Mereka akhirnya sampai di parkiran. Bearly langsung naik ke motor Agam setelah motor Agam keluar dari barisan. Masih belum tercipta obrolan sama sekali membuat keadaan menjadi semakin canggung.
“Pegangan.” Hanya itu yang Agam ucapkan sebelum mulai melajukan motornya meninggalkan parkiran.
Bearly menurut. Dia tidak punya keberanian untuk melawan perintah Agam. Ketakutan plus rasa bersalah membuatnya tidak berdaya sekarang.
Sepanjang jalan baik Bearly maupun Agam hanya diam saja. Agam berusaha fokus ke jalanan walaupun pikirannya ke mana-mana, sedangkan Bearly memilih menatap sekeliling. Tidak berbeda jauh dengan Agam, pikiran Bearly juga tengah kalut.
Karena tidak fokus, Agam tanpa sengaja hampir menabrak kucing. Untung saja dia cepat sadar dan membelokkan motornya dengan cepat menghindari kucing.
Agam bersyukur karena yang dia lewati sekarang jalanan sepi. Mungkin jika jalanan ramai sudah terjadi kecelakaan sekarang, karena Agam memang membelokkan motornya ke tengah jalan. Namun, untungnya dia bisa cepat mengendalikan motornya.
Bearly sangat terkejut menyadari Agam hampir menabrak kucing. Jantungnya berdetak kencang. Pegangannya di pinggang Agam semakin mengerat. Dia berdoa semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Kak Agam hati-hati,” ucap Bearly lirih di belakang punggung Agam setelah Agam berhasil mengendalikan motornya dan melajukannya ke jalur yang seharusnya.
“Iya. Maaf, ya.” Agam melirik Bearly dari kaca spion. Cewek itu masih terlihat ketakutan.
Bearly mengangguk menanggapi ucapan Agam. Sebenarnya ini juga salah Bearly. Karena Bearly, Agam jadi tidak fokus sedari tadi.
“Nanti pulangnya Kak Agam juga harus hati-hati. Fokus ke jalanan. Jangan melamun.”
Entah dapat keberanian dari mana Bearly mengucapkan itu. Dia hanya khawatir, takut terjadi apa-apa dengan Agam saat dia pulang menuju rumahnya nanti.
Agam mengangguk dengan mata fokus ke jalanan. Jika saja tadi dia tidak mendengar kenyataan dari mulut Bearly bahwa cewek itu tidak benar-benar mencintai Agam pasti Agam akan sangat bahagia melihat kepedulian Bearly. Sayangnya, Agam tadi mendengarnya.
Kata-kata Bearly barusan terasa hambar di telinganya. Dia menganggap Bearly hanya pura-pura peduli saja padahal yang sebenarnya Bearly memang peduli.
Agam menghentikan motornya tepat di depan rumah Bearly. Tidak di depan gerbang seperti biasanya. Hal itu membuat Bearly sedikit heran, tapi dia memilih tidak bertanya.
“Makasih, Kak. Kakak hati-hati pulangnya,” ucap Bearly setelah turun dari motor Agam.
“Kamu nggak mau nawarin aku masuk?”
“Hah?”
Bearly cengo mendengar ucapan Agam. Dia tidak menyangka balasan itu yang akan Agam berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...