LV - 58. Saling Jujur

9.7K 1.9K 183
                                    

Bukannya reda, hujan malah turun semakin deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya reda, hujan malah turun semakin deras. Namun, hembusan angin sudah tidak sekencang sebelumnya. Sesekali terdengar suara petir yang membuat Bearly semakin takut.

Entah Bearly harus mensyukuri ini atau tidak, yang pasti keberadaan Agam di sebelahnya sedikit membantu membuatnya tenang. Dia jadi tidak merasa sendiri.

“Udah, Kak,” ucap Bearly menghentikan Agam yang sedang menggesek tangannya.

“Tapi, kamu masih kedinginan.”

Raut cemas masih nampak jelas di wajah Agam. Apalagi wajah Bearly kini berubah pucat. Bibirnya tampak keriput.

Dalam hati Agam merutuki sikap Julian. Bisa-bisanya cowok itu tidak kunjung menjemput Bearly padahal dia tahu hujan turun dengan deras disertai petir.

Untung saja Agam tadi melihat Bearly saat lewat di depan halte. Jika tidak, pasti Bearly sekarang menunggu sendirian.

“Nggak apa-apa, Kak. Aku bisa sendiri.”

Bearly menarik tangannya pelan dari genggaman tangan Agam. Dia hanya tidak ingin membuat Agam capek karena sedari tadi harus menggesek tangannya.

Dengan setengah hati, Agam membiarkan Bearly menarik tangannya. Tatapannya masih menyorotkan kecemasan, menatap Bearly yang kini sedang menggesek-gesek tangannya sendiri.

Teringat jika hari ini membawa sweater, Agam segera membuka tasnya lalu mengambil sweater itu dari dalam tas.

Sweater itu masih dalam keadaan kering karena tas Agam waterproof. Agam tadi tidak memakainya saat pulang karena seragamnya sudah terlanjur basah. Hujan sudah lebih dulu turun sebelum anak-anak PASKIBRA yang sedang berkumpul di lapangan berteduh.

“Pakai sweater-ku, Bea, biar kamu nggak kedinginan.” Agam mengulurkan sweater-nya pada Bearly.

Bearly ragu untuk menerima. “Terus, Kakak gimana?”

“Nggak usah pikirin aku. Aku nggak apa-apa,” ucap Agam menenangkan. Tangannya masih menggantung di udara karena Bearly tidak kunjung menerimanya.

“Tapi, kalau Kakak nanti kedinginan juga?”

Agam menghela nafas. Tatapannya berubah tajam. “Bea,” panggilnya tegas seolah meminta Bearly cepat menerimanya.

“Iya-iya.”

Bearly akhirnya menerima sweater yang disodorkan Agam walau dengan bibir manyun. Dia tidak suka saat Agam menatapnya tajam dan memanggilnya penuh penekanan seperti tadi. Jujur, dia takut melihat Agam seperti itu.

Bearly memakai sweater Agam yang tampak sangat kebesaran di tubuh mungilnya. Bahkan tangannya hampir tidak terlihat.

Wajar saja karena tubuh Agam memang tinggi dan tegap. Dia juga sedikit berotot karena sering latihan fisik.

Let's Date Tomorrow!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang