Namanya Keyra Putri Natasha. Orang-orang biasa memanggilnya Key. Usianya 18 tahun. Pekerjaan? Yah, Key hanyalah seorang baby sitter dan penulis yang cukup terkenal. Key sudah menulis banyak buku. Buku pertamanya berhasil terjual sebanyak 1 eksemplar. Dan, buku selanjutnya berhasil terjual 1 eksemplar. Buku selanjutnya. Buku selanjutnya. Dan, buku selanjutnya juga sama. Hanya terjual 1 eksemplar saja. Dan, orang yang membelinya tentu saja Key sendiri.
Key menerbitkan buku itu secara mandiri. Tanpa ada tawaran dari penerbit manapun. Apa?! Jangan memanggilnya penulis yang tidak dikenal. Key akan lebih suka jika kalian memanggilnya penulis yang belum dikenal.
Meski tidak pernah ada yang membeli buku yang sudah susah payah ia tulis, Key tetap menulis dan menerbitkannya. Tidak ada alasan khusus kenapa Key menerbitkan sampah yang ia tulis setiap pulang dari mengasuh bayi itu. Key hanya ingin memberikan hadiah untuk dirinya sendiri. Tangannya lelah karena mengetik ribuan kata setiap hari. Jadi, Key memberi tangannya hadiah berupa buku yang bisa dia balik lembar kertasnya.
Bukankah kalian juga suka begitu? Suka memberi hadiah diri sendiri barang-barang mahal dengan gaji yang tidak seberapa itu?
Baiklah! Mari hentikan pembicaraan tentang kehidupan kepenulisan Key yang menyedihkan ini. Sekarang, mungkin lebih baik kalau kita membicarakan orang tua Key....
Yang sudah tewas sejak ia masih berusia 14 tahun.
Kalian tidak salah baca. Ayah dan ibu Key memang sudah meninggal 4 tahun lalu karena tenggelam di laut.
Kejadian itu bermula ketika mereka bertiga berlibur ke pantai. Saat itu, semua baik-baik saja. Ayah dan ibu berenang di tepi pantai dengan gembira. Sementara, Key duduk di pinggir pantai sembari berusaha membuat istana pasir yang terus diterjang ombak. Maklum, Key membuatnya terlalu dekat dengan bibir pantai dan malas berpindah tempat. Jadi, Key terus membangun istana pasir ketika ombak terus menghancurkannya. Tiba-tiba, gelombang besar datang dan menyeret apapun yang dia lewati. Semua orang yang berenang di tepian pantai, termasuk ayah dan ibu Key, sudah berada di tengah laut. Ayah berusaha menyelamatkan seorang anak berusia 6 tahun yang juga terseret ombak. Ibu Key juga ikut membantu anak-anak lain.
Penjaga pantai langsung menaiki perahu dan mencoba mengevakuasi para korban yang terseret ombak bersama dengan beberapa orang pengunjung pantai. Key hanya bisa menangis saat itu. Sembari berdo'a semoga ayah dan ibu baik-baik saja. Karena memang hanya itu yang bisa dilakukan seorang gadis berusia 14 tahun.
Ketika perahu sudah berhasil menyusul orang-orang, ayah dan ibu membantu mereka untuk naik ke atas perahu. Tanpa menyadari jika orang yang paling membutuhkan bantuan adalah diri mereka sendiri.
Kaki ibu tiba-tiba kram. Ayah mencoba membantu ibu. Tapi, keduanya malah tenggelam bersamaan karena kram dan kelelahan.
Key....
Seketika menjadi yatim piatu.
Tapi, berkat jasa dan keberanian kedua orang tuanya, Key masih bisa hidup dengan nyaman tanpa memikirkan uang. Karena pemerintah setempat memberinya beasiswa untuk makan dan sekolah. Namun, Key tetap bekerja sebagai baby sitter bagi orang-orang kaya yang sibuk bekerja di lingkungan sekitarnya. Hanya untuk berjaga-jaga jika uang yang seharusnya diberikan untuknya itu tiba-tiba masuk ke saku orang berjas rapi di kantor itu.
Jika hal itu terjadi, Key tidak bisa melakukan apapun selain mati kelaparan. Karena memang beginilah kehidupan rakyat jelata. Selalu ditindas oleh orang yang lebih berkuasa.
Baiklah! Mari kita akhiri pembicaraan yang menyedihkan sekaligus menegangkan ini. Karena entah kenapa, tiba-tiba saja ada banyak penjual makanan gerobak yang lewat di depan rumah kecil Key. Ayo kita kembali ke kehidupan mengenaskannya sebagai seorang penulis tidak terkenal saja.
Ekhem...
Bukan bermaksud untuk sombong. Tapi, Key sedang menulis buku ke-8nya kali ini.
Ini adalah buku dengan genre romantis-kerajaan pertama yang aku tulis. Karena selama ini Key hanya menulis genre romantis biasa tentang gadis miskin dengan pria tampan kaya raya. Yups, kalian benar! Itu adalah cerita tentang harapan Key. Karena dia memang ingin sekali punya suami tampan dan kaya raya. Duda pun tidak masalah. Yang penting tidak seusia ayahnya. Hahahahaha....
Tapi, buku yang Key tulis selalu berakhir dengan menyedihkan. Entah pemeran utama wanita atau pria yang mati. Atau, keduanya tidak bisa bersama. Entahlah. Key juga tidak tahu kenapa dia hanya bisa menulis buku dengan akhir yang menyedihkan.
Buku dengan judul <The Crown Prince And The Little Girl> itu menceritakan tentang seorang putra mahkota yang jatuh cinta pada gadis dari kalangan rakyat biasa. Putra mahkota itu tinggal bersama pamannya yang berhati dingin karena kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan kereta kuda yang disengaja. Key masih belum tahu siapa yang akan jadi antagonisnya.
Jangankan antagonisnya, pemeran utamanya saja masih belum diketahui. Karena Key bahkan baru menulis bagian basa-basinya saja. Alih-alih menceritakannya dari sudut pandang pemeran utama pria Key malah menggunakan sudut pandang si paman berhati dingin itu. Karenanya, bagian awal cerita itu berfokus pada kehidupan pria sialan yang sangat menyedihkan itu.
Akhir-akhir ini Key sibuk sekali. Jadi, dia masih belum bisa menulis ceritanya meski sudah memikirkan bagaimana alur cerita ini. Toh, tidak akan ada yang sudi membaca cerita itu selain dirinya sendiri.
"Iteng? Dimana kau?" tanya Key sembari menatap ruangan dengan lebar 7 × 5 meter itu.
Tempat yang bahkan tidak bisa digunakan untuk bernafas dengan nyaman ini adalah rumahnya. Karena rumah orang tua Key sudah lama dijual. Dan, masuk ke dalam buku tabungannya.
Key menatap sekitar. Membuka setiap rak yang ada. Mencari seekor kucing berwarna hitam yang sudah menemaninya sejak kedua orang tuanya meninggal.
Nama kucing itu adalah Iteng. Karena warnanya yang memang hitam dari ujung kepala sampai ekor dan keempat kakinya. Hanya gigi dan kumisnya saja yang berwarna putih. Iteng memang sering keluar dari rumah. Maklum, kucing jantan yang sudah berusia 4,5 tahun itu adalah ketua kucing di kompleks ini. Jadi, dia sering pergi ke luar untuk menjaga keamanan kompleks.
Merepotkan budaknya saja!
Key mendesah. Dia bangkit dari depan komputer. Lantas, berjalan keluar rumah yang tak pantas disebut rumah ini. Kaki Key membawanya mengelilingi kompleks. Mencari kesana-kemari sembari meneriakkan nama Iteng. Tapi, kucing jantan yang bahkan tidak bisa mengeong itu sama sekali tidak terlihat batang kumisnya.
Key mendesah sekali lagi.
Kucing ini benar-benar menyusahkan sekali! Mau dibuang kasihan. Tapi, dipelihara malah menyusahkan. Yah, setidaknya dia lucu!
"Iteng? Kau dimana?" tanya Key embari terus menatap sekitar.
Masih tidak ada balasan. Matanya tetap mendangak. Melihat bagian pagar rumah orang-orang.
"Meorrrwww!"
"Meorrrrwww..... Hisssss!"
Terdengar suara geraman kucing yang sedang bertengkar. Kepala Key bergerak. Mencari sumber suara. Terlihat dua ekor kucing yang sedang bertengkar.
Iteng dan Oyen, musuh bebuyutannya. Kedua kucing itu saling mengejar. Key berlari dengan kepala yang terus mendangak. Kalau Iteng terluka, orang yang akan susah adalah dirinya!
Aduh! Kucing ini! Usianya kan tidak lagi muda. Kenapa dia terus-terusan tidak bersikap sesuai usianya?!
Dug!
Kepala Key menghantam sebuah tembok yang ada di pertigaan jalan. Hantaman itu sangat keras. Key seketika terjatuh. Kepalanya berdarah. Pandangannya perlahan memudar.
Semuanya jadi gelap.
Sial! Padahal Key masih belum menikmati uang tabungannya yang selama ini dia simpan. Dan, ceritanya juga masih belum selesai. Masa Key mati begitu saja?!
Tidak adil sekali!!!
Dan, ketika Key membuka mata, dia berada di tubuh seorang gadis dengan gaun aneh. Rambutnya berwarna pirang dengan manik mata hijau tua.
Dia...
Siapa?!
Sialan! Apa yang terjadi pada Key?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...