Salah satu hal yang bisa Bearly syukuri di saat seperti ini, dia jadi bisa memakan masakan nenek lagi. Sesuatu yang sudah lama tidak dia lakukan semenjak kedua orang tuanya bercerai.
Berbeda dengan nenek dari Papi yang biasa Julian sebut sebagai nenek sihir, nenek dari Papa sangat lah baik. Dia sangat menyayangi semua cucunya terutama Bearly.
Apapun yang Bearly inginkan selalu dia berikan. Mau itu mainan yang penjualnya dulu suka lewat depan rumah nenek, ataupun makanan.
Apapun makanan yang diinginkan Bearly pasti akan dimasakkan oleh nenek. Tidak peduli jika saat itu sudah tengah malam, karena tidak jarang Bearly dulu terbangun tengah malam karena lapar.
Namun, Bearly juga tidak begitu berharap mendapat perlakuan yang sama dari nenek dari Papi karena dia sadar, dirinya hanya lah cucu tiri. Pasti tidak mudah untuk nenek menerimanya karena Bearly tidak ada hubungan darah dengan anaknya.
“Kalian beneran udah nggak apa-apa?” tanya Om Yanto dengan menatap Bearly dan Julian bergantian.
Pagi ini dia ikut sarapan bersama Bearly dan Julian. Mereka masih duduk santai di meja makan sambil menunggu masakan nenek siap.
“Nggak apa-apa, Om,” jawab Bearly.
Julian tampak diam saja sambil memutar-mutar jeruk yang berada di atas meja.
Sejak dari kantor polisi kemarin dia menjadi pendiam. Dia sadar dirinya telah melakukan sesuatu yang menyusahkan Papi dan kini dia merasa bersalah.
Julian merasa tidak tahu diri. Dia belum bisa bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, tapi malah membuat masalah yang menyusahkan Papi sebagai orang yang sudah memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu menjadi tamengnya 1 tahun belakangan.
Nenek yang tadi berkecamuk di dapur sejak subuh bersama seorang ART kini datang menghampiri mereka sambil membawa beberapa makanan. Ada nasi goreng udang, telur mata sapi, mie goreng, dan ayam goreng.
“Wah, nasi goreng!” teriak Bearly senang. Matanya berbinar menatap semangkuk besar nasi goreng yang diletakkan tepat di depannya.
Om Yanto dan Nenek tersenyum melihat Bearly se-senang itu hanya karena nasi goreng, sedangkan Julian langsung mengambil nasinya dan sebuah ayam goreng tanpa banyak komentar.
“Nenek sengaja masak makanan kesukaan Bearly dan Julian biar kalian makannya banyak.” Nenek tersenyum teduh.
Akhir-akhir ini Bearly dan Julian memang sulit makan. Mereka hanya makan nasi sehari sekali. Itu pun sangat sedikit, seukuran makannya Miko.
Jika mereka lapar mereka akan lebih memilih memakan sereal atau hanya susu untuk mengganjal perut.
Semua orang paham, meninggalnya papa mereka membuat mereka sedih dan berujung kehilangan nafsu makan. Itu juga yang membuat mereka memberikan apapun yang Julian dan Bearly ingin makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Teen Fiction"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...