(37) ibu ketua aodra

4.2K 234 1
                                    

Hai🙌
FOLLOW(WATTPAD)
IG: wp.alisaolaf
TIK TOK: wp.alisaolaf

YOK! Absen
Vote☆
.
.
.
.
.
♡happy reading♡

"

Kita gak bisa kalo harus tunggu lagi," ucap rival final.

"Gue butuh waktu, zaki harus ngaku."

Raska sudah berbicara tentang keadaan visi-misi di mading yang ia buat. Sebenarnya raska bisa membuat yang baru dan tidak memperpanjang masalah ini. Namun keadilan harus tetap di tegakan. Dan sudah di tegaskan bahwa tidak ada kecurangan di sini.

"Sorry ka, waktu gue gak banyak. Minggu depan semua urusan gue di sekolah ini udah selesai." Rival berujar.

"Gimana mau jadi pemimpin kalo keadilan tidak di tegakan."

"Gue siap mundur, kalo emang lo keberatan sama keputusan gue." Raska menatap rival dengan tenang.

Raska dan yang lain sudah sepakat untuk mengusut masalah ini hingga selesai. Jika beberapa orang menganggap masalah sepeleh. Bagi mereka tidak. Justru masalah sepelah inilah yang akan berbahaya jika di biarkan.

"Kenapa lo gak bikin baru aja? Gue yakin semua orang di sini berkemungkinan untuk memilih lo. Jadi tanpa visi-misi mereka yakin lo yang pantas," jelas rival.

"Kalo gitu sorry, gue gak bisa. Gue mengundurkan diri." Raska bangkit berjalan meninggalkan koridor ruang ganti basket.

"Ini cuma masalah sepelah. Kenapa harus di besar-besarin," Ucap rival mampu menghentikan langkah raska.

"Menurut gue ini masalah keadilan yang harus di tegakan. Dari awal kesepakatan ini udah di bicarakan. Jadi seandainya hal yang tidak seharusnya terjadi, terjadi. Gue gak akan biarin itu." Raska menegaskan tanpa membalikan tubuhnya kepada rival.

"Oke, gue tunggu 4 hari dari sekarang."

Raska tersenyum tipis, ia harus menyelesaikan masalah ini. Menurutnya siapapun yang akan di pilih itu layak menjadi yang terbaik.

♧♧♧♧♧♧

"Kalo gitu gue duluan ke kelas sal," ujar salah satu teman sekalas salwa yang di angguki olehnya.

Salwa sedang duduk di kursi taman sekolah. Jam pelajaran belum mulai. Acha yang tidur dan lia sedang mengerjakan tugas membuatnya sedikit jenuh di kelas.

"Hai, kelinci imut." Samudra duduk di sebalah salwa.

"Ih! Apaan si," ucap salwa dengan kekehan. Samudra mencubit kedua pipi salwa.

"Pipi kaya bakpau, tapi wajah tetap imut kaya kelinci." Samudra berucap menelaah wajah salwa.

Salwa mendengus sebal, ia suka samudra memanggilnya kelici. Namun tidak dengan bakpau.

"Jangan panggil bakpau!" Tegas salwa menatap samudra kesal.

"Kenapa? Bakpau lucu," ucap samudra menatap salwa dengan tubuh menyamping.

"Emangnya pipi gue sebesar itu?" Tanya salwa pelan dengan memegang kedua pipinya murung.

Samudra tampak berfikir sejanak, membuat salwa berekspresi wajah takut akan jawaban samudra.

SAMUDRA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang