"Apa Kak Vivi benar-benar akan menjadi keluarga Alci mulai besok?" tanya Alcides pada Key yang sedang duduk berdua dengannya di taman kaca istana.
Alcides tadi tiba-tiba saja menghampiri Key saat gadis itu sedang melamun. Memikirkan kenapa dia dengan bodohnya mengajak Terence menikah besok. Alcides bilang kalau dia ingin minum teh bersama dengan Alci. Seperti yang biasa dia lakukan dengan orang tuanya. Tapi, karena orang tua Alcides tidak lagi ada untuk menemaninya minum teh bersama, Alcides jadi mengajak Key. Karena Key adalah satu-satunya orang yang Alcides percaya di tengah banyaknya orang yang ingin menjatuhkannya. Alcides sebenarnya juga percaya pada Terence, pamannya. Tapi, pria itu kan terlalu dingin. Bisa-bisa nanti Alcides malah minum es teh dan bukannya teh hangat. Haha...
Key meletakkan kembali cangkir tehnya. Sama sekali tidak ada suara dentingan antara cangkir dengan piring kecil itu. Tubuh Vivianne sepertinya sudah terbiasa dengan tata krama bangsawan. Ingatan Vivianne tentang semua hal yang berhubungan dengan kehidupan bangsawan juga masih tersimpan jelas dalam kepalanya. Key jadi tidak perlu belajar dari awal dan mempermalukan dirinya sendiri.
"Benar, Alci. Kak Vivi akan jadi bibi Alci. Tapi, jika Alci keberatan, Kak Vivi akan mundur." kata Key dengan nada suara yang terdengar begitu lembut.
Alcides menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak! Alci sama sekali tidak keberatan. Justru, Alci senang karena akhirnya paman menemukan orang yang paman suka." kata Alcides dengan senyuman manisnya.
Key tersenyum. Benar! Alcides adalah anak yang semanis ini. Dia bahkan tetap memikirkan paman yang dinginnya melebihi kutub utara itu.
Kalau begini, hanya tinggal menunggu waktu sampai Alcides dan Terence benar-benar dekat. Lebih dekat daripada jarak kedua lubang hidung. Dengan kata lain, Key semakin dekat dengan kehidupan konglomeratnya. Tapi, tunggu sebentar! Kalau waktu yang dibutuhkan Key untuk membuat Terence dan Alcides jadi dekat sangat singkat, bukankah uang yang dia dapatkan juga akan jadi sedikit? Terence tidak pernah bilang kalau semakin cepat Key membuatnya akrab dengan Alcides maka akan semakin banyak uang yang dia dapatkan.
Kalau begitu, akan Key buat waktunya sedikit lebih lama. Key tidak mau rugi. Jika dia bercerai dengan Terence, dia akan jadi janda di usia muda. Di kekaisaran ini kan wanita yang mendapatkan status sebagai janda karena perceraian dianggap aneh. Karena orang-orang akan berpikir kalau si wanita tidak cukup baik dalam menjaga rumah tangganya. Kalau yang pria sih dianggap biasa saja.
Menyebalkan sekali, bukan?!
Tapi, Key sih tidak peduli. Mau tidak ada pria yang menyukainya sekali pun. Karena yang Key butuhkan di dunia ini hanyalah uang, uang dan uang.
Pria bisa menyakiti. Tapi, uang tidak akan pernah. Justru, kebahagian terkadang datang dari uang dan bukannya pasangan. Hidup ini akan jadi sangat indah kalau kita punya banyak uang.
"Terima kasih karena sudah mau mengerti, Alci! Kak Vivi janji akan jadi bibi yang baik untuk Alci." ucap Key sembari mengusap rambut Alcides lembut.
"Tolong jaga paman ya, Kak Vivi. Alci ingin sekali melihat paman bahagia."
Key tersentuh dengan ucapan Alcides. Sesaat, Key merasa bersalah karena dia hampir saja membuat akhir yang buruk dalam kisah Alcides berupa kematian Terence. Tapi, syukurlah Key buru-buru menghapus pikiran itu. Sebagai gantinya, Key jadi tidak tahu cerita ini akan berakhir seperti apa.
Key juga tidak tahu kenapa dia hanya bisa menulis cerita dengan akhir yang menyedihkan. Setiap kali dia ingin menulis cerita yang berakhir bahagia, Key tidak tahu harus menulis akhir cerita yang seperti apa. Seolah, Key memang ditakdirkan untuk menulis cerita yang membuat semua orang menangis setiap kali membacanya.
"Memikirkan kebahagiaan orang lain itu penting. Tapi, kebahagiaan diri sendiri jauh lebih penting. Karena itu, Alci juga harus memikirkan kebahagian Alci sendiri. Alci harus bahagia terus, ya!"
Alcides tersenyum. Mengangguk.
Alcides tahu kalau ayah dan ibunya sudah pergi dan tidak akan kembali. Selamanya. Meski begitu, Alcides tidak terlalu merasa kesepian. Karena ada Terence dan Key yang akan selalu menemaninya. Alcides jadi merasa seperti punya orang tua lagi.
"Alci akan memperhatikan kebahagiaan Alci juga. Jadi, Kak Vivi tidak perlu khawatir."
Key mengusap rambut Alcides lembut, "Anak pintar!"
Key dan Alcides kembali minum teh bersama. Mereka berdua membicarakan banyak hal sederhana. Mulai dari hobi, makanan kesukaan, kebiasaan, dan masih banyak lagi. Pembicaraan sederhana yang membuat Key dan Alcides jadi semakin dekat dan semakin mengenal satu sama lain. Sementara Key dan Alcides menghabiskan waktu bersama, Terence sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Key. Juga mengurus kenaikan takhtanya.
Terence sama sekali tidak menduga kalau dia akan menikah di usia 20 tahun. Terlebih lagi dengan seorang gadis yang dulunya sangat dia benci. Saking bencinya Terence dengan Vivianne, dia bahkan mengatakan kalau akan dengan senang hati membiarkan manusia punah seandainya hanya dia dan Vivianne yang tersisa di bumi ini. Sekarang, Terence menjilat ludahnya sendiri. Haha....
"Saya sama sekali tidak menyangka kalau anda akan menikah dengan seorang wanita, Yang Mulia. Karena selama ini saya mengira anda menyukai saya." kata Leo yang duduk tak jauh dari Terence.
Terence menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas, "Aku juga tidak menyangka kalau aku akan membunuh ksatria pribadiku hari ini."
Leo bergidik. Selera humor majikannya ini tinggi sekali. Tapi, Leo tidak bercanda soal dia yang mengira kalau Terence menyukainya. Itu karena selama ini Terence menghabiskan banyak waktu dengan Leo. Jadi, Leo menyangka kalau Terence jadi menyukainya. Ditambah dengan sikap Terence yang menunjukkan seolah dia tidak tertarik pada wanita. Itu membuat Leo semakin yakin kalau Terence menyukainya. Untung saja Leo belum sempat membuat surat pengunduran diri dulu. Kalau tidak, dia pasti akan sangat menyesal karena ternyata majikannya ini normal.
Leo kan sudah punya pasangan. Meski keduanya berada dalam hubungan jarak jauh, Leo tetap tidak bisa membayangkan akan seperti apa perasaan pasangannya kalau tahu Leo disukai oleh majikannya sendiri.
"Apa anda benar-benar akan menjadikan Nona Muda Mevusa sebagai pasangan anda, Yang Mulia?" tanya Elven yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Terence.
"Aku yakin, Elv!" kata Terence tanpa mengalihkan pandangan matanya dari dokumen yang ada di depannya.
"Apa anda sudah memastikannya? Apa anda sudah yakin? Saya takut anda salah memilih pasangan." ujar Elven dengan ekspresi yang sangat serius.
"Santai saja, Elv! Itu hanyalah pernikahan kontrak. Yang Mulia bisa menceraikan Nona Mudah Mevusa kapan saja. Aku melihat itu di surat kontrak." kata Leo.
"Perceraian dilakukan atas persetujuan kedua pihak." ucap Terence. Lagi-lagi fokus pada dokumen yang ada di depannya.
Leo dan Elven saling tatap. Sejak kapan perjanjian di surat kontrak itu berubah? Tidak! Bukan itu yang lebih penting.
Kenapa majikan mereka yang kepalanya lebih keras dari batu ini tiba-tiba merubah isi perjanjiannya? Apa karena paksaan dari Key? Tapi, hal kecil itu pun tetap mustahil untuk membuat kepala Terence melunak. Terence kan bukan orang yang akan dengan mudah mengubah keputusannya. Kecuali orang yang memintanya adalah keluarganya.
Sebenarnya, apa yang terjadi di kediaman Baron Mevusa beberapa hari lalu? Apa yang mereka berdua bicarakan di taman tempo hari lalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...