"Apa Kak Vivi benar-benar harus pergi?" tanya Alcides pada Key dengan ekspresi patah hati dan sedih yang terpancar jelas di wajahnya.
Bagi Alcides yang kehilangan kedua orang tuanya di usia yang begitu muda, Key adalah pengganti ayah dan ibunya. Alcides sudah terlanjur menyayangi Key. Jadi, dia jelas tidak ingin Key pergi dari sisinya. Jauh dibandingkan Terence.
Key menekuk kedua kakinya. Dia berdiri dengan lututnya sekarang. Beberapa pelayan dan ksatria yang melihat hal itu tersentak kaget. Mereka ingin memberitahu Key untuk tetap berdiri. Karena seorang ratu tidak boleh berdiri lebih rendah dibandingkan orang lain. Terlebih, di sini ada pelayan dan ksatria yang didominasi oleh rakyat biasa. Berdiri dengan lutut bisa menurunkan martabat Key. Tapi, sepertinya ratu itu tidak peduli dengan benda bernama 'martabat'.
Key mengusap pipi Alcides yang berair. Bocah itu sudah sepenuhnya menangis sekarang. Kalau Alcides menangis seperti ini, Key jadi tidak sanggup untuk pergi. Meski begitu, Key tetap harus pergi walau dengan hati yang hancur.
Karena jika Key tidak pergi, maka Alcides-lah yang akan pergi.
Bocah ini mungkin akan senang karena dia bisa tetap bersama Key. Dan, pergi menyusul kedua orang tuanya kemudian. Tapi, Key adalah orang yang akan menyesal karena membiarkan Alcides tetap berada di sisinya. Terlebih, Key akan mengulang kehidupan yang baru bersama Alcides dan keluarganya.
Itu berarti, masa lalu kembali terulang.
Key tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Selama Key masih memiliki kekuatan Keyshanka dalam dirinya, Key tidak boleh berada di dekat orang lain. Karena Key adalah makhluk yang berbahaya.
Para pelayan dan ksatria di istana kekaisaran bisa saja menyerap energi Key dan ikut mati.
"Alci, Kak Vivi hanya pergi untuk liburan. Dan, liburan itu hanya sebentar. Kak Vivi akan kembali lagi. Alci juga bisa mengunjungi Kak Vivi nanti. Jadi, jangan menangis seperti itu. Alci harus selalu tersenyum dan bahagia." kata Key lembut dengan senyum manis di wajahnya.
Sialan! Ternyata menahan tangis itu adalah hal yang sangat sulit. Untung saja Key cukup terlatih dalam hal ini.
"Masih ada kakak pelayan dan paman Terence yang akan menemani Alci. Mereka tidak akan membiarkan Alci merasa sendirian." kata Key lagi. Masih sama lembutnya seperti tadi.
Alcides bertanya dengan tersendat. Perut dan dadanya naik turun. Khas orang yang menangis dalam waktu lama, "Apa Kak Vivi benar-benar akan kembali?"
"Tentu saja. Ini adalah rumah Kak Vivi. Dan, tak peduli sejauh apa Kak Vivi pergi, pada akhirnya Kak Vivi akan kembali ke rumah."
"Kak Vivi berjanji?"
Vivi diam. Padahal dia bisa dengan percaya diri mengatakan jika dia akan kembali ke sini lagi. Tapi, begitu Alcides meminta Key untuk berjanji akan kembali, kepercayaan diri Key menghilang.
Bagaimana jika Key tidak akan kembali? Bagaimana jika pada akhirnya Key harus kembali mengulang kejadian di masa lalu? Bagaimana jika_
"Jangan terlalu dipikirkan! Aku percaya kau bisa, Key."
Key menoleh. Melirik ke arah Terence yang menatapnya penuh kasih. Key yakin kalau itu tadi adalah suara pria ini. Apa dia menggunakan sihir telepati untuk bicara dengan Key? Sihir telepati kan bisa memungkinkan non pengguna sihir dan pengguna sihir untuk bertukar pikiran.
Key kembali menatap Alcides yang terlihat penuh harap.
Baiklah! Karena Terence percaya pada Key, Key juga harus percaya pada dirinya sendiri.
"Tentu saja. Kak Vivi janji akan segera kembali." kata Key dengan senyum lebar yang mengembang di wajahnya.
Ekspresi wajah Alcides terlihat lebih baik ketika dia mendengar ucapan Key. Itu adalah jawaban yang dia inginkan sedari tadi.
Alcides mengangkat jari kelingkingnya di hadapan Key.
"Ayo buat janji jari kelingking!" pinta Alcides yang kini tidak lagi menangis.
Key tersenyum. Dia mengaitkan jari kelingkingnya di jari Alcides. Gadis itu lantas menarik Alcides ke dalam pelukannya.
"Saat Kak Vivi kembali nanti, mari buat lebih banyak kenangan indah."
Alcides kembali menangis. Dia menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Iya... Mari buat banyak kenangan indah. Karena itu, Kak Vivi harus cepat kembali."
Key menggigit bibirnya. Berusaha agar tidak menangis. Terence yang melihat Alcides langsung mengusap kepala bocah itu lembut. Alcides diam. Dia terlalu sedih untuk merasakan usapan lembut Terence.
"Kak Vivi akan segera kembali. Jadi, Alci tenang saja. Selama Kak Vivi tidak ada, bermainlah dengan kakak pelayan dan ksatria. Jangan lupa untuk mengirimkan surat untuk Kak Vivi."
Key tidak lagi bisa menahan air matanya. Dia ikut menangis. Tangisan yang membuat Alcides jadi menangis dengan lebih kencang.
Terence menatap pemandangan itu datar. Bukankah ini sedikit berlebihan? Toh, Key tidak pergi untuk selamanya. Seperti yang sudah Key ucapkan, dia akan kembali ke istana ini lagi. Mungkin.
Sebenarnya Terence juga tidak tahu.
Apa gadis yang dia suka ini akan kembali atau tidak. Yang jelas, Terence akan terus berharap.
Entah bagaimana caranya. Yang jelas, Key harus kembali ke sini. Sebab, dunia tanpa Key adalah kegelapan bagi Terence.
Pelukan yang disertai drama panjang dan tangisan yang tidak berkesudahan itu akhirnya selesai. Key kini ganti berdiri di depan Terence dengan mata merah dan sembabnya. Hasil dari menangis selama 10 menit tanpa henti.
"Anda akan menunggu saya, kan?" tanya Key ragu.
"Tentu. Aku akan menghabiskan sisa waktuku untuk menunggumu kembali." jawab Terence tanpa ragu.
Pipi Key berubah merah ketika mendengar jawaban Terence. Tidak Key sangka jika pria ini bisa bersikap manis juga.
"Anda tahu, tidak masalah jika anda menikahi gadis lain dan menjadikannya se_"
Terence memotong ucapan Key dengan tegas, "Itu tidak akan terjadi. Bahkan dalam mimpi sekalipun."
Wajah Key berubah sayu. Dia memang ingin bersama dengan pria yang sudah sangat lama dia cintai. Tapi, melihat pria yang dia cintai tidak bisa bahagia ketika bersamanya membuat hati Key hancur.
Bagi Key, kehidupan Terence jauh lebih penting dibandingkan perasaannya.
Bukankah masalah ini akan selesai jika Key pergi dan Terence menikah dengan wanita lain? Mungkin saja Terence tidak akan bereinkarnasi lagi nantinya.
Di dunia ini...
Cukup Key saja yang menderita.
"Saya mungkin saja tidak akan kembali. Jadi_"
"Jadi aku akan menunggumu. Dan terus menunggu hingga kau kembali." potong Terence lagi.
Terence menatap Key serius. Sedangkan, yang ditatap malah memalingkan wajahnya.
Key tidak sanggup melihat wajah Terence saat ini.
Itu hanya mengingatkan Key jika baik di kehidupan sebelumnya maupun kehidupan saat ini, kehadiran Key hanya akan memberikan kesialan untuk Terence.
"Kau adalah milikku. Dan, aku tidak akan melepaskan sesuatu yang jadi milikku dengan mudah. Maka dari itu, jika kau menjauh dan bersembunyi dalam bagian terdalam neraka pun, aku akan mencari dan menemukanmu. Aku akan menukar jiwaku demi bisa melihatmu barang sedetik saja." kata Terence.
Mata Key bergetar. Dia kembali menangis. Terence langsung menarik Key dalam pelukannya.
Perpisahan memang selalu menyakitkan. Terlebih jika kita tidak tahu kapan kita akan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...