(03) dancing in the rain

14.6K 668 0
                                    

Hai bestii🤗
Jangan lupa follow!!
Vote juga
By: wp.alisaolaf

Happy reading.

Cinta itu tanpa syarat. Seperti itulah saya mencintaimu, entah kamu merespon atau mengabaikan nya. —salwa alamanda.

Salwa melangkahkan kaki nya masuk ke perkarangan rumah nya. Ia baru saja sampai rumah di antar oleh biru sebab samudra harus mengantar leya pulang.

"Eh sal... tadi gue sama samudra mau ngajak lo pulang bareng ternyata lo udah sama biru." Ujar leya yang sedang berada di teras rumah.

Salwa tidak menghiraukan ucapan leya. Ia hanya melirik leya lalu melanjutkan langkah kaki nya. "Lagian kalo gue bareng lo, mau dimana gue?, di pentil ban gitu?." Batin salwa.

"Dari mana kamu sampe semalam ga pulang?"
—surya papa nya. lelaki paruh baya itu bertanya.

"Semalam salwa di rumah acha."

"Bohong tuh!! Tadi aja leya liat dia berangkat bareng biru." Ujar leya yang tiba-tiba ikut menimbrung.

Salwa melirik leya. Namun leya hanya menaikan kedua alis nya. "Kalo lo ga tau apa-apa mending diam!! Lagian emang salwa berangkat bareng biru tapi ada acha juga." Jelas salwa.

"Kamu emang gak jauh beda ya sama mama kamu sam—"ucap surya terhenti kala wanita paruh baya memegang tangan nya.

"Udah pah... jangan marahin salwa lagi, yang pentingkan dia udah pulang." ujar rani melerai permasalahan ini.

"KENAPA? PAPA MAU NGEHINA MAMA LAGI!!" Tukas salwa dengan nada emosi. Ia bisa saja menahan jika diri nya yang di hina, tetapi jika mama nya ia akan menentang.

"Itu kan kenyataan nya salwaaa." Cetus leya dengan santai tanpa memperdulikan wajah salwa yang sudah terbalut dengan emosi.

"LEYAA!!" Tegur wanita paruh baya itu.

Salwa berjalan ke arah kamar nya. Ia merasakan dada nya yang sesak, Orang yang ia percaya setelah mama nya pergi kini telah berpihak kepada orang lain. Bahkan sekarang salwa merasa bahwa dunia sedang membenci nya.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar salwa. "Sayang... mama boleh masuk?" Ujar rani yang menunggu jawaban dari salwa.

"Pintu ga di kunci kok."

Perlahan rani membuka knop pintu. Ia melihat salwa sedang menatap senja sore lewat jendela kamar nya. Dengan langkah ragu ia mendekati salwa yang enggan menatap keberadaan nya. "Sayang.." ujar rani seraya mengusap sayang rambut salwa. "Maafin papa sama leya ya." Bujuk rani yang melihat bahwa salwa sedang kecewa akan kejadian tadi.

"Saya gak pa-pa, makasih atas perhatian nya." Jawab salwa enggan menatap lawan bicara.

"Mama tau perasaan kamu, tapi kamu harus ingat mama selalu ada buat kamu. Sayang mama ke kamu sama kaya ke leya dan papa kamu. Mama ga pernah membedakan itu." Ujar rani yang masih berdiri di belakang salwa.

Kini salwa membalikan tubuh nya menatap rani sepenuh nya. "Mama, cuma mama yang tulus sayang sama saya. Setelah mama meninggal semua seolah-olah menganggap saya itu cuma figuran yang ga punya perasaan. Tanpa kalian tahu hati saya sakit."Ujar salwa dengan amarah.

"Kalau anda tidak datang pada saat itu mungkin semua akan baik-baik aja."

"Mama cuma kamu bahagia lagi." Ujar nya yang tidak bisa menahan air mata.

Ia tersenyum simpul. "Semua udah terlambat. Bahkan sekarang kebahagian aja enggan datang untuk saya."

Rani tak mampu berbicara apapun lagi. Ia dapat melihat banyak kekecewaan yang salwa pendam.

SAMUDRA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang