LV - 45. Martabak Mini

8.6K 1.9K 189
                                    

Taman sudah sangat ramai padahal waktu baru menunjukkan pukul setengah 6 pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taman sudah sangat ramai padahal waktu baru menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Agam memarkirkan motornya di parkiran yang masih lenggang.

Pagi ini Agam benar-benar menemani Kamia jualan kue yang kemarin malam baru saja cewek itu buat.

Tidak ada pilihan lain. Kalau pun dia menolak, Kamia pasti akan meminta bantuan mamanya untuk merayunya agar mau menemani cewek itu jualan. Dan Agam tidak bisa menolak permintaan mamanya.

Sebenarnya bukan hanya karena sedang galau Agam tidak mau menemani Kamia jualan, tapi dari dulu memang dia kurang suka melakukan kegiatan itu.

Dia benci saat harus mempromosikan dagangan dan berpura-pura ramah karena itu bukan sifatnya. Bicara banyak, tersenyum pada setiap orang, dan tetap bersikap manis pada pembeli yang menyebalkan adalah hal sulit untuk Agam. Jadi, dia sama sekali tidak punya bakat dalam berdagang.

Dulu Agam mau menemani Kamia karena dia mempunyai rasa pada cewek itu, membuat rasa enggannya tertutupi dengan kebucinannya. Namun, sekarang tidak. Perasaannya pada Kamia tersingkirkan oleh perasaannya yang teramat besar pada Bearly.

Hal itu membuat Agam semakin malas menemani Kamia berjualan kue yang berkedok nostalgia ini.

Kamia turun dari motor Agam setelah motor itu berhenti. Dia membawa kotak kuenya yang tadi dia letakkan di tengah-tengah antara dirinya dan Agam.

“Sini biar aku bawain.”

Sebagai laki-laki gentle tentu Agam tidak akan membiarkan Kamia membawa kotak berukuran sedang yang berisi kue itu sendirian walau dia tahu kotak itu tidak begitu berat dan Kamia masih kuat membawanya.

Kamia tersenyum mendengar penawaran Agam. Dengan senang hati dia memberikan kotak kue yang sedang dia bawa pada Agam.

“Kita jualan di tempat yang dulu aja ya, Gam?” tanya Kamia meminta pendapat Agam.

“Terserah kamu,” jawab Agam cuek.

Raut wajah Kamia seketika berubah. Senyum cerahnya langsung pudar mendengar jawaban Agam yang tidak sehangat dulu.

Sebenarnya Kamia juga sudah merasakan perubahan Agam sejak kemarin dia ke rumah Agam. Agam sekarang jadi lebih cuek, tidak seperhatian dulu.

Kamia menduga itu karena dia pernah menolak Agam, dan sepertinya Agam masih marah hingga sekarang.

Mereka berjalan bersisian menuju tempat di mana mereka dulu berjualan saat masih SMP, tepatnya di pinggir jalan raya yang kini dipenuhi oleh orang-orang yang sedang jogging.

Saat hari biasa jalan raya itu dipenuhi oleh kendaraan bermotor, bahkan tidak jarang di situ terjadi kemacetan.

Dulu setiap minggu Agam dan Kamia memang berjualan di taman ini. Kamia dulu hanya membantu ibunya berjualan kue, tapi sekarang dia sudah bisa membuat kue sendiri.

Let's Date Tomorrow!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang