Jari telunjuk Bearly mengetuk-ngetuk meja yang terbuat dari semen di depannya. Tatapannya mengedar, memperhatikan sekeliling. Tampak 2 orang sedang membaca buku tidak jauh dari tempatnya duduk sekarang, selebihnya hanya duduk-duduk saja bersama teman-temannya menghabiskan jam istirahat.
Seperti sebelum-sebelumnya, taman belakang menjadi tempat pilihan Agam dan Bearly untuk bertemu. Mereka sudah membuat janji sebelumnya, dan sekarang Bearly sedang menunggu kedatangan Agam.
Alasan mereka bertemu kali ini untuk mengembalikan baju yang kemarin keduanya pinjam. Bearly mengembalikannya saat jam istirahat karena takut tidak bertemu Agam saat pulang. Apalagi anak PASKIBRA mulai sering kumpul sepulang sekolah akhir-akhir ini.
“Hachim!”
Oke, selain sweater Agam, peninggalan yang Bearly dapat setelah hujan-hujanan kemarin adalah flu.
Sejak tadi tiada hentinya Bearly bersin hingga ke mana-mana harus membawa sekotak tisu. Seperti saat ini. Dia sengaja mengambil duduk di dekat tempat sampah agar mudah membuang tisunya.
Sejujurnya keadaannya hari ini tidak begitu baik. Sejak kemarin dia demam disertai flu tanpa batuk. Padahal dia sudah meminum obat-obatan yang disarankan Agam.
Obat-obat itu hanya bereaksi membuatnya mengantuk dan menghentikan flu-nya sesaat saja. Namun, tidak berhasil menurunkan demamnya.
Bahkan Julian sampai menempelkan plester penurun panas di dahi Bearly semalaman berharap dengan begitu panas Bearly bisa sedikit turun.
Pagi ini Bearly memaksa sekolah walau kepalanya masih pusing, tapi untungnya badannya sudah tidak sepanas semalam.
Flu juga kembali datang menghampiri setelah obat yang Bearly minum kemarin luntur. Dia tidak minum obat lagi pagi ini karena takut mengantuk dan berujung ketiduran di kelas.
Sebenarnya alasan Bearly tetap kekeuh ingin sekolah karena dia tidak ingin Agam semakin mengkhawatirkannya.
Dari kemarin cowok itu terus mengiriminya pesan yang berisi saran-saran yang harus dilakukan agar kondisi Bearly membaik.
Cowok itu tampak sangat khawatir. Terbukti dari perlakuannya yang setiap jam menanyakan apakah suhu tubuh Bearly sudah turun atau keluhan-keluhan yang tengah dirasakan Bearly.
Jika tidak karena dilarang Julian, mungkin Agam sudah menyeret Bearly ke dokter kemarin.
Sikap Agam yang over protective malah membuat Bearly terkekeh geli. Rasanya aneh, cowok cuek yang tidak peduli pada sekitar itu kini sangat mengkhawatirkannya.
Namun, di sisi lain Bearly juga takut. Dia takut Agam benar-benar membawanya ke dokter karena dia tidak begitu bersahabat dengan jarum suntik.
Untungnya di saat seperti itu Julian cukup berguna. Agam sudah tidak memaksa Bearly ke dokter setelah mendengar kalimat larangan dari Julian karena bagaimanapun Julian yang lebih berhak memutuskan sesuatu untuk hidup adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...