkunya. Bahkan ada yang sampai bercanda seolah mereka sudah lama kenal padahal mereka baru kenal 2 hari.
Saat Bearly menoleh pada teman-temannya tadi, tanpa dia sadari Agam menoleh padanya setelah mendengar helaan nafasnya. Namun, beberapa detik kemudian dia kembali fokus pada bacaannya.
Senyum Bearly mengembang saat melihat Sissy—teman sebangkunya saat di kelas—sedang duduk sendirian karena kakak kelas yang duduk bersamanya sedang keluar.
Tanpa berpikir panjang Bearly menghampirinya. Lebih baik dia mengobrol dengan Sissy daripada saling diam dengan Agam.
“Kok ke sini, Bear?” tanya Sissy setelah Bearly duduk di bangku sebelahnya.
“Nggak boleh?” Bearly melirik Sissy dengan cemberut.
“Bukannya gitu cuma kasian itu mas-nya ditinggal sendirian.” Tersirat nada menggoda dalam ucapan Sissy karena dia tadi sempat melihat adegan romantis di tengah pintu yang diperankan oleh Bearly dan Agam.
Sissy adalah anak pindahan dari Surabaya jadi sering kali dia memanggil kakak laki-laki dengan sebutan mas seperti yang dia sematkan pada Agam beberapa detik lalu.
“Gue lebih kasian sama diri gue sendiri yang dari tadi dikacangin dia,” balas Bearly kesal.
Sissy terkekeh mendengar keluh kesah Bearly. Tentu dia melihat bagaimana sikap dingin Agam pada sekitar. Tidak heran jika banyak yang terkejut saat melihat Agam menolong Bearly tadi pagi.
Sebuah novel dengan cover cantik yang berada di atas meja Sissy berhasil menarik perhatian Bearly. Dia segera mengambilnya dan membaca blurbnya.
“Novel baru?” tanyanya pada Sissy karena dia yakin itu pasti novel Sissy.
Sahabatnya itu termasuk pecinta novel. Bahkan dia mempunyai perpustakaan mini—yang isinya didominasi oleh novel—di rumahnya.
“Iya. Kemarin ada sale, Bear, jadi aku borong novel deh,” jawabnya dengan cengengesan.
Bola mata Bearly seketika berputar. Bukannya dia tidak suka melihat Sissy mengoleksi novel. Hanya saja dia prihatin. Tipe cowok idaman Sissy semakin bertambah setiap dia membaca novel, sedangkan jarang sekali ada cowok seperti tokoh fiksi.
Minggu lalu tipenya cowok psikopat, minggu ini tipenya cowok saleh. Jadilah, tipe cowok idaman Sissy sekarang psikopat yang saleh.
Dan yang lebih parahnya lagi cewek itu punya keinginan nikah muda setelah dia beberapa kali membaca novel tentang nikah muda. Dikira kisahnya akan seindah di novel begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...