Agam memasuki ruang ganti bersama teman-teman kelasnya. Sebuah tas tampak menggantung di bahunya. Mereka berniat mengganti baju karena hari ini giliran kelas 11 yang bertanding futsal antar kelas.
Memasuki salah satu bilik, Agam langsung melepas seragamnya setelah meletakkan tasnya yang berisi baju ganti.
Selanjutnya, dia beralih memakai jersey futsal khas kelasnya karena setiap kelas memiliki jersey futsal yang berbeda-beda. Sebenarnya yang membedakan hanya desain dan warna saja.
Kali ini Agam tidak bersama Mario karena Mario sudah memakai jersey futsal dari rumah. Temannya itu tidak mau ribet dengan membawa 2 setel pakaian ke sekolah.
Hal itu sebenarnya diperbolehkan, tapi Agam enggan melakukannya. Dia memilih berangkat dengan menggunakan seragam dan baru mengganti bajunya saat di sekolah daripada memakai jersey langsung dari rumah.
Apalagi bawahan jersey itu terbilang pendek. Agam tidak sepercaya diri itu untuk memakai baju seperti itu ke sekolah.
Selesai dengan urusan pakaian, Agam beralih mengganti kaos kakinya dan sepatunya. Dia membawa segala keperluan untuk pertandingan futsal hari ini di tasnya karena di saat seperti ini buku sedang tidak dibutuhkan.
Sebagian besar murid bahkan tidak membawa tas. Mungkin hanya murid-murid yang terkena remedi saja yang masih membutuhkan buku dan alat tulis.
Untuk Agam yang berotak encer, selama dia sekolah belum pernah sekalipun dia merasakan remedi. Bisa dibilang nilai rapotnya selalu memuaskan.
Agam keluar bilik setelah selesai mengganti baju hingga sepatu. Di bilik lain, teman-temannya masih tampak riweuh. Mereka berebut parfum dan deodorant padahal nanti juga akan tersamarkan oleh bau keringat.
“Lo udah, Gam?” tanya Kresna yang baru keluar dari bilik sebelah Agam.
Agam mengangguk. Mereka memutuskan kembali ke kelas lebih dulu, meninggalkan teman-teman mereka yang belum selesai dengan penampilannya.
Di koridor, mereka tidak sengaja bertemu dengan Bearly dan Sissy yang baru saja dari kantin karena letak ruang ganti untuk kelas 11 memang berdekatan dengan kantin.
Tatapan Agam dan Bearly bertemu hingga tanpa sadar Agam memelankan langkah.
Bearly mengulas senyum sambil menatapnya. Tidak balas tersenyum, wajah Agam malah konsisten datar membuat senyum Bearly perlahan pudar.
Rasa bersalah kembali menyapanya. Tatapannya berubah sendu. Dia menduga pasti Agam masih marah padanya.
Beberapa detik kemudian Agam memutuskan kontak mata mereka. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia melanjutkan langkah meninggalkan Bearly yang masih terdiam di tempatnya, menatap kepergiannya dengan perasaan sakit. Hatinya perih melihat Agam mengabaikannya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...