[52] Sleeping Milk

23 8 0
                                    

Lima belas menit berlalu ... mereka berlima telah sampai di rumah besar dengan menaiki awan milik Sky, tiba di depan rumah besar. Kapal awan yang amat besar masih ada di sebelah dengan tumpukan salju berserakan.

Paman Felix sudah tiba melihat kapal awan itu lagi, ternyata kapal tersebut tidak ada perubahan sama sekali seperti yang dulu lalu di generasi 'kan kepada anaknya---Sky.

Usai melihat kapal, Paman Felix, Megalodon, dan ketiga temannya masuk ke dalam rumah besar lagi. Selepas itu mereka melanjutkan ke restoran menemui Pak William, dengan seperti biasa restoran Pak William masih sangat ramai.

Kemudian mereka berlima berjalan ke tempat pemesanan. Barisan antrian itu sangat panjang sehingga butuh waktu yang lama untuk menunggu.

Reynold benar-benar kesal, kenapa teman-temannya tidak menghampiri Pak William saja secara langsung. Kalau begini terus yang ada kita tidak mendapatkan kebagian Mie Udon.

Satu jam berlalu, kini antrian mereka sudah semakin dekat. Pak William yang masih sibuk dengan pembeli, ia malah tidak menyadari bahwa orang yang berdiri di depannya adalah Paman Felix, seseorang yang ia idolakan.

Di balik Paman Felix. Ada Megalodon bersama ketiga temannya. "Bapak. Tuan Megalodon, kalian. Wah sejak kapan kalian datang ke sini?" tanya Pak William karena kaget.

"Oh, sudah satu jam pak. Kami sampai di sini. Pak, aku telah membawa seseorang yang bapak inginkan. Ini dia, dia adalah Paman Felix dan kami telah berhasil mendapatkan Batu Nilam karena dirinya," balas Megalodon, lalu ia memberikan kabar baik pada Pak William.

Pak William pun kaget, ia sangat senang akhirnya Megalodon dan ketiga temannya bertemu dengan orang yang tepat. Pak William sangat bahagia sudah sekian lama akhirnya bisa bertemu Paman Felix.

"Selamat datang Pak Felix. Bagaimana kabarnya, akhirnya kita bertemu lagi," sapa Pak William.

Paman Felix pun kaget kemudian ia langsung membalas sapaan Pak William. "Ah ... iya pak. Oh, saya baik-baik saja pak. Apakah nama bapak adalah Pak William? Ngomong-ngomong, bolehkan saya untuk menginap di tempat bapak semalam saja dengan kamar harga murah?" balas Paman Felix dengan menebak nama Pak William. Kemudian ia meminta kamar murah untuk beristirahat, karena malam nanti bakalan ada hujan badai salju.

"Wah, syukurlah kalau begitu pak. Heh ... i--iya pak, pasti Megalodon sudah menanyakan sama bapak yah. Oh boleh, pak. Kalau kamar murah tidak ada, pak. Tapi bapak tidak usah khawatir kalau cuman untuk semalam, saya bakalan kasih dua kamar gratis dan buat Nyonya Helena juga," balas Pak William, lalu ia menawarkan kamar gratis pada mereka berlima. Kini Megalodon kedua kalinya tidak enak dengan Pak William, tapi kalau itu sudah keinginannya dan Paman Felix. Megalodon hanya mengikuti saja.

"Pak. Anu, bolehkah saya untuk menumpang makan, soalnya dari pagi tadi sampai sekarang saya belum makan sama sekali. Tetapi saya tidak punya uang, pak. Untuk bayaran bisakah saya ganti dengan membantu bapak, perut saya sudah benar-benar sakit pak," ucap Reynold meminta belas kasih pada Pak William, karena ia sudah sangat kelaparan dengan memelas perut.

Pak William merasa tersanjung mendengar ucapan Reynold. Pak William pun langsung ringan tangan dan ia memberikan makanan gratis.

"Tuan, boleh kok. Eh ... nggak usah bayar, buat kalian bapak kasih makan gratis. Jadi kalian tidak usah merasa sungkan untuk meminta tolong, bapak ingin sekalian untuk beramal buat istri dan anak bapak yang ada di langit-langit sana," balas Pak William.

Paman Felix, Reynold, dan ketiga temannya merasa tersentuh mendengarkan balasan Pak William. Usai mengobrol Pak William kembali pergi ke dapur dan mengambilkan lima mangkuk mie udon dengan toping ikan tuna.

Mereka berlima menyantap sangat nikmat, Reynold pun makan dengan lahap juga sampai pakaiannya tumpah dengan kuah mie udon.

Pak William sangat bahagia akhirnya mereka menikmati masakannya. Usai menyantap mie udon. Kini sore telah berganti malam dan malam pun mulai larut, hujan badai salju turun deras. Megalodon yang duduk tenang menatap badai salju lewat jendela, ia tidak bisa tidur. Sejak beberapa hari di Pulau Nivalis, ia kebanyakan bergadang.

Paman Felix, Sky, dan Reynold kini mereka masih tertidur nyenyak sambil berebut-rebutan selimut, padahal selimut sudah dikasih empat oleh Pak William.

Semakin lama menatap jendela, Megalodon tiba-tiba tenggorokannya kering. Kemudian Megalodon pergi ke bawah mencari air untuk diminum. Sampai di bawah Megalodon melihat Pak William yang seperti biasa melayani pelanggan, di tengah malam bapak-bapak masih saja ada yang bergadang.

Megalodon datang menghampiri Pak William yang baru saja selesai meladenin pelanggannya. "Selamat malam, Pak William. Bagaimana dagangannya? Sepertinya restoran bapak semakin ramai saja sampai tengah malam," sapa Megalodon.

"Astaga. Nak eh tuan bikin jantungan saja, tuan belum tidur juga yah. Oh hari ini dagangan bapak makin laris saja, tuan. Bapak sangat bersyukur. Ngomong-ngomong, tuan mau ngapain datang ke sini?" balas Pak William.

"Hehehe ... maafkan aku, pak. Belum pak, kenapa yah aku susah banget tidur beberapa hari ini? Oh syukurlah kalau begitu, semoga dagangan bapak laku keras terus. Oh aku turun ke bawah, mau cari air minum pak. Tenggorokan-ku sangat kering, bolehkah aku meminta secangkir air putih pak," pinta Megalodon.

"Owalah, iya tuan tidak apa-apa. Lah ... emang tuan lagi mikirin siapa? Sampai tidak bisa tidur. Iya tuan terimakasih banyak. Oh, sebentar tuan. Bapak bakalan ambil secangkir air putih," balas Pak William.

Kemudian, Pak William pergi ke dapur mengambil botol yang berisikan susu kemudian ia mengaduk dengan gula aren ditambah madu, untuk cara ampuh menidurkan Megalodon.

Selepas menyiapkan susu, kini Pak William datang menghampiri Megalodon. Lalu, ia menyodorkan secangkir susu kepada Megalodon. Setelah itu, ia mengambil dan meminumnya langsung.

Usai meminum secangkir susu, Megalodon merasakan hal beda, ia kira cangkir itu berisikan air putih. "Hmm ... ah. Pak, ini kenapa air putihnya tiba-tiba manis?" tanya Megalodon.

"Itu, susu tuan. Obat pengantar tidur. Tuan, bapak mau nanya yang tadi. Emang kenapa tuan tidak bisa tidur? Sebenarnya tuan lagi mikirin siapa?" balas Pak William lalu ia menanyakan lagi pada Megalodon.

"Yah jadi begitu ya pak, pantas saja rasanya manis. Ahh ... aku kepikiran sama papaku, pak. Aku rindu dengannya. Bagaimana kabar papaku sekarang dan bagaimana keadaan adikku Madrik sama kakak-kakakku juga. Andai saja aku bisa kembali ke Kerajaan Diamond, dan datang memeluk papa sekali lagi. Tapi, semua itu tidak bisa, karena papaku telah meyakinkan untuk menyelesaikan sekolah sihir agar aku menjadi orang yang baik dan berguna ke depannya," jelas Megalodon. Usai menjelaskan semua tentangnya, kini Megalodon sudah mulai mengantuk.

"Hehehe ... iya nak. Mendengarkan penjelasan-mu. Bapak sampai sekarang kembali memikirkan ayah bapak yang telah lama meninggal. Ia pernah menyampaikan sesuatu kepadaku, jadilah anak yang baik dan berguna untuk semua orang. Itu adalah ucapan terakhir sebelum ayah bapak menghembuskan nafas terakhir. Selagi papamu masih hidup kamu harus tetap bersyukur dan selalu mengikuti apa yang papa kamu perintahkan, mungkin semua itu ada benarnya juga," balas Pak William yang memberikan saran kepada Megalodon. Namun, apa yang disampaikan oleh Pak William. Kini Megalodon malah terlelap nyenyak di atas meja.

Pak William menghela napas yang panjang. Melihat Megalodon terlelap nyenyak, kemudian Pak William mengambil selimut, lalu ia menyelimuti belakang tubuh Megalodon.

Bersambung ....
Jangan lupa menyertakan komen dan vote, terimakasih.

Invalible Reborn  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang