Light 53

4K 393 5
                                    

Key menatap galak dewi yang berdiri di depannya. Mata Key sembab. Key tahu jika ini adalah alam bawah sadar yang tidak nyata. Tapi, rasa sakit dan tangisnya sangatlah nyata. Mengetahui ingatan masa lalunya yang pahit benar-benar mengiris hati Key.

Dia harusnya adalah gadis remaja biasa yang hidup di masa lalu. Tapi, karena ulah Dewi Kegelapan yang terlalu dimabuk cinta, Key jadi harus mengalami kehidupan berulang yang menyakitkan.

Pantas saja selama ini Key hanya bisa menulis novel dengan akhir yang menyedihkan. Dan, pantas saja hanya Key yang membeli bukunya. Itu karena yang Key tulis bukanlah novel. Melainkan, takdir seseorang. Dengan kata lain, semua tokoh novel Key benar-benar nyata.

Key sangat membenci Keyshanka.

"Kau adalah dewi yang sangat menyukai manusia. Jadi, kenapa kau melakukan ini padaku?!" tanya Key dengan kedua tangan yang tergenggam erat. Berusaha menahan diri untuk tidak membunuh Keyshanka yang jelas tidak akan bisa mati. Suara Key bergetar hebat. Khas orang yang menahan amarah.

Keyshanka menundukkan kepalanya. Dia berkata dengan begitu lirih, "Maafkan aku."

Hanya itu yang Keyshanka katakan. Tapi, dua kata yang diucapkan dengan penyelesan itu tidak akan bisa mengembalikan semuanya.

Key tetap akan membunuh orang-orang yang ada di sekitarnya. Ah, dia bahkan sudah melakukannya berkali-kali.

"Kau juga tahu kan jika permintaan maaf bukanlah hal yang aku butuhkan saat ini?!" tanya Key lagi.

Pria yang disukai Keyshanka sudah lama mati. Dan, karena dia mati karena efek dari kekuatan Keyshanka, pria itu harusnya terus mengalami kejadian yang sama. Tapi, karena Keyshanka tidak lagi ada di dekatnya, pria itu mati setelah menjalani kehidupan keduanya.

Namun, Terent berbeda.

Dia terus mengulang kehidupannya bersama Keyanza. Dan, karena Keyanza terus ada di dekatnya, Terent terus mengalami kejadian yang sama dengan kehidupan pertamanya.

Mati.

Juga melihat anggota keluarganya mati satu-persatu.

Key jelas tidak mungkin membiarkan Terent dan keluarganya mengalami kejadian yang sama lagi. Terence dan Alcides... mereka berdua tidak boleh mati.

"Aku tahu, Key. Tapi, hanya ini yang bisa aku lakukan." jawab Keyshanka dengan sorot penuh penyesalan di matanya.

"Ambil lagi kutukan ini, dewi sialan!" teriak Key marah.

Key mengulurkan tangannya. Berniat menampar dewi yang ada di depannya. Tangannya hanya mengenai udara kosong.

Aneh. Keyshanka terlihat begitu nyata. Tapi, kenapa tangan Key hanya mengenai udara kosong? Key yakin sekali kalau tamparannya telak mengenai kepala dewi sialan ini.

"Yang kau lihat saat ini hanyalah wujud semuku, Key. Sementara, wujud asliku sedang dihukum di Kegelapan." terang Keyshanka yang terlihat santai meski kepalanya bisa saja terluka setelah terkena tamparan Key.

"Ambil kembali kutukan ini! Kau pasti bisa melakukannya, kan?!"

Keyshanka menggeleng pelan. Dia memasang ekspresi wajah yang sangat Key benci.

Prihatin. Dan, sedih.

Sialan! Padahal Key yang paling menderita di sini. Kenapa malah dewi sialan ini yang memasang wajah seperti itu?!

"Maaf, Key. Tapi, kekuatan itu hanya bisa diambil kembali oleh wujud asliku."

Key menatap Keyshanka galak. Dia berkata dengan nada tinggi, "Kalau begitu, bawa wujud aslimu ke sini, sialan!"

Keyshanka menjawab, "Maaf, aku tidak bisa kemana-mana. Kegelapan adalah penjara abadi bagi kami para dewa dan dewi" Ekspresi wajah Keyshanka masih sama.

Key menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mengepal. Key benar-benar benci dengan dewi sialan ini. Dia adalah orang yang jatuh cinta. Tapi, kenapa harus Key yang menanggung semua penderitaannya? Hanya karena Keyshanka adalah makhluk yang ikut mengatur kehidupan manusia, bukan berarti dia bebas melakukan semua yang dia mau. Dia kan seorang dewi. Bukan pejabat negara!

Argh! Sialan!

Kalau tahu begini, lebih baik Key hidup di negara yang  dipenuhi tikus itu saja. Itu jauh lebih baik dibandingkan hidup di sini. Yah, walau pada akhirnya Key tetap mati di usia muda dan menulis kemalangan untuk banyak orang. Tapi, setidaknya Key tidak perlu mengingat semua hal buruk ini. Juga tidak perlu mengulang apa yang terjadi di masa lalu.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" Key menundukkan kepalanya, "Padahal harusnya aku bisa hidup bahagia dengan pria yang aku cintai!" Key berteriak marah.

Keyshanka memalingkan wajahnya.

"Aku juga harusnya bahagia bersama pria yang aku cintai." katanya sedih.

Key diam. Dia menatap Keyshanka dingin.

"Kisah cintamu seperti langit yang mendamba bumi. Kau tahu jika kalian berdua tidak sama. Tapi, kau terus memaksakan diri. Berbeda denganku. Aku dan Terent dulunya sebanding." terang Key. Dia berusaha sebaik mungkin untuk menahan amarah dalam hatinya.

Keyshanka benar-benar menyebalkan! Bagaimana mungkin seorang dewi bisa seegois ini?

"Merelakan adalah bagian dari cinta. Kau seharusnya menyadari itu." kata Key lagi.

Keyshanka diam. Sebagai dewi kegelapan, Keyshanka tahu persis jika cinta terkadang berarti merelakan. Merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain. Keyshanka sering melihat orang yang putus cinta. Beberapa dari mereka berakhir bahagia dengan orang lain. Ada juga yang tidak bisa lupa hingga akhirnya memutuskan untuk meregang nyawa di tangannya sendiri. Ada juga yang membunuh 'orang lain' itu agar bisa kembali bersama orang yang dia cintai. Di antara banyak orang itu, Keyshanka memilih menyerah dan membuat orang lain mengalami hal yang sama dengannya untuk selamanya.

"Jika merelakan adalah sebuah hal yang mudah, tidak akan ada kata 'patah hati', Key."

Key menatap Keyshanka dingin.

"Aku akan melepaskan kekuatan ini ke udara. Atau, menemukan orang lain untuk kau buat menderita."

Kaki Key melangkah. Dia tidak tahu di mana jalan keluar dari tempat ini. Yang jelas, Key ingin segera menyingkir dari hadapan Keyshanka.

"Tidak semua orang bisa menerima kekuatan dewi, Key. Kau hanya membuang waktumu. Hanya ada 1 jiwa yang bisa menerima kekuatan dewi setiap seratus tahun. Kau hanya akan membuang waktu. Dan, jika kau melepaskan kekuatan dalam dirimu tanpa perantara, dunia ini akan hancur."

Key memutar kepalanya. Melempar tatapan dingin pada Keyshanka.

"Tidak masalah! Yang paling penting, aku tidak akan memberikan nasib buruk lagi. Dan... aku bisa bertemu Terent tanpa membuatnya mati."

Langkah kaki Key kembali berhenti ketika Keyshanka membalas perkataannya, "Kau tidak akan bisa bertemu Terent tanpa kekuatan itu."

Key diam. Dia segera kembali melangkah. Rasanya Key ingin sekali menangis.

Dia selalu bertemu dengan pria yang dia cintai meski mati berkali-kali. Tapi, baik di kehidupan sebelum atau sesudahnya, akhir kisahnya sudah ditentukan.

Air mata. Kesedihan. Dan, kematian.

Bahkan begitu menemukan cara untuk tidak mengalami akhir yang sama, satu-satunya cara tetaplah kematian. Lebih parah lagi, mereka tidak akan bisa bersama.

Tidak!

Key tidak bisa menyerah secepat ini.

Pasti ada cara di mana dia bisa melepaskan kekuatan ini tanpa membuat akhir berupa kematian. Sekali saja...

Key ingin bahagia dengan Terence. Dengan pria yang sudah sangat lama dia damba.

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang