[19] Grateful

34 9 0
                                    

Bahtera berjalan keluar dengan wajah yang kesal. Kesalnya itu sampai ingin menyerang Guru Aokai, tapi ia tidak berani untuk menyerangnya.

Kemudian, Sky berlari dan langsung mendorong Bahtera dari belakang. Setelah itu Bahtera terhempas, wajahnya lecet karena dorongan tersebut sehingga mengenai batu-batu kecil.

"Cih. Sial mukaku!" kesal Bahtera. Lalu Bahtera memegang pipinya, ternyata darah di kedua tangannya bercucuran.

Setelah itu, Bahtera membalikkan wajahnya. Siapa yang telah mendorongnya. Selepas itu, Sky langsung menarik kera baju Bahtera.

"Hei anak brengsek. Beraninya kamu tidak sopan pada Guru Aokai. Kamu ini keras kepala yah, daritadi selalu saja membuat onar. Sudah dikasih saran baik-baik ini malah kelewatan," oceh Sky.

"Apa, hah. Kamu mau pengen apa dengan perkataan itu, aku tau kamu ingin memamerkan diri 'kan biar kamu itu adalah anak teladan sampai kamu melakukan aku seperti ini. Kamu belum tahu saja dengan sifat-ku, kalau aku diluar dari sekolah ini hidupmu tidak akan selamat," balas  Bahtera.

"Kamu berbicara apaan, hah. Aku datang mendorongmu biar sifat-mu bisa tau tata krama di sekolah ini, jangan biasakan gaya keras kepala-mu di bawa sekolah sini. Cepat sana minta maaf sama Guru Aokai," suruh Sky.

"Cih, enggak kamu siapa pakai suruh-suruhan segala. Aku dah capek tau nggak berburu ikan piranha tapi Guru Aokai tidak menghargai," tolak Bahtera.

"Kau pikir kamu sendiri yang kecapean. Justru kami yang lebih kecapean meskipun tugas itu sangat berat kalau dikerjakan sama-sama maka tugas kami bakalan diringankan dan  mendapatkan pengalaman yang luar biasa, apakah kamu mengerti?!"

Bahtera hanya tutup mulut dan menutup bekam luka di wajah menggunakan tangan kanannya. Lalu, Bahtera pergi meninggalkan Sky dan teman lainnya.

Sky sangat kesal melihat tingkah Bahtera. Kemudian, Helena dan Reynold memberhentikan kesalnya Sky.

"Sudah, Sky mungkin itu sudah sifatnya. Kita tidak bisa untuk memaksakannya biarkan dia pergi," ucap Helena.

Sky menghela napas yang panjang ketika mendengar ucapan Helena. Perlahan kesalnya Sky berhasil diredakan.

Melihat wajah Bahtera yang bekam membuat Megalodon sedikit khawatir. Kemudian, Megalodon pergi menghampiri Bahtera tanpa meminta izin pada kelompoknya.

"Megalodon, kamu mau pergi ke mana?" panggil Reynold. Megalodon hanya melebarkan telapak tangan kanannya. Reynold, Sky, dan Helena kebingungan apa yang dimaksud dengan Megalodon.

Sepuluh menit berlalu ... Megalodon melihat Bahtera yang sedang duduk di perbukitan dengan menikmati hamparan laut yang terhempas oleh angin.

Luka yang bekam itu menutup wajah cerianya Bahtera. Setelah itu, Megalodon menghampiri Bahtera dan duduk di sampingnya.

"Bahtera, kamu sedang ngapain? Anu, bolehkan aku untuk menyembuhkan wajahmu," panggil Megalodon.

"Eh, Megalodon. Sejak kapan kamu datang ke sini, oh aku sedang melihat hamparan laut. Melihat hamparan laut aku teringat masa lalu bersama temanku yang telah lama tiada. Dulu, aku pernah bermain dipinggir laut, kami bersenang-senang dari pagi sampai ke senja setiap hari sampai orang tuaku dan orang tuanya selalu mencari kami. Aku memang nakal. Ketika ayahku marah, aku membalas balik lagi dengan kemarahan, kemudian ayahku tertawa terbahak-bahak. Ayahku sangatlah berbeda dan sedikit aneh. Ayahku selalu mengajarkan-ku untuk terus keras kepala, membuat onar ayahku tak segan untuk mendukungku. Setiap  aku dimarahi sama ayah dan aku membalasnya, ayah dari teman lamaku selalu menasehati-ku untuk menghormati. Sampai teman lamaku juga ikut menangis karena dibentak terus sama ayahku. Kami bercanda sangatlah berbeda dan kalau ada orang lain membenci kami. Aku dan ayahku selalu pergi dari keramaian. Tetapi lamanya seiring waktu, keseruan aku dan teman lamaku harus berakhir saat itu. Dia sedang mengalami penyakit langka, penyakit yang sangat susah untuk disembuhkan sampai dua bulan perlahan kini temanku selalu terbaring. Di mana saat aku melihat temanku membuat kebahagiaan-ku semakin melemah, aku benar-benar khawatir dengannya, aku takut kehilangannya. Tapi, Tuhan telah membawanya pergi, saat aku melihat keluarganya kini air di wajah mereka selalu membasahi. Seminggu kepergian temanku, orang tuanya pindah tempat, jadi sampai sekarang aku menyendiri begini," jelas Bahtera mengisahkan tentang persahabatannya.

Invalible Reborn  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang