Kaki Bearly terasa berat saat melangkah menapaki koridor. Keraguan terlihat jelas di setiap langkahnya. Dia belum siap jika harus bertemu pacar barunya.
Astaga! Membayangkannya saja sudah membuat Bearly geli.
Tidak pernah terpikirkan oleh Bearly sebelumnya jika dia akan pacaran. Dengan alasan aneh dan cara yang cukup aneh juga.
Jika mengingat apa yang kemarin dia ucapkan saat menembak Agam, sungguh dia merasa sangat konyol saat itu. Belum lagi respons yang Agam berikan tidak terduga. Dengan wajah datarnya, dia menerima Bearly dan setuju untuk pacaran mulai besok.
Hey, kenapa tidak dipertimbangkan sama sekali? Bearly rasa dirinya tidak semenarik itu hingga Agam mau menerimanya tanpa pikir panjang. Apalagi Agam juga tidak menunjukkan tanda-tanda jika dia tertarik pada Bearly sebelumnya.
Sepertinya wajah Bearly kemarin cukup melas saat menembak Agam hingga membuat Agam tidak tega menolaknya. Alasan itu terdengar lebih masuk akal daripada alasan yang menyebutkan jika Agam menerima Bearly karena benar-benar tertarik padanya.
Masih dengan melangkah menyusuri koridor yang tampak sudah lumayan ramai, Bearly mengedarkan pandangan. Dia memperhatikan orang-orang yang sedang berpacaran di sekelilingnya.
Apa yang sedang dia lakukan itu bisa disebut sebagai berjalan sambil belajar. Iya, belajar berpacaran.
Jika dilihat dari tata cara berpacaran yang Bearly pelajari kemarin saat menonton film, seharusnya pagi ini dia berangkat dengan Agam. Karena di film diceritakan jika orang yang berpacaran kemana-mana selalu bersama dan bergandengan tangan. Sungguh menggelikan!
Ya, kemarin Bearly memutuskan untuk menonton film sebelum tidur. Itu terdengar lebih baik daripada dia harus membaca novel milik Sissy.
Jika Bearly mengikuti apa yang dilakukan sepasang kekasih dalam novel itu bisa-bisa dia hamil duluan sebelum putus. Pantas saja dia tidak pernah melihat Sissy membawa novel itu ke sekolah.
Ini salahnya juga yang tidak membaca blurbnya terlebih dahulu. Hanya karena covernya romantis, Bearly langsung meminjamnya dengan harapan novel itu bisa memandunya agar tidak terlihat bodoh saat berpacaran.
Tanpa terasa beberapa langkah lagi Bearly sampai di ruang ujian. Bahkan dia bisa melihat pintu ruang ujian yang sedang dalam keadaan terbuka dari posisinya saat ini.
Semakin dekat, kakinya semakin berat untuk dipakai melangkah maju. Seolah ada rantai yang menahannya. Jantungnya sudah berdebar-debar padahal sosok yang dia takutkan belum tampak. Bahkan mungkin dia belum berangkat sekarang.
Bearly sudah bersiap-siap untuk kecanggungan yang pasti akan mereka rasakan selama duduk satu bangku nanti. Dan sialnya itu harus berlangsung sampai berjam-jam. Rasanya Bearly ingin menjerit saja.
Saat tidak ada apa-apa di antara mereka saja mereka sudah canggung karena Agam hanya diam saja selama di bangku, apalagi sekarang saat mereka sudah pacaran. Pasti akan double canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Date Tomorrow!
Ficção Adolescente"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia tidak tulus berpacaran dengannya. Semua yang Bearly lakukan selama ini hanya karena permintaan kakakny...