[55] Mesozoic Age Portal

23 9 0
                                    

Dua jam kemudian ... Paman Felix, Pak Danil, Megalodon dan ketiga temannya telah sampai di Kota Valensia. Kota yang aman dan damai, dipenuhi bangunan berwarna biru tua ditambah lumut sehingga nampak  julukan kota bumi.

Dari alas jalannya terbentuk susunan batu bata berwarna keabuan, pepohonan dengan daun yang gugur, dan air sungai yang mengalir di tengah seperti pembatas.

Setelah memperhatikan Kota Valensia, mereka malah dialihkan oleh Pak Danil untuk pergi ke rumahnya. Kapal awan pun mulai berhenti dan mendarat di atas ranting pohon yang amat besar.

Mereka turun bersamaan. Kemudian, Pak Danil mengajak mereka masuk ke rumahnya, rumahnya di apit oleh kedua bangunan besar.

Ceklek! Suara pintu terbuka dengan keras, Pak Danil memasukan kunci rumah ke dalam bajunya. Selepas itu, Paman Felix, Megalodon dan ketiga temannya di ajak masuk.

Sampai di dalam rumah. Paman Felix, Megalodon dan ketiga temannya melihat barang antik yang tersusun rapi. Meskipun di luar terlihat kecil tapi saat berada di dalamnya sangat luas dan besar. Kemudian Pak Danil pergi ke dapur, ia membuka rak makan. Di rak makan ada puluhan bakpao berukuran besar yang telah lama di simpan, lalu Pak Danil berjalan menuju pemanggang pizza dan memanaskan puluhan bakpao dalam beberapa menit saja.

Bakpao adalah makanan yang terbuat dari terigu yang diisi daging dan kacang hijau kemudian dikukus, berbentuk seperti tempurung terlungkup.

Lima menit berlalu ... bakpao telah siap disajikan, lalu Pak Danil mengambil lima buah bakpao ditambah kecap asin beserta lima sepasang sumpit dan lima mangkok.

Paman Felix, Megalodon dan ketiga temannya masih saja memperhatikan sekeliling Rumah Pak Danil. Tidak lama kemudian Pak Danil pergi ke ruang tengah membawakan makanan dengan menggunakan tampah dan dihidangkan dihadapan mereka berlima.

"Anak-anak. Yok silakan di makan bakpaonya, barusan bapak selesai panaskan," suruh Pak Danil.

"Hah ... pak, kami jadi nggak enak. Tau-tau bapak sudah nyediain makanan, sebenarnya kami sudah makan, pak. Simpan saja makanannya buat bapak," tolak Megalodon.

"Lah ... Enggak apa-apa nak, makan saja. Bapak membawa makanan untuk berterimakasih pada kalian. Bapak ikhlas kok, makan saja bapak masih banyak nyimpan stok makanan," balas Pak Danil.

Mendengar ocehan Pak Danil dan Megalodon. Kini Reynold bersama Paman Felix mengambil bakpao diam-diam dan pergi menjauh dari perdebatan mereka. Sedangkan Helena dan Sky masih memperhatikan Pak Danil dan Megalodon.

"Paman. Bakpao ini lama-lama enak juga yah, aku malah dapat isi kacang," ucap Reynold sambil menikmati.

"Nyam ... nyam ... oh iya, Reynold. Punya paman isi daging, masakan Pak Danil enak juga yah. Daripada dengerin perdebatan mereka, perut kosong mending ambil saja lagi pun sudah disediakan, hehehe ...," balas Paman Felix.

Sky pun datang menghampiri Megalodon. "Sudah, Megalodon. Hentikan saja perdebatan ini, kalau itu sudah kemauan Pak Danil, ambil saja nanti kalau dia tiba-tiba sakit, terus kita panik. Hargailah masakannya, lebih baik mengalah saja," Sky yang memberikan saran pada Megalodon.

Megalodon menghela napas yang panjang, kemudian Helena mendekat. "Iya, Megalodon. Terima saja, lagi pun  selama ini aku selalu memperhatikan kamu. Bahwa kamu selalu kasihan pada orang lain, dan aku percaya kalau kamu bakalan menerima masakan Pak Danil," tambah Helena.

"Teman-teman. Baiklah, aku bakalan menerimanya. Pak, maafkan aku karena selalu membantah bapak. Baiklah aku berterimakasih karena telah memberi kami makanan ini," balas Megalodon, lalu ia mengalihkan dialog kepada Pak Danil.

Pak Danil hanya mengangguk dan tersenyum, Sky dan Helena juga ikutan tersenyum. Kemudian mereka bertiga melanjutkan makan bakpao. Namun, saat membalikkan wajah Megalodon tidak melihat Reynold dan Paman Felix.

Mereka kebingungan, selepas itu Megalodon mendengarkan suara orang yang sedang mengunyah. Suara itu terdengar di balik belakang kursi. Megalodon, Sky, Helena, dan Pak Danil datang menghampiri Reynold dan Paman Felix.

"Baahh ... hayo kalian lagi ngapain nih, kepergok 'kan. Heh ... ternyata kalian berdua makan maling-maling kayak kucing yah, astaga Paman Felix ketuanya," ucap Megalodon mengagetkan mereka berdua.

"Hah ... uhuk! uhuk! Air, air, air ...," balas Paman Felix tersedak bakpao.

"Astaga, paman. Maafkan aku, Pak Danil ada air nggak? Tolong pak, bantu Paman Felix?!" panik Megalodon.

'Syukuri, makan tuh bakpao,' batin Sky, karena senang melihat tingkah Paman Felix yang tersedak.

Pak Danil, berjalan mengambil teko yang telah berisi air. Kemudian ia berjalan mengambil cangkir di bawah rak makan lalu menuangkan air sepenuh mungkin. Usai menuangkan air, Pak Danil berjalan keluar dan bergegas menghampiri Paman Felix.

Pak Danil pun menyodorkan secangkir berisi air, lalu Paman Felix langsung mengambil dan meminumnya secara langsung.

Gluk!

Gluk!

"Aahh ... untung saja Pak Danil datang tepat waktu, kalau enggan mungkin aku sudah tiada. Terimakasih banyak yah, pak. Maafkan aku karena diam-diam mencuri makanan," balas Paman Felix.

"Iya, nak. Sama-sama. Heh ... enggak nak lagi pun makanan sudah bapak sediakan, kalian boleh ambil sesuka hati. Ngomong-ngomong usai makan di sini, kalian mau ke mana lagi?" tanya Pak Danil.

"Aahh ... iya pak. Kami lagi mau menyelesaikan tugas penting di Kota Valensia," balas Paman Felix.

"Wah, semangat nugasnya ya nak. Semoga tugas kalian dipermudah 'kan oleh Tuhan, ingat makannya di atur."

"Ba-baik, pak. Terimakasih banyak."

Usai menyantap makanan masakan dan berpamitan dengan Pak Danil. Kini Paman Felix, Megalodon, dan ketiga temannya melanjutkan perjalanan mencari Batu Nilam yang kedua.

Mereka dengan sengaja meninggalkan kapal awan di depan pohon rumah Pak Danil. "Paman, sekarang keberadaan Batu Nilam di kota ini, ada di mana?" tanya Megalodon.

"Sebentar, Megalodon. Paman bakalan memeriksanya," balas Paman Felix. Kemudian Paman Felix membuka grimoire dan mengucapkan mantra sihir pendeteksi mencari Batu Nilam dengan menggunakan sihir tambahan.

Mantra sihir pun mulai berlangsung mencari portal  Zaman Mesozeokum, kini Paman Felix melihat titik tempat keberadaan portal tersebut.

"Nah. Paman ketemu anak-anak, portal tersebut ada di gunung sebelah sana," ucap Paman Felix yang menunjuk ke arah utara mengikuti aliran sungai hingga sampai ke arah gunung tersebut.

Tanpa berlama-lama, mereka bergegas pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan sihir awan milik Sky. Paman Felix, Sky dan ketiga temannya melompat bersamaan menaiki awan lalu mengikuti aliran sungai.

Di sepanjang jalan, semua warga yang berjalan kaki kaget tiba-tiba ada awan terbang menampung lima orang. Sehingga para warga menganggap mereka adalah seorang malaikat, padahal mereka berenam bukanlah malaikat melainkan para penyihir profesional.

Mereka berenam telah pergi meninggalkan pemukiman Kota Valensia, sekarang sedang memasuki hutan belantara ditambah makhluk buas yang memperhatikan dari jauh. Sehingga tempat tersebut seperti tempat terlarang.

Bersambung ....
Jangan lupa menyertakan komen dan vote, terimakasih.

Invalible Reborn  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang