Gumpalan awan di langit tampak semakin menghitam sebagai pertanda jika hujan akan turun tidak lama lagi. Angin berhembus cukup kencang, membuat sebagian penghuni kelas memilih untuk menutup jendela kelas mereka.
3 menit lalu bel pulang sudah berbunyi. Bearly langsung menggendong tasnya dan berjalan sedikit cepat menuju kelas kakaknya. Kecemasan mulai dia rasakan. Dia takut hujan turun sebelum dirinya sampai di rumah.
Sampai di depan kelas 11 IPS 1, Bearly sudah tidak mendapati kakaknya ada di depan kelas seperti biasa. Hanya ada anak geng TC saja yang tampak berkumpul di depan kelas karena ketua mereka memang masih bucin.
Untuk Garrel yang membawa mobil tentu hujan tidak akan menjadi masalah. Makanya, dia masih bisa duduk-duduk santai bersama pacarnya di depan kelas sekalipun mendung sudah siap menumpahkan isinya.
Berbeda dengan Julian yang lebih memilih naik motor dan lebih memilih menebengi pacarnya daripada adiknya sendiri.
Ya, setiap hari Bearly memang mengandalkan ojek online untuk berangkat dan pulang sekolah.
Pernah waktu itu untuk pertama kalinya Julian membawa mobil ke sekolah, dia meminta Bearly ikut bersamanya. Walau tahu akan menjadi nyamuk, akhirnya Bearly tetap ikut daripada naik ojek online. Sayangnya, pilihannya untuk ikut Julian naik mobil itu ternyata salah. Dia jadi harus ikut terlambat karena menunggu Steffi yang berdandan sangat lama.
Sejak saat itu Bearly memilih naik ojek online jika kakaknya enggan menebenginya dan lebih memilih mengantar-jemput Steffi. Menurutnya, lebih baik menunggu Abang Ojol on the way daripada menunggu Steffi berdandan.
Namun, sore ini Bearly sangat berharap kakaknya akan lebih memilih menebenginya daripada mengantar pulang Steffi karena Bearly tidak bisa memesan ojek online.
Uang sakunya sudah habis untuk iuran, sedangkan Steffi bisa pulang dengan siapa saja karena temannya banyak. Bearly juga tidak bisa menebeng Sissy karena Sissy diantar-jemput mamanya.
“Kak Bim, Kak Ian mana?” tanya Bearly pada Bimo.
Dia lebih memilih bertanya pada Bimo karena cowok itu menjadi yang paling normal di antara semua anggota geng TC. Mungkin bukan jawaban, melainkan godaan jika tadi dia bertanya pada Andra atau Dicky.
“Baru aja pulang. Paling masih di parkiran,” jawab Bimo.
“Oke, makasih, Kak.”
Dengan berlari kecil, Bearly menuju ke parkiran. Dia berharap kakaknya belum pulang karena saat ini Julian harapan satu-satunya.
Parkiran motor tampak sangat padat. Sebagian besar siswa SMA Tunas Bangsa memilih langsung pulang, tidak nongkrong dulu seperti biasanya mengingat langit sudah gelap.
Mereka berlomba-lomba mengeluarkan kendaraan dari area parkir berharap bisa cepat pulang sebelum didahului jatuhnya air hujan.
Bearly berjalan hati-hati di antara kendaraan-kendaraan yang terjebak kemacetan di parkiran. Pandangannya mengedar, mencari kakaknya yang untungnya masih duduk-duduk santai di atas motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...