LV - 77. Nightmare

4.6K 518 8
                                    

Mata Bearly menatap kosong pada langit malam yang tampak dihiasi bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Bearly menatap kosong pada langit malam yang tampak dihiasi bintang. Dinginnya udara malam membuatnya harus mengeratkan selimut yang membungkus tubuhnya agar tetap hangat.

Saat ini dia duduk seorang diri di balkon yang berada di lantai dua rumah papanya.

Tadi Bearly terbangun jam setengah 12 malam. Tidurnya tidak nyenyak. Rasa sakit karena kehilangan itu masih menyiksa batinnya.

Bayang-bayang tentang papanya yang terbujur kaku dengan kapas yang menyumpal hidungnya dan saat-saat papanya dimakamkan masih berseriweran di pikirannya tanpa bisa dia tahan.

Malam ini seharusnya Bearly tidur dengan nenek—mama dari papanya—tapi dia memilih bangun dan duduk seorang diri di balkon setelah bermimpi aneh dan tidak jelas yang membuatnya terbangun.

Yang Bearly tahu, mimpi seperti itu biasanya muncul di saat orang-orang yang mengalaminya merasa stres. Dan, Bearly akui dirinya sekarang stres. Banyak hal yang dia pikirkan dalam otaknya.

Bearly memilih untuk tidak tidur lagi karena dia terlalu takut mendapat mimpi aneh-aneh atau bahkan mimpi buruk di saat seperti ini.

Mentalnya sudah cukup terguncang karena kepergian papanya, ditambah alasan tentang perceraian orang tuanya yang baru saja dia ketahui itu membuatnya semakin terluka. Dia butuh waktu untuk mencerna ini semua.

Entah siapa yang salah di sini? Kenapa keluarganya harus merasakan ini? Pertanyaan itu seolah menjadi bentuk protes Bearly pada takdir.

Ada penyesalan yang muncul saat dirinya sempat berpikir yang tidak-tidak tentang papanya. Dia berpikir jika papanya sudah tidak peduli dengannya dan Julian.

Bahkan dia sempat berpikir papanya mungkin sudah mempunyai keluarga baru hingga dia tidak mau menemui Bearly dan Julian atau sekedar menanyakan kabar lewat telepon—sebentar, apa itu juga menjadi alasan kenapa mamanya mengganti semua nomor telepon yang mereka miliki setelah perceraian?

Astaga, Bearly baru menyadarinya sekarang.

Bearly masih ingat jelas. Setelah perceraian terjadi dan mereka pindah rumah, Mama langsung meminta Bearly dan Julian—yang saat itu sudah mempunyai ponsel—untuk mengganti nomor mereka.

Mama tidak memberi penjelasan apapun saat itu. Bearly dan Julian pun tidak banyak bertanya karena Mama mendesak mereka untuk cepat mengganti nomor ponsel.

Sejujurnya Bearly sedikit kecewa dengan sikap mamanya yang seolah menjauhkan dirinya dan Julian dari papanya, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Mama karena dia mengerti posisi mamanya saat itu.

Mamanya pasti sangat terluka karena Papa tidak memilih keluarganya dan menganggap Papa lebih memilih sekretarisnya.

Mungkin itu alasan kenapa Mama menjauhkan Bearly dan Julian dari Papa, karena berpikir Papa sudah tidak membutuhkan mereka sebagai keluarganya.

Kini yang tertinggal hanyalah penyesalan. Penyesalan yang teramat besar karena belum sempat meminta maaf pada Papa. Penyesalan yang teramat besar karena tidak sempat bertemu papanya. Penyesalan yang teramat besar karena tidak berada di sisi papanya di saat papanya sakit. Dan, penyesalan-penyesalan lainnya yang kini menghukum Bearly dan membuat Bearly merasa seperti anak durhaka.

Ponsel yang Bearly letakkan di atas meja yang berada di sebelahnya tiba-tiba menyala menampilkan sebuah pesan. Mata Bearly refleks meliriknya. Bola matanya sontak berputar mendapati jika itu pesan dari operator.

Bearly heran, apa jam segitu operatornya juga sedang begadang hingga dia masih sempat menawarkan ringtone pada customer?

Tidak tahukah dia jika Bearly sedang berduka? Bukannya mengucapkan turut berduka cita, tapi malah menawarkan ringtone Bojo Galak.

Namun, munculnya pesan berupa tawaran untuk memakai ringtone Bojo Galak itu juga membuat Bearly akhirnya tahu jika sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah 2 pagi, yang artinya Bearly sudah dua jam duduk merenung seorang diri di balkon.

Sejujurnya Bearly bukan termasuk orang yang berani keluar ruangan tengah malam seperti ini. Malam ini dia berani melakukannya karena ada banyak orang di lantai satu.

Mereka adalah keluarga dan saudara-saudara Papa. Ada beberapa tetangga sekitar juga yang bergabung. Mereka masih begadang entah sedang melakukan apa. Yang pasti suara mereka sedikit membuat Bearly tenang karena dia tidak merasa sendirian.

Melihat notifikasi yang lain ternyata ada WA masuk dari Agam. Bearly segera membukanya. Pesan itu Agam kirimkan jam 8 malam dan baru Bearly buka sekarang.

Kak Agam :
Bea, maaf aku baru tahu kalau papa kamu nggak ada.
Turut berduka cita ya, Bea. Kamu yg tabah.
Insya Allah besok aku ke sana.

Bearly memejamkan mata. Dia merasa bersalah telah menolak Agam. Namun, ketakutan merasakan cinta dan menjalin hubungan itu kembali lagi setelah mengetahui bagaimana hancurnya rumah tangga orang tuanya.

Hubungan itu sama-sama memberikan luka untuk kedua orang tuanya walau di awal tampak bahagia. Dan, Bearly takut akan mengalaminya juga jika dia jatuh cinta dan menjalin hubungan.

Lagi-lagi cinta telah merenggut nyawa orang yang sangat Bearly sayangi. Karena cintanya yang luar biasa untuk Mama, Papa sampai tidak memikirkan kondisinya sendiri. Dia hancur karena cinta itu.

Memikirkannya membuat hati Bearly teriris. Pasti Papa sangat tersiksa selama ini. Dia sangat mencintai Mama, tapi Mama sudah tidak percaya padanya hanya karena fitnah.

Sekarang Bearly sadar ternyata cinta kedua orang tuanya tidak cukup kuat padahal mereka saling mencintai. Itu yang membuat Bearly sekarang tidak percaya jika cinta bisa menjamin kebahagiaan dan kelanggengan hubungan.

Tidak ada yang bisa menjamin hari esok, tapi Bearly merasa sendiri akan lebih baik. Setidaknya dengan sendiri dia bisa meminimalisir masalah di hidupnya. Tidak akan ada masalah dalam hubungan percintaan. Dia bisa menjalani hidup atas keinginannya sendiri.

Tidak ada status yang akan menjeratnya dalam sebuah hubungan.

Tidak ada pasangan yang akan membatasinya.

Tidak ada tanggung jawab seorang istri dan seorang ibu yang harus dia emban.

Jika ditanya apakah Bearly menyukai Agam, jawabannya adalah ya, dia menyukai Agam. Bohong jika dia bilang jika dia tidak menyukai Agam.

Agam adalah sosok cowok idaman. Sudah good boy, good looking pula. Namun, ketakutan untuk merasakan perasaan yang semakin dalam dan ketakutan menjalin hubungan itu kini melebihi perasaan Bearly pada Agam.

Kini hatinya hanya dipenuhi rasa kehilangan, rasa penyesalan, dan kekecewaan yang mendalam untuk semua yang telah terjadi. Tidak ada tempat untuk merasakan cinta.

Trauma yang beberapa waktu lalu sempat terlupakan karena perhatian Agam kini kembali menakuti Bearly setelah dia tahu penyebab dari kondisi papanya yang memburuk.

Dia heran, kenapa banyak orang yang hobi jatuh cinta jika cinta hanya akan mendatangkan luka saja setelah memberi kebahagiaan sesaat.

Bearly akui, dia terlalu pengecut untuk berani menjalani itu semua. Dia lebih memilih berada di zona aman dengan tetap single daripada bermain-main dengan rasa bahaya yang namanya cinta.

Namun, bukankah itu hak setiap manusia untuk memilih tetap single atau menjalin hubungan?

Banyak juga orang single yang bahagia, dan Bearly akan menjadi salah satunya. Dia akan mengupayakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri tanpa mau berharap pada orang lain, termasuk pada pasangannya.

🐻🐻🐻

Let's Date Tomorrow!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang