Julian mengendarai motornya dengan sangat kencang, tidak peduli pada pengendara lain yang ikut merasa was-was saat melihat dirinya beberapa kali menyalip mobil-mobil besar dengan tidak sabaran.
Umpatan dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut pengendara di sekitarnya sama sekali tidak dia hiraukan. Matanya tetap menyorot tajam ke depan. Tampak kilatan emosi di sana. Sedangkan, rahangnya yang tertutupi helm itu mengeras.
Cengkeramannya di setang semakin mengerat saat teringat cerita Om Yanto kemarin malam. Dia mengegas motornya semakin kencang agar cepat sampai tujuan dan melakukan sesuatu yang seharusnya sudah dia lakukan sejak lama.
Warna kehitaman yang tampak samar di bawah matanya dan raut lesu yang dia dapatkan setelah semalaman tidak tidur tidak membuatnya menunda niatnya.
Tidak hanya Bearly, Julian juga semalam tidak tidur. Namun, dia tidak merenung seperti yang Bearly lakukan. Dia mengumpulkan informasi tentang orang yang telah membuat keluarganya hancur, yang sekarang sudah mendekam di penjara.
Dia mendapatkan informasi-informasi itu dari staf kantor yang sudah bekerja cukup lama dan mengetahui tentang masalah yang pernah menghebohkan kantor itu.
Tentu saja mereka tahu tentang gosip yang melibatkan direktur, istri, dan juga sekretarisnya itu. Mereka mengikuti gosipnya hingga mereka akhirnya tahu jika sang sekretaris sebenarnya tidak bersalah.
Mereka sangat menyesal saat itu, karena telah ikut menuduh sang sekretaris hingga membuatnya mengundurkan diri.
Selama berbulan-bulan gosip itu masih menjadi topik panas. Apalagi setelah mereka tahu jika masalah yang terjadi itu telah membuat direktur mereka dan istrinya bercerai.
Julian menggali informasi sebanyak-banyaknya dari mereka. Dia meminta mereka menceritakan apapun yang mereka ketahui tentang masalah yang terjadi antara papa, mama, dan sang sekretaris.
Dan, kesimpulan yang Julian dapatkan adalah, apa yang mereka ceritakan tidak berbeda jauh dengan yang Om Yanto ceritakan. Kesimpulannya sama walau mereka menceritakan dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Sikap Julian bisa dibilang tidak sopan karena dia menelpon orang-orang itu saat tengah malam. Dia mendapatkan nomor mereka dari buku telepon yang berada di ruang kerja papanya. Di sana tercatat nomor-nomor staf penting yang sudah bekerja di kantor sangat lama. Bahkan ada yang sudah bekerja selama 15 tahun.
Mereka termasuk orang-orang yang cukup dekat dengan papanya karena papanya tidak menganggap mereka sebagai bawahan, tapi sebagai teman. Beberapa dari mereka bahkan pernah main ke rumah saat Julian masih SD.
Walau Julian mengganggu di jam tidur mereka, tapi para staf kantor itu tetap meladeninya karena mereka sangat menghormati keluarga Pradigta.
Mereka juga sudah menganggap Julian seperti keponakan mereka walau sudah lama mereka tidak bertemu. Dulu Julian dan Bearly ikut setiap ada perayaan di kantor jadi mereka sempat ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...