Bearly melangkah menghampiri rak buku setelah Nilam pergi menghampiri anak-anak kecil yang baru saja memanggilnya. Hingga kini Bearly masih penasaran, sebenarnya tempat apa ini?
Tidak ada penjelasan apapun yang diberikan Nilam. Perempuan yang dipanggil mbak oleh Nakula itu hanya bertanya tentang hubungan Bearly dan Nakula saja sejak tadi. Nakula juga belum kembali sejak meminta izin untuk menelpon.
Di ruangan ini ada dua komputer, rak buku, sebuah papan tulis, dan meja-meja kecil yang berjejer rapi di atas karpet. Sempat terlintas di pikiran Bearly jika bangunan ini adalah sekolah. Namun, rasanya terlalu kecil untuk ukuran bangunan sekolah.
Bearly meraih sebuah buku secara acak. Itu adalah buku dongeng tentang Cinderella. Melihat-lihat buku lain, Bearly bisa memastikan jika buku-buku yang berada di rak ini memang diperuntukkan untuk anak-anak. Ada buku cerita, mewarnai, menggambar, majalah anak, dan beberapa buku pengetahuan seperti RPUL dan RPAL.
“Ada buku yang lo suka? Kalau suka ambil aja.” Suara itu tiba-tiba terdengar di belakang Bearly.
Sontak Bearly menoleh. Tampak Nakula berjalan ke arahnya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
Jujur, dia tampan jika seperti itu. Sayangnya, label buaya yang melekat padanya menyadarkan Bearly jika setampan dan sekeren apapun Nakula, dia tidak boleh terpesona pada cowok itu.
Bearly tertawa pelan. “Apa yang harus gue ambil kalau di sini adanya buku anak-anak doang? Masa gue harus ambil buku dongeng tentang kancil, atau malah Snow White?”
Nakula mengedikkan bahu. “Ya kali aja lo mau ambil buku dongeng Malin Kundang.”
Bearly memutar bola matanya. Andai yang Nakula tawarkan itu novel pasti Bearly akan mengambilnya. Kalau cerita Malin Kundang, sih, Bearly sudah hafal alurnya.
“Kok lo sendirian di sini? Mbak Nilam ke mana?” tanya Nakula sambil mengedarkan pandangan.
“Tadi dipanggil anak-anak.”
Nakula manggut-manggut. “Ke atas, yuk! Di sini ramai. Nggak enak ngobrolnya.
Setuju dengan ajakan Nakula, Bearly pun mengangguk. Di sini memang sangat ramai. Suara teriakan dan tawa anak-anak terdengar kencang. Daripada menegur mereka dan meminta mereka untuk diam, lebih baik memang berpindah tempat.
Bearly mengikuti Nakula yang mulai melangkah menaiki tangga. Sekarang sudah sore jadi matahari sudah tidak begitu terik.
Sesampainya di rooftop Bearly berputar sambil memperhatikan sekitarnya. Langit tampak cantik dengan semburat warna jingga yang menghiasinya. Burung-burung terbang bergerombol menuju arah yang sama. Beberapa layang-layang tampak terbang memamerkan motifnya.
“Di sini biasanya dipakai main layang-layang?” tanya Bearly dengan menoleh pada Nakula yang sekarang berdiri di sebelahnya. Bearly bertanya seperti itu karena di rooftop ini banyak bekas layangan sobek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...