[116] Monster Terbang?

7 4 0
                                    

Usai bercakap-cakap, Alex, Clarita, Megalodon dan ketiga temannya telah bersiap untuk berkelana lagi mencari batu sihir milik Megalodon dan Sky.

Kemudian Ibu Rafa, Rafa dan Airin melihat mereka berenam, tiba-tiba mau pergi saja.

"Tuan dan nyonya kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian tidak bermalam untuk menanti besok pagi?" tanya Ibu Rafa.

"Kami mau berkelana lagi, bu. Ada tugas yang ingin kami selesaikan, jadi kami tidak akan berlama-lama untuk menghabiskan waktu," balas Clarita.

"Tapi, nak. Maaf kalau lancang, sebaiknya malam ini kalian tidak usah keluar dulu. Karena setiap malam ibu selalu mendengar suara ketukan dari monster terbang, banyak tetangga ibu yang mati oleh para monster terbang itu dan ada pula banyak yang sakit terserang oleh virus monster tersebut," ucap Ibu Rafa memberi peringatan kepada mereka berenam.

Setelah mendengarkan ucapan Ibu Rafa. Clarita membalikkan tubuhnya dan berdiskusi kepada Alex, Megalodon nan ketiga temannya.

"Alex, Megalodon, Sky, Helena dan Reynold. Kita harus bagaimana? Apakah kita akan bermalam di sini, sepertinya Ibu Rafa mengatakan hal yang benar?" ucap Clarita.

"Kalau aku sih, ikut-ikut saja enggak tau sama Megalodon, Sky, Helena dan Reynold," balas Alex cepat menanggapi ucapan Clarita. Sebenarnya Alex itu hanya berpura-pura mengikuti Clarita agar orang yang dia suka, biar terpesona dengan dirinya.

"Aku sih ikut saja, tapi aku juga takut soal monster. Lebih baik kita balik aja yuk atau pergi ke jalan pintas," balas Reynold.

"Apa sih Reynold. Mentang-mentang kau sudah dapat batu sihir, pakai balik-balik saja. Ingat kita nggak bakalan dapat batu sihir, kalau Megalodon, Sky, Kak Alex dan Kak Clarita tidak menemani kita. Harusnya kamu itu hargai juga mereka berempat, karena kita telah mendapatkan batu sihir maka kita juga harus membantu mereka. Kita 'kan sudah berjanji kalau setelah mendapatkan keempat batu sihir, baru kita pulang bersama-sama ke sekolah sihir," oceh Helena kepada Reynold.

"Aku sih ikut saja dan juga sependapat apa yang dikatakan oleh Helena, tidak tau kalau Sky," balas Megalodon.

Sky kini hanya diam sejenak, setelah mendengarkan balasan mereka berlima. Semua malah memilih untuk menginap, tapi Sky berbeda pendapat apa yang mereka inginkan, ia malah menyelesaikan tugas untuk malam ini jadi besok bisa balik ke sekolah sihir secepat mungkin.

Namun, Sky juga bingung kalau ia ingin berbeda dengan orang lain. Aku juga merasa tidak enak dengan mereka berlima. Selepas itu, Sky menghela napas panjang lalu ikut untuk bermalam di Rumah Rafa karena terpaksa.

"Baiklah teman-teman nampaknya kalian lebih memilih untuk menginap. Dengan keputusan aku juga siap untuk bermalam di rumah ini demi keselamatan," balas Sky seraya mengukir senyumnya.

Megalodon tidak menyangka akhirnya Sky mengambil keputusan sendiri dengan mengikuti kemauan kami. Biasanya Sky diam saja mempunyai keinginan yang berbeda, tapi keajaiban malah mengubah pemikiran Sky.

Clarita sudah sangat senang, akhirnya kesepakatan mereka malam ini akan bermalam tidur di rumah Rafa. Selepas berdiskusi Clarita menghadap langsung ke depan Ibunya Rafa.

"Baiklah, bu. Malam ini kami akan bermalam di rumah ibu, maafkan kami karena selalu ngerepotin," ucap Clarita memberi tahu.

Ibu Rafa hanya mengangguk seraya mengukir senyumnya. Kemudian mereka pun mulai tidur, Clarita dan Helena tidur bersama Rafa dan Airin. Sedangkan Alex, Megalodon dan kedua temannya tidur di ruang tamu, lalu Ibu Rafa memberikan selimut kepada mereka berempat.

***
Keesokannya sebelum pukul enam pagi, kini Helena telah bangun dari tidurnya. Kemudian ia ingin membuang air kecil, sampai ke ruangan dapur Helena malah melihat Ibu Rafa yang sedang memasak.

"Eh, selamat pagi nyonya," sapa Ibu Rafa.

Helena hanya mengangguk seraya mengukir senyumnya, lalu Helena menahan bawahannya karena kepepet ingin buang air kecil.

"Bu, toiletnya ada di mana?" tanya Helena dengan air keringat bercucuran.

"Oh. Itu nyonya ada di samping," balas Ibu Rafa sambil menunjuk ke samping dekat lemari besar.

Helena mengangguk, selepas itu ia bergegas masuk ke dalam toilet. Saat Helena masuk dalam toilet, Clarita pun terbangun dari tidurnya lalu berjalan ke dapur seraya mengucek mata.

"Oh, Ibu Rafa. Selamat pagi, bu? Hum, ibu lagi ngapain?" sapa Clarita.

"Heh, nyonya. Selamat pagi. Ini ibu lagi masak buat sarapan untuk kalian, jarang sekali ibu masak banyak. Maaf yah makannya hanya umbi-umbian soalnya ibu cari makanan lain nggak berani pergi ke luar," balas Ibu Rafa.

"Yah, jadi nggak enak bu. Sudah ngerepotin tidur di sini, malah ibu masakin kami makanan buat sarapan. Eh, iya bu enggak apa-apa kami makan juga apa adanya boleh juga. Lah, kenapa ibu nggak bisa pergi ke luar? Emang di sini ada kejadian apa?" tanya Clarita.

Tidak lama Helena pun sudah kelar membuang air kecil, saat keluar dari toilet Helena melihat Clarita dan Ibu Rafa yang sedang berbicara.

"Hum, Ibu lagi masak apa nih? Harum banget, Helena boleh mencoba masakannya?" tanya Helena seraya menghirup masakan Ibu Rafa.

"Oh, ibu lagi masak umbi-umbian. Eh, masih panas nyonya tunggulah beberapa menit lagi," balas Ibu Rafa.

"Helena, kau baru bangun yah?" panggil Clarita.

"Kak Clarita, enggak kak. Aku sudah bangun dari tadi gara-gara buang air kecil, ini saja habis dari toilet. Kakak sama Ibu Rafa lagi ngobrol apa nih? Maaf tadi aku kedengaran dari toilet, kayak bahas masalah sesuatu," balas Helena.

"Begini nak. Alasan ibu tidak mau pergi ke luar, 'kan sudah ibu jelaskan semalam. Ibu ingin sekali pergi ke luar mencari makanan lain, tapi gara-gara monster terbang itu membuat ibu takut. Selain ibu semua tetangga sudah banyak mengungsi untuk pergi meninggalkan desa ini, karena tidak mau menderita oleh penyakit langka dan dihantui para monster. Ibu ingin sekali pergi dari desa ini, tapi ibu tidak mau meninggalkan rumah dari suami ibu. Rumah ini menyimpan banyak kenangan, di saat ibu mengandung Rafa tiga bulan. Ibu sama suami sering melakukan kejutan dan merenovasi rumah agar terlihat nyaman nan bersatu dengan lingkungan. Suami ibu dulu pecinta alam---di buatlah lebih kehijauan. Kami dulu sangat bahagia. Namun, saat kedatangan Airin. Suami ibu sakit dan Tuhan telah membawa pergi suami saya. Di saat Airin berumur 5 tahun, semua keburukan menimpa rumah dan pedesaan ini gara-gara monster terbang---terlihat suram dampaknya seperti akan berakhir di desa ini, " jelas Ibu Rafa.

Mendengar kata monster terbang, membuat Helena dan Clarita semakin penasaran. Selepas itu, Clarita datang menghampiri Ibu Rafa dengan merangkul.

"Ibu. Ibu harus kuat, jadilah wanita yang kuat dan menjadi kepala keluarga buat Rafa dan Airin. Perjalanan ibu masih panjang, Rafa dan Airin juga masih kecil. Jangankan ibu, Clarita dulu kisah hidupnya sangat suram Ayah Clarita meninggal karena mabuk, Ibu Clarita sakit oleh kanker paru-paru. Di saat Clarita di umur dua belas tahun pergi sendiri ke Pulau Helbgram untuk menekuni sihir penyembuhan, sekarang Clarita saja masih hidup sendiri."

Ibu Rafa memegang tangan Clarita. Helena yang berdiri hanya diam saja, melihat obrolan mereka berdua, perlahan air mata Helena mengalir tulus. Mendengar Clarita yang hidup sendiri.

"Iya, nyonya terimakasih sudah menyemangati ibu. Semoga nyonya dipertemukan suami yang baik seperti sifat-mu," balas Ibu Rafa.

Setelah mengobrol, kini Ibu Rafa, Clarita dan Helena melanjutkan memasak umbi-umbian untuk sarapan pagi buat Alex, Rafa, Airin, Megalodon dan ketiga temannya.

Invalible Reborn  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang