Dengan membawa sebuah helm di tangan kanannya dan tas di belakang punggungnya, Bearly melangkah keluar rumah. Beberapa menit yang lalu dia mendengar suara motor Agam berhenti di depan gerbangnya yang saat itu sudah dalam keadaan terbuka.
Entah kenapa cowok itu tidak mau masuk ke halaman rumah Bearly saja. Bukankah lebih enak menunggu di dalam daripada di luar?
Untung saja bertepatan dengan datangnya Agam, Bearly juga sudah siap. Dia langsung turun ke bawah tidak lama setelah itu.
Seperti sebelum-sebelumnya, hari ini dia tidak sarapan. Perutnya sudah terbiasa sarapan lebih siang dari yang seharusnya.
Langkah Bearly memelan saat beberapa langkah lagi dia sampai di tempat Agam menunggunya. Kegugupan itu datang lagi. Walau Agam sudah memaafkannya, tapi kecanggungan yang terjadi di antara mereka kemarin bertahan hingga Agam pulang.
Ya mau bagaimana lagi jika setelah Bearly menyetujui syarat yang diberikan Agam, tidak lama setelah itu Agam berpamitan pulang. Katanya, dia takut adiknya lupa memberi makan Bebek.
Bearly hanya bisa mengiyakan pamitan Agam walau keadaan saat itu belum berubah. Mereka masih sama-sama canggung.
Setiap gerak gerik mereka terkesan kaku, tapi setidaknya Bearly merasa lega karena sudah mendapat maaf dari Agam. Agam juga terlihat lebih fokus saat hendak jalan pulang, membuat kekhawatiran Bearly sedikit berkurang.
Bearly hanya bisa berharap semoga cowok itu tidak menabrak kucing atau yang lainnya saat di perjalanan pulang nanti.
Meyakinkan diri, Bearly mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia kembali melangkah menghampiri Agam yang tampak belum menyadari kehadirannya. Cowok itu sedang menatap ke arah lain, tepatnya pada seekor kucing di seberang jalan yang sedang makan ikan hasil curian.
“Nggak apa-apa, Bear. Jalani aja kayak yang dibilang Sissy. Nanti kalau Kak Agam nyakitin, Sissy akan bantu jadiin Kak Agam cimol,” ucap Bearly dalam hati, meyakinkan dirinya sendiri.
“Kakak udah nunggu lama?”
Suara Bearly itu membuat Agam sontak mengalihkan pandangan ke arahnya. Terlihat Bearly sudah siap dengan seragam khusus hari senin-selasa yang melekat di tubuhnya. Cewek itu terlihat semakin imut dengan bando pita yang menghiasi rambut kecoklatannya.
“Nggak. Ayo!” Suara Agam terdengar datar. Kini dia sudah menaikkan standart motornya dan menegakkan motornya, menunggu Bearly naik.
“Kok galak?” batin Bearly. Bibirnya reflek cemberut melihat respons Agam. Namun, dia sadar kesalahannya tidak mudah untuk dimaafkan.
Agam memang sudah memaafkannya, tapi pasti kekesalan cowok itu pada Bearly masih tersisa hingga membuatnya seperti ini.
Setelah Bearly naik dan sudah berpegangan di pinggangnya, Agam mulai melajukan motornya. Vespa tua berwarna biru itu melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya. Mungkin karena hari ini Agam menjemput Bearly lebih pagi dari biasanya jadi jalan raya belum terlalu ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...