Di bawah penerangan lampu balkon yang tidak begitu terang, Agam duduk seorang diri dengan ditemani hembusan angin malam dan suara kendaraan yang sesekali terdengar melewati depan rumahnya. Tangannya bergerak memutar-mutar rubik yang tadi sempat dia ambil dari kotak mainan Alan. Dia berharap pikirannya bisa teralihkan dengan memainkan benda itu.
Lagi-lagi pertanyaan, “Ini baiknya gimana, sih?” memenuhi otaknya setiap dia bingung dengan dirinya sendiri. Apa yang dia mau, dan apa yang dia inginkan.
Selama ini Agam belum pernah sampai sebingung ini hingga tidak mampu memahami dirinya sendiri. Namun, semenjak mengenal apa itu cinta dan mengenal seorang cewek bernama Bearly, perasaan bingung itu seolah terus menghinggapinya.
Di saat dulu dia masih berpacaran dengan Bearly, dia berharap perasaannya terbalas dan berujung memutuskan Bearly karena harapannya tidak tercapai.
Saat itu dia merasa itu adalah pilihan yang paling tepat, tapi ternyata tidak. Melepaskan Bearly jauh lebih menyakitkan sekaligus membuatnya merasa sangat kehilangan.
Apalagi sekarang, saat ada cowok yang mendekati Bearly, Agam mulai panik. Sepertinya, keputusannya untuk melepaskan Bearly memang bukan pilihan yang tepat.
Setelah waktu itu dia melepaskan Bearly, sekarang dia berniat meraihnya kembali walau dia tahu hasilnya tetap sama, Bearly tidak mencintainya yang artinya cintanya tetap bertepuk sebelah tangan.
Mungkin itu akan menjadi sesuatu yang sia-sia dan sama saja mengulang kejadian yang telah lalu, di mana dalam hubungan itu hanya dirinya yang jatuh cinta, sedangkan Bearly menjalaninya dengan terpaksa.
Namun, itu sekarang terdengar lebih baik daripada melihat Bearly bersama cowok lain, sedangkan dirinya sudah tidak punya hak untuk melarang, seperti yang dia rasakan saat ini.
Apalagi setelah mendengar penjelasan Kresna, dia sangat yakin jika Bearly belum dekat dengan cowok manapun. Bearly hanya sedang didekati Nakula, tapi Agam tidak melihat dia memberikan feedback atas apa yang Nakula lakukan.
Untuk yang satu itu Agam sangat bersyukur karena dia belum siap melihat Bearly bersama cowok lain dalam waktu dekat.
Untuk sekarang ini Agam bingung dengan keinginannya sendiri, haruskah dia mendekati Bearly dan berusaha mendapatkannya walau tahu hasilnya tetap sama atau pergi dari hidup Bearly dan berusaha melupakan semua yang telah terjadi antara dirinya dan Bearly, terutama perasaannya?
Namun, Agam yakin melupakan Bearly akan menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan, bahkan terasa tidak mungkin.
Agam mengakui dirinya sangat totalitas dalam mencintai. Walau awalnya dia menerima Bearly sebagai upayanya untuk melupakan Kamia, tapi di akhir, bahkan perasaannya untuk Bearly lebih besar daripada untuk Kamia.
Sibuk melamun membuat Agam tidak sadar jika saat ini mamanya sudah berdiri di sebelahnya. Wanita yang hampir menginjak usia 40 tahun itu kini menatap anaknya khawatir saat mengetahui anaknya sedang duduk dengan pandangan kosong dan tangan yang memutar-mutar rubik secara random.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Fiksi Remaja"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...