[01] Anak Pohon

211 37 22
                                    


Siang terasa menyengat di desa negeri para Elf tetapi hal itu tidak mengganggu kegiatan mereka, mahluk-mahluk itu tetap menjalankan kehidupan mereka yang aman dan damai seperti biasa.

Namun, tidak semua penduduk suka berbaur dan bercakap-cakap dengan sesama. Ada juga sebuah keluarga Elf yang sangat jarang bersosialisasi. Hidup mereka sangat tertutup, hingga hanya sedikit sekali orang yang kenal dengan mereka.

Tetangga kerap terkejut saat berhadapan dengan keluarga itu, karena jangankan menyapa, tersenyum pun ramah tidak pernah dilakukan. Keluarga itu terdiri dari pasangan suami istri, dengan keadaan sang istri yang tengah mengandung delapan bulan dan sebulan lagi mungkin akan melahirkan.

Berselang dua bulan kemudian. Anak dari sepasang suami istri yang jarang bersosialisasi itu telah berusia genap satu bulan. Nama bayi itu adalah Megalodon, memang nama yang cukup aneh dan seperti terasingkan, tetapi bayi itu adalah bayi yang mudah sekali tersenyum dan selalu periang, walaupun wajah kedua orang tuanya jarang sekali tersenyum, dan kini kebahagiaan mengubah kehidupan kedua orang tuanya itu.

Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba para pasukan Iblis dari Neraka Jahanam kolosal menyerang Desa negeri para Elf tanpa sebab. Mereka datang menyerang hanya karena mencari kesenangan dan untuk merebut kekuasan.

"Tolong! Tolong selamatkan kami. Ahh!" teriak para penduduk, segelintir merasa kesakitan karena habis dihancurkan oleh beberapa para Iblis. Mereka disiksa, tubuh mereka hancur karena diinjak dan perumahan juga banyak yang rusak.

Tidak lama kemudian datang puluhan para Elf membalas menyerang dengan menggunakan ketapel raksasa, yang berisi batu logam yang cukup besar.

"Serang!" seru puluhan para Elf kepada para Iblis.

Keenam ketapel raksasa melempar bersamaan ke hadapan para iblis. Namun batu logam tersebut tidak membuat para Iblis kesakitan melainkan sangat menjengkelkan bagi mereka hingga akhirnya para iblis mengambil batu logam itu dan membalas menyerang balik puluhan Elf tersebut.

"Sial! Ayo semua cepat pergi! Batu itu sudah sangat dekat!" teriak Tetua bangsa Elf, menyuruh para penduduknya untuk segera pergi. Namun semua telah terlambat, puluhan para Elf beserta Tetua justru tewas mengenaskan.

Melihat kekalahan sudah di depan mata kini para penduduk pun tidak bisa lagi meminta bantuan kepada siapa pun. Dan yang masih tersisa hanyalah Ayah Megalodon, seseorang yang mempunyai kesaktian sihir untuk melawan para Iblis. Namun sebelum ia melakukannya, Ayah Megalodon menyelamatkan anaknya terlebih dahulu, karena ia percaya bahwa anaknya kelak bisa memusnahkan para Iblis di masa yang akan datang.

Sekarang seluruh desa dan negeri para elf sudah sangat hancur. Abu asap terlihat di mana-mana, darah para elf berhamburan karena serangan Iblis. Karena tempat itu tidak lagi aman, Ayah Megalodon pun pergi menggunakan sapu terbangnya bergegas membawa Megalodon ke tempat yang aman.

Ia sangat ketakutan dan sedikit panik ketika melintasi para Iblis yang menyerang rakyatnya satu-persatu. Hanya saja senyum putranya Megalodon yang berada di pelukannya terasa sedikit menenangkan dan membuat pikirannya terasa campur aduk dan itu menimbulkan dilema antara senyum dan panik.

Saat sampai di perbukitan, Ayah Megalodon melihat sebuah portal. Sepertinya portal itu adalah jalan masuk bagi para Iblis hingga mereka bisa sampai ke desanya. Kemudian ia mencoba masuk dan terbang melewati portal tersebut.

Hawa panas dan debu yang dilintasinya membuat Ayah Megalodon sedikit kelelahan. Tapi, demi anaknya, sang ayah rela berkorban untuk mencari jalan yang aman buat Megalodon.

Beberapa menit kemudian. Kini Ayah Megalodon telah berhenti di depan sebuah Gerbang Neraka dan Ayah Megalodon pun membuka gerbang tersebut.

Saat melintasi gerbang itu Ayah Megalodon melihat dunia baru, dunia itu sangat berbeda dengan dunia di mana negerinya berada. Makhluk-makhluk yang dilihat olehnya tidak sebanding dengan tubuhnya.

Invalible Reborn  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang