Light 54

3.8K 404 6
                                    

Key membuka matanya. Manik mata hijau itu menatap sekitar. Ah, ruangan ini adalah kamarnya. Kenapa Key bisa ada di sini? Apa Terence memindahkan Key ke kamarnya? Key tidak ingat apapun selain dirinya yang keracunan karena memakan berry di hutan kekaisaran. Apa buah berry itu membuat Key pingsan? Di mana Key pingsan? Dan, siapa yang membawanya ke kamar? Apa benar Terence? Atau orang lain?

Mungkin bukan Terence.

Pria itu kan tidak bisa mengingat apa yang terjadi di masa lalu karena dia tidak memiliki kekuatan dewa ataupun dewi. Tapi, perasaannya pada Key seharusnya tetap sama. Terent dan reinkarnasinya seharusnya tetap menyukai Keyanza dan reinkarnasinya. Termasuk Key.

Ah, Key baru menyadari sesuatu.

Jiwanya bukannya berpindah ke dunia lain. Tapi, kembali ke mana dia seharusnya berada. Sepertinya jiwa Keyanza saat ini alias Key tidak ingin hidup di dunia ini dan membunuh pria yang dia sukai. Jadi, jiwa itu memutuskan untuk pergi ke dunia lain agar tidak mengulangi kejadian yang sama selama terus menerus. Tapi, pada akhirnya jiwa itu tetap kembali ke sini.

"Rasanya aku ingin mati saja." kata Key sembari menutup matanya dengan tangan.

Key menarik nafas panjang.

Saat ini, tidak ada yang bisa dia lakukan selain mati...

Atau pergi ke tempat di mana Keh sendirian. Tanpa ada ada satupun orang yang ada di sekitarnya. Terus seperti itu hingga Key mati dengan sendirinya.

Reinkarnasi Keyanza yang lain memilih untuk tetap menyukai reinkarnasi Terent karena mengira jika mereka bisa mengubah takdir. Tapi, nyatanya mereka gagal. Jadi, Key tidak akan berusaha mengubah takdir. Dia hanya akan menghindarinya saja.

"Lebih baik aku mulai berkemas."

Key bangkit dari kasurnya. Dia berjalan menuju lemari pakaian. Key mengambil beberapa pakaian. Memasukkannya ke dalam tas besar yang biasa digunakan untuk berpergian.

Tabungannya setelah menikah dengan Terence cukup banyak. Key akan menggunakan uang itu untuk membangun rumah di pedalaman hutan. Sementara itu, Key akan bertahan hidup dengan berkebun dan berternak.

Kekuatan ini seharusnya tidak mempengaruhi tanaman dan hewan. Karena kehidupan mereka tidak mengenal kata keberuntungan ataupun kesialan.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang pria dengan rambut merah muda dan mata perak yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Key.

Key menoleh. Bola matanya bergetar. Dia menatap Terence tanpa berkedip. Key langsung menundukkan kepalanya. Menahan air matanya agar tidak terjatuh. 

Pria yang dia sukai selama ribuan tahun akhirnya ada di sini. Tapi, sama seperti langit. Pria itu hanya bisa Key lihat tanpa bisa dimiliki. Karena awan mendung seperti Key hanya akan membuat langit biru itu menderita.

Menyukai seseorang yang sudah jelas tidak akan bisa dimiliki ternyata sangat menyakitkan.

Bagaimana Keyanza bisa bertahan sampai selama ini?

"Saya akan pergi. Jadi, mari bercerai!" Key merapikan pakaiannya, "Anda sudah cukup akrab dengan Putra Mahkota, bukan?" tanya Key sembari menatap Terence.

Deg!

Jantung Terence berdegup kencang ketika dia mendengar ucapan Key. Dia memang tak sabar untuk jadi dekat dengan Alcides dan bercerai dengan Key. Tapi, itu dulu.

Sekarang, Terence ingin terus hidup bersama Key.

Apakah permintaannya itu terlalu keterlaluan setelah apa yang dia lakukan pada Key? Terence kan memaksa gadis ini untuk menikah dengannya. Terence juga dengan percaya dirinya tidak akan jatuh cinta pada gadis bodoh ini. Tapi, lihat dirinya sekarang. Mungkin ini adalah hukumannya karena terlalu sombong.

"Kenapa kau tiba-tiba ingin bercerai, Key?" tanya Terence. 

Kepala Key menoleh secara perlahan. Apa telinganya tidak salah dengar? Barusan, Terence memanggilnya 'Key' dan bukannya Vivianne, kan? Bagaimana mungkin Terence tahu soal nama itu? Perasaan Key tidak pernah mengatakan apa_

Ah, apa mungkin buah berry sialan itu bukan membuat Key pingsan tapi membuat Key jadi gila? Dia pasti mengatakan semua rahasianya pada Terence! Sialan!

"Mendengar anda memanggil saya seperti itu, artinya anda tahu siapa saya sebenarnya. Bukan begitu, Yang Mulia?" tanya Key memastikan.

Key yakin kalau mulut sialannya ini tidak hanya membocorkan nama aslinya saja. Tapi, juga identitas aslinya.

"Kau yang menulis dunia ini, bukan?"

Key menghela nafas panjang. Dia menatap Terence. Wajahnya terlihat datar.

"Benar. Saya adalah orang yang membuat anda dan Putra Mahkota menderita. Jadi, biarkan saya pergi."

"Tapi, ku hanya bisa bahagia jika ada kau di sisiku." bantah Terence.

Key diam. Keningnya berkerut. Kedua alisnya naik. Wajah Key terlihat begitu sedih. Tapi, gadis itu langsung mengubah ekspresi wajahnya dengan sangat cepat.

Terence sepertinya sudah jatuh cinta dengan Key.

Tidak boleh begini. Jika terus seperti ini, rasanya Key bisa luluh.

"Tidak, bukan saya yang membuat anda bahagia. Itu adalah diri anda sendiri. Semuanya hanyalah ilusi." kata Key.

Gadis itu kini berdiri. Dia sudah selesai mengemasi barang-barangnya.

Kalau boleh jujur, Key sebenarnya tidak ingin pergi. Dia ingin terus bersama Terence dan Alcides. Key ingin dengan percaya diri mengatakan jika dia juga menyukai Terence. Tapi, itu tidak mudah. Key tidak ingin melihat orang yang dia sayangi mati karena dirinya.

"Anda hanya akan menderita jika bersama saya, Yang Mulia. Kehadiran saya hanya akan membawa kesialan untuk anda dan Putra Mahkota. Jangan hanya memikirkan diri anda saja. Pikirkan juga keponakan anda." tegas Key yang kini berdiri di depan Terence.

Key benar-benar berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya. Tapi, mau sekuat apapun Key berusaha, matanya tetap berair.

Key pasti terlihat sangat menyedihkan sekarang. Padahal dia bisa dengan percaya dirinya mengatakan jika dia akan pergi dari tempat ini. Tapi, nyatanya Key tetap menangis.

Payah sekali!

"Apa kau juga menginginkan ini?" tanya Terence.

Wajahnya juga tak lebih baik dari Key. Terence jauh lebih sedih karena Key tiba-tiba meminta bercerai tanpa menjelaskan apapun.

Key memalingkan wajahnya.

"Iya, saya menginginkannya." jawab Key.

"Tatap mataku saat mengatakan itu."

Key diam. Dia jelas tidak akan sanggup membohongi Terence. 

"Sebenarnya, saya memiliki kekuatan Dewi Kegelapan dalam diri saya. Itulah mengapa saya ingin pergi dari sini. Karena saya... saya akan membuat anda dan Alcides terus mengalami kesialan." Key menatap Terence, "Apa anda tahu? Di masa lalu, saya juga terus membuat anda menderita seperti ini. Jadi, daripada anda terus menderita, bukankah lebih baik kita bercerai sa_"

Terence menarik Key dalam pelukannya. Key tersentak kaget.

"Kau tahu, Key? Bagiku, bisa terus bertemu denganmu meski telah mati adalah sebuah anugerah. Mau kau memiliki kekuatan Dewi Kegelapan atau apapun itu, kau tetaplah wanita yang aku cintai. Jadi, jangan pergi. Jangan menjauh dariku. Teruslah cintai aku. Di kehidupan selanjutnya, bukankah kita akan bertemu lagi?"

Key seketika menangis. Dia balas memeluk Terence.

Sialan! Padahal Key sudah berusaha mati-matian agar tidak menangis. Tapi, pada akhirnya dia tetap menangis.

Gara-gara ucapan Terence, Key jadi ingusan begini.

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang