“Demikianlah presentasi dari saya. Kurang lebihnya saya memohon maaf.”
Bearly menghela nafas lega setelah selesai mempresentasikan hasil resume-nya tentang biografi tokoh R.A Kartini di depan kelas.
Rasanya jantungnya masih berdetak kencang. Kegugupan masih menyelimuti dirinya. Bahkan dia merasa dahinya basah karena keringat.
Walau ini bukan pertama kali baginya untuk presentasi seorang diri di depan kelas, tapi tetap saja rasanya masih deg-degan. Dia gugup hingga merasa mulas saat detik-detik sebelum guru pengajar memanggil namanya dan memintanya mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Karena sejujurnya Bearly bukan termasuk orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi untuk tampil di depan banyak orang.
Apalagi bisa dikatakan dia termasuk ke dalam jajaran siswa yang maju paling awal karena ada anak yang tidak masuk di absensi sebelum Bearly.
Apa yang Bearly harus terima ini lagi-lagi karena absensinya. Terkadang Bearly sangat menyayangkan, kenapa namanya harus berawalan huruf B. Padahal nama Zearly juga terdengar bagus.
Melebihi rasa gugupnya, dia juga bersyukur karena presentasinya lancar walau di awal dia sedikit berbelit menjelaskannya karena gugup, tapi lama-lama dia bisa menguasai dirinya sendiri. Rangkumannya juga cukup jelas walau pengerjaannya terasa sangat berat.
Mau tidak berat bagaimana jika dia merangkum biografi tokoh itu dengan diawasi oleh tatapan tajam mantannya. Dari awal dia menulis hingga mendapat setengah dari hasil rangkumannya Agam masih terus menatapnya.
Cowok itu seolah lupa jika dia datang ke perpustakaan juga untuk membaca buku, bukan untuk memandangi wajah mantannya yang semakin hari semakin cantik.
Entah sudah berapa kali juga Bearly dibuat salah tingkah oleh tatapan itu. Saat Bearly memberanikan diri meminta Agam tidak menatapnya karena itu bisa membuatnya tidak nyaman, Agam malah menjawab, “Maaf, Bea, aku nggak bisa mengendalikan mataku sendiri.”
Jawaban macam apa itu?! Tinggal mengalihkan pandangan pada objek lain saja apa susahnya.
Padahal jika Agam berniat cuci mata, banyak cewek cantik yang juga sedang membaca buku saat itu.
Setahu Bearly, cewek-cewek itu juga pintar. Tidak sepertinya yang ke perpustakaan jika sedang ada tugas saja.
Sungguh, rasanya Bearly ingin kabur saja waktu itu. Terserah kalaupun Agam sadar jika Bearly sedang menghindarinya karena kenyataannya memang seperti itu.
Sayangnya, keberuntungan sedang tidak ada di pihaknya. Dia yang berniat meminjam buku biografi itu harus mengurungkan niatnya saat melihat meja penjaga perpustakaan kosong.
Entah ke mana ibu-ibu penjaga perpustakaan itu. Kenapa dia tidak ada di saat Bearly membutuhkannya untuk melancarkan aksinya kabur dari tatapan mantan? Karena Bearly tidak bisa meminjam buku sebelum melapor pada penjaga perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...