[25] Looking for a Golden Flower

26 10 0
                                    

Dua puluh menit berlalu ... kini Sky dan ketiga temannya sudah sampai di Pulau Volcano. Mereka masih terbang  menggunakan kapal awan tetapi selama tadi belum terlihat setangkai bunga emas.

Tempat yang luas, suhu di pulau itu semakin panas sehingga nampaknya mereka sudah mulai kelelahan. Karena tempat itu semakin panas, mereka pun mengaktifkan Shield mana untuk berlindung dari panasnya Pulau Volcano.

Kapal awan itu seakan mulai rapuh karena cuaca tersebut tidak mendukung, kemudian mereka mendarat ke Pulau Volcano.

Saat mereka menginjakkan kaki ke tempat itu, tiba-tiba asap berterbangan seperti habis terbakar. Namun, setelah memakai Shield mana  mereka tidak merasakan panas tersebut.

Megalodon, Helena, dan Reynold sangat beruntung mendapatkan teman seperti Sky, terkadang dengan sifatnya yang sombong tapi dia tahu semua tentang tempat beserta keadaan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan.

Sudah sepuluh menit mereka berjalan ... kini mereka tidak menemukan setangkai bunga emas, langit yang senja pun mulai berganti malam. Tapi, paronama di wilayah tersebut hanya terlihat lahar panas saja.

"Haduh ... sampai kapan kita bisa berhenti, capek tau nggak mana perut keroncongan, mana tempatnya luas," ucap Reynold yang selalu mengeluh.

"Diam. Engkau pikir kamu sendiri yang ngalamin, aku juga sama tau. Tapi kita nggak seenaknya untuk mengeluh karena ini tugas dan kesepakatan kita. Setiap melaksanakan tugas kamu ini pikiran makanan saja, emang kamu nggak pernah dikasih makan, pagi tadi makan apa hah?!" kesal Helena.

"Oh tadi pagi makan mie udon dua mangkuk. Lah ... enggak tau tapi 'kan setiap manusia pasti merasakan lapar, kalau nggak lapar bukan manusia dong melainkan mayat," bantah Reynold.

"Berisik, kalian bisa nggak tenang satu hari saja. Kalau begini terus lama-lama waktu kita bakalan terbuang, bukan kalian saja yang mengeluh aku juga sama. Aku yakin kalau kalian diam satu hari ini tugas kita bakalan cepat selesai, daripada berdebat mending bantu aku cariin setangkai bunga emas. Begini saja bagaimana kalau kita bagi dua team, aku sama Megalodon pergi ke kanan, kamu sama Reynold pergi ke kiri," kesal Sky, kemudian Sky mengajak ketiga temannya untuk membagikan dua team.

"Anu ... Sky bolehkan aku pergi sama Megalodon, kayaknya aku nggak bakalan betah sama dia," pinta Reynold untuk bertukar posisi.

"Ha ... tidak, kau pikir ini pindahan studi. Emang apa salahnya sih kalau kamu berdua dengan Helena? Sudah, sudah, aku tidak mau mendengarkan alasan kamu. Pokoknya tugas hari ini harus cepat diselesaikan," tolak Sky.

Mendengar penolakan Sky, membuat Reynold semakin kesal namun apa daya ia tidak bisa membantah perkataan Sky, dengan terpaksa Reynold menghela napas sangat panjang dan menerima apa yang dikatakan oleh Sky.

Mereka pun mulai berpisah, Sky dan Megalodon berjalan ke arah kanan sedangkan Reynold dan Helena berjalan ke arah kiri.

***
Saat berjalan Reynold dan Helena masih saling membuat muka. Setengah perjalanan mereka berdua malah bertemu segerombolan monster flame berwarna ungu, mereka pun kaget kemudian salah satu dari monster flame melihat Reynold.

"Astaga, ini monster apaan dah," ucap Reynold karena kaget. Setelah itu, para flame mulai menyerang. Reynold dan Helena pun berlari tapi Helena merasa bingung kalau kita punya sihir kenapa harus berlari dan kenapa tidak menyerang.

"Heh ... bego kamu kenapa pada lari sih? Kan kita punya sihir, kamu punya otak enggak," ucap Helena.

"Astaga, aku lupa terimakasih sudah beritahu," balas Reynold sambil menyengir. Setelah itu, Reynold membuka grimoirenya dan mengucapkan mantra sihir untuk menjebak para flame.

Tumpukan tulang mulai menghadang para flame. "Hah ... gitu doang sudah aman 'kan yok kita jalan," ucap Reynold dengan menyombongkan diri.

Tiba-tiba tumpukan tulang terbakar dalam seketika dan berubah menjadi abu. Suara flame itu terdengar lagi oleh mereka berdua, Helena dan Reynold menoleh ke belakang bersamaan.

"Astaga, ini monster kenapa pada bangkit lagi!" panik Reynold. Kemudian, Helena membuka grimoirenya dan mengucapkan mantra untuk mengeluarkan tongkat sihir esnya.

Setelah itu, Helena mengoyangkan tongkat sambil berucap mantra untuk membeku pada segerombolan flame tersebut. Freezer! Para flame terbeku dalam seketika.

"Dasar cowok sombong, kebanyakan gaya. Modal grimoire bunga dua dah berlagu, ujungnya masih sama saja, nyesal banget aku harus satu kelompok dengan kamu. Untung saja ada Megalodon dan Sky kalau tidak ada mereka mungkin kamu sudah aku bunuh hidup-hidup," batin Helena.

"Syut ... akhirnya kita bebas juga dari kejaran para flame. Helena, terimakasih yah karena telah menolongku," ucap Reynold. Kini Helena tidak mempedulikan ucapan Reynold dan Helena masih saja membuang muka.

Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan untuk mencari setangkai bunga emas.

***
Kembali pada Megalodon dan Sky kini mereka masih berjalan jauh untuk mencari setangkai bunga emas.  Sudah banyak rintangan yang mereka lewati mulai dari lumpur lava, melewati lembah api, dan uap panas  yang menyembur berasal dari dasar bumi karena aktivitas vulkanik.

Tidak lama kemudian ... Megalodon dan Sky berhenti di bebatuan yang besar, mereka melihat goa di seberang, sebelum pergi ke goa mereka harus melewati jurang yang dialiri penuh lava.

Di sebelah kanan, Megalodon melihat jembatan gantung. Setelah itu, Megalodon dan Sky bergegas menghampiri jembatan tersebut. Mereka berjalan melewati jembatan itu perlahan-lahan.

Air keringat yang bercucuran kini membasahi baju mereka, tetapi mereka tetap berjuang dan selalu menghadap ke depan dengan tujuan  pergi menuju goa tersebut untuk mencari setangkai bunga emas.

Sepuluh menit berlalu ... akhirnya mereka telah berhasil melewati jurang berlava itu. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan masuk ke dalam goa.

Di dalam goa terdapat banyak tulang belulang. Dari susunan tulang menyerupai seekor kerbau sampai tanduknya terlihat langsung.

Usai melewati goa, akhirnya mereka berhasil melihat setangkai bunga emas dari lantai yang sangat tinggi, tapi sebelum sampai di sana, mereka diperlihatkan jurang lava lagi. Mereka berjalan harus mengendap di dinding agar tidak tergelincir.

Melihat tempat itu membuat hidup Sky selalu di uji, ia tidak bisa mengaktifkan sihir awannya karena tempat tersebut tidak bersahabat, selain sihir awan ia masih bisa mengendalikan sihir penyerangan dan shield mananya.

"Sky, apakah kamu yakin tidak bisa mengaktifkan sihir awan-mu lagi, kalau kita mengendap terus butuh waktu yang sangat lama untuk sampai ke sana," ucap Megalodon.

"Iya, Megalodon, aku serius. Aku tidak bisa mengaktifkan sihir awanku, apa mungkin sihir awanku tercampur air yah sehingga aku tidak bisa mengeluarkannya. Tapi  soal penyerangan aku bisa misal sihir angin tornado, kalau aku melakukan sihir angin tornado takutnya lava api di sini ikut tercampur," jelas Sky.

Megalodon hanya diam saja saat mendengar penjelasan Sky, tapi apa  yang Sky jelaskan ada benarnya juga.
Bersambung ....
Jangan lupa menyertakan komen dan vote, terimakasih.

Invalible Reborn  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang