Menghela nafas berat, Bearly berjalan gontai keluar ruang ganti. Wajahnya tampak lelah. Harapannya untuk segera pulang dan rebahan harus pupus saat guru olahraga meminta para siswa yang belum mengikuti penilaian basket untuk berkumpul sepulang sekolah.
Mereka diwajibkan selesai penilaian hari ini karena minggu depan sudah memasuki materi selanjutnya.
Ternyata seperti ini yang dirasakan para siswa dengan nomor absensi belakang. Mereka selalu mendapat urutan yang terakhir di setiap penilaian.
Namun, ada yang berbeda dengan penilaian kali ini. Jika biasanya dimulai dari nomor absensi paling atas, sekarang dibalik, anak-anak dengan absensi paling bawah yang maju duluan.
Hal itu yang membuat Bearly dan beberapa temannya yang lain harus mengikuti penilaian susulan karena jam olahraga tadi berakhir sebelum semua anak melakukan penilaian.
Sekarang Bearly sudah berganti baju olahraga. Di pinggir lapangan dia berhenti sebentar. Bibirnya cemberut dan wajahnya semakin kusut saat melihat teman-temannya berbondong-bondong menuju parkiran. Rasanya dia ingin merengek dan meminta pulang bersama mereka, tapi itu sama saja membuat nilainya kosong.
Bahkan sekarang Bearly tidak tahu nanti pulangnya bagaimana. Kakaknya juga pasti tidak mau menjemputnya. Sepertinya lagi-lagi dia harus naik ojek online.
“Bear, aku duluan, ya! Dadah!” teriak Sissy yang sedang berjalan bersama yang lainnya menuju parkiran.
Bearly mengangguk sambil melambaikan tangannya, membalas teman-temannya yang sedang melambaikan tangan padanya. Ekspresi bahagia mereka sangat berbanding terbalik dengan ekspresi Bearly saat ini.
Sambil menunggu teman-temannya yang masih berganti baju, Bearly memilih duduk di pinggir lapangan.
Satu fakta lagi yang membuat Bearly rasanya ingin melarikan diri, lapangan basket yang akan dia dan teman-temannya pakai untuk penilaian ini bersebelahan dengan lapangan yang digunakan anak PASKIBRA latihan. Dan berita buruknya adalah hari ini jadwal latihan PASKIBRA juga.
Sebenarnya itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan karena hubungan Bearly dan Agam juga baik-baik saja walau status mereka saat ini sudah menjadi mantan. Namun, jika mengingat Bearly tidak begitu bisa bermain basket rasanya itu tetap menjadi masalah. Dia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dengan bermain basket di depan Agam.
Selain itu, kemungkinan dirinya gugup saat dilihat Agam sangatlah besar. Sudah tidak bisa bermain basket ditambah gugup juga pasti hasilnya akan kacau.
Bearly menggeleng-gelengkan kepala berusaha mengusir bayangan-bayangan buruk yang kemungkinan terjadi setelah ini. Dalam hati dia terus berdoa agar dirasuki hantu pemain basket hanya untuk kali ini saja.
“Kenapa lo geleng-geleng kepala kayak gitu? Senam leher?”
Entah datang dari mana Nakula tiba-tiba sudah duduk di sebelah Bearly. Cowok itu saat ini sedang menatap Bearly dengan alis terangkat sebelah. Mungkin dia heran melihat tingkah Bearly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...