"Bagaimana ini?! Aku rasa aku benar-benar menyukai si jamur itu!" kata Terence dengan tangan yang memegang kepalanya frustasi.
Crisantimum yang datang setelah dua bulan pergi dari istana kekaisaran menatap Key yang sedang berlarian bersama Alcides.
"Ayo kejar kakak, Alci!" teriak Key.
Alcides mengejar gadis berusia 19 tahun itu dengan tawa riang.
"Bukankah harusnya terbalik?" tanya Crisantimum dalam hatinya. Para pelayan yang menemani Key dan Alcides bermain juga menanyakan hal yang sama.
Satu-satunya sahabat perempuan yang dimiliki Terence itu kembali menatap Terence. Bibir Crisantimum terangkat. Yah, bukan merupakan hal aneh jika Terence menyukai Key. Itu karena 'si jamur' itu berbeda dengan gadis kebanyakan yang pernah Terence temui.
Jika gadis lain akan berusaha keras untuk mendapatkan perhatian Terence, maka Key justru akan berusaha lebih keras untuk menghindari pria ini. Key juga tidak seperti gadis kebanyakan yang berusaha sok anggun dan menjaga martabatnya. Gadis itu selalu menjadi dirinya sendiri. Alias, menjadi orang gila.
"Apa Vivi tahu jika kau menyukainya?" tanya Crisantimum pada Terence yang masih terlihat frustasi.
Ini adalah pertama kalinya Terence menyukai seseorang. Jadi, merupakan hal yang pasti jika pria ini masih canggung dan bingung harus melakukan apa.
"Tidak! Dan, aku berharap dia tidak akan pernah tahu!"
Terence menatap Key yang kini bersembunyi sementara Alcides berhitung. Wajah Terence terlihat begitu menyedihkan. Kasihan sekali! Padahal kaisar ini bisa mendapatkan gadis manapun yang dia mau. Tapi, tidak dengan gadis yang dia suka. Ckck, kasihan sekali! Bahkan rasanya para hewan pun menaruh rasa iba pada Terence.
"Kau harus mengatakannya, Terence. Jika tidak, maka Vivi akan pergi dari sini begitu waktunya tiba. Kau tidak mau hal itu terjadi, bukan?"
Crisantimum tersenyum ketika melihat Terence yang mulai gelisah. Bagus! Itu artinya hasutan Crisantimum berhasil! Terence mulai termakan ucapannya.
Terence mungkin tidak mengetahui hal ini karena dia menyegel sebagian besar kekuatan sihirnya. Tapi, Crisantimum tahu akan hal ini. Alasan dibalik mengapa warna jiwa 'Vivianne' adalah emas dan bukannya hitam seperti dulu. Crisantimum tahu alasannya. Itu karena Vivianne bukanlah Vivianne. Cangkangnya memang milik gadis itu. Tapi, tidak dengan jiwanya.
Crisantimum juga tidak mengerti mengapa bisa ada jiwa lain yang menghuni tubuh Vivianne. Dan, kemana jiwa Vivianne yang asli pergi. Tapi yang jelas, jiwa yang mengisi tubuh Vivianne sifatnya baik. Jadi, tidak masalah jika Terence menyukainya. Karena dia tidak menyukai Vivianne. Melainkan, jiwa yang mengisi tubuh gadis sombong itu.
Semuanya jadi masuk akal.
Mengapa Vivianne yang suka berfoya-foya, boros dan sombong tiba-tiba saja berubah jadi seperti orang lain. Rupanya karena yang ada dalam tubuhnya memang orang lain.
Tidak! Crisantimum tidak berencana mengatakan fakta yang dia tahu pada semua orang. Setiap manusia kan punya rahasianya sendiri. Crisantimum akan menunggu sampai jiwa dalam tubuh Vivianne alias Key menceritakannya sendiri.
Terence menatap Key yang kini duduk di ayunan sementara Alcides mendorongnya, dengan tatapan sendu, "Aku tidak mau Jamur pergi dari sini. Tapi, aku juga tidak bisa memaksanya tinggal bersama pria yang tidak dia suka."
Crisantimum mendengus kesal. Dia bahkan lebih frustasi dibandingkan Terence sekarang.
"Jika kau benar-benar menyukai Vivi kau harusnya memperjuangkannya. Bukan malah melepasnya begini. Cinta memang terkadang berarti melepaskan. Tapi, harus disertai perjuangan terlebih dahulu!" celoteh Crisantimum kesal.
"Kalau kau tidak mau Vivi tinggal bersama pria yang tidak dia sukai, maka buat Vivi menyukaimu." kata Crisantimum dengan nada suara yang lebih lembut dibanding sebelumnya.
Terence menoleh. Ucapan Crisantimum ada benarnya. Tapi, apa Terence bisa membuat si gadis bodoh itu menyukainya?
"Aku akan membantumu!" Crisantimum melompat dari balkon ruang kerja Terence.
Tubuhnya terjun dengan ringan. Persis seperti kapas yang di lempar ke atas. Crisantimum mendarat dengan kaki kanannya yang lebih dulu menapak tanah.
Crisantimum dengan santai berjalan mendekati Key yang kini sedang dikejar Alcides.
"Vivi!" panggil Crisantimum.
Key langsung menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Alcides. Tawa mereka juga terhenti. Key menatap Crisantimum yang berdiri tak jauh darinya.
"Alci bermain dengan kakak pelayan dulu, ya. Kak Vivi harus bicara sebentar dengan Kak Crisan." ucap Key lembut pada Alcides.
Alcides menatap Crisantimum sekilas. Dia mengangguk. Lantas, berlari. Menyusul para pelayan yang ada di belakangnya.
Key melangkah mendekati Crisantimum.
"Kapan kau datang kemari, Crisan? Aku tidak melihatmu."
"Aku langsung pergi ke ruang kerja Terence. Karena itu kau tidak melihatku."
Kedua gadis itu melangkah. Berjalan-jalan sambil bicara. Crisantimum melihat ruang kerja Terence. Pemilik ruang kerja itu berdiri di dekat balkon. Memperhatikan setiap gerak-gerik Key dan Crisantimum.
"Apa yang mau kau bicarakan denganku?" tanya Key.
Crisantimum menarik kembali pandangannya dati ruang kerja Terence. Dia kini melihat lawan bicaranya.
"Pria seperti apa yang jadi tipe idealmu?" tanya Crisantimum tanpa berbasa-basi.
Key berpikir sejenak. Tipe ideal? Entahlah. Key tidak pernah memikirkannya karena dia terlalu sibuk bekerja sampai tidak punya waktu untuk berpacaran. Tapi, kalau ditanya soal pria idaman...
"Aku suka pria yang hangat, perhatian, penuh kasih, penyayang, baik, dan peka." jawab Key setelah berpikir sejenak.
"Apa pendapatmu soal Terence?" tanya Crisantimum lagi.
Dia bisa melihat apakah Terence adalah tipe ideal Key dengan membandingkan pendapat Key soal pria itu dengan jawaban Key tadi. Yah, walau sebenarnya Crisantimum sudah tahu jawabannya. Tipe ideal Key sangat bertolak belakang dengan sifat Terence. Tapi, tidak ada salahnya untuk memastikan. Hanya untuk berjaga-jaga jika seandainya Key tidak bisa menilai orang lain.
"Terence?" Key berpikir sekali lagi, "Dia... dingin, kejam, tidak berperikemanusiaan, menyebalkan, dan suka bertindak seenaknya."
Crisantimum mengerucutkan sedikit bibirnya. Kepalanya mengangguk. Dia juga setuju dengan pendapat Key soal Terence.
Kalau begini, artinya Terence benar-benar bukan tipe ideal Key. Syukurlah. Ternyata Key bisa menilai orang dengan sangat baik.
"Walau begitu, Terence lumayan baik karena dia tidak pernah memenggal kepalaku meski dia bisa melakukannya." kata Key lagi. Kali ini dengan senyum manis di wajahnya.
Crisantimum tersenyum kaku. Apakah itu pantas disebut dengan 'lumayan baik'?
"Baiklah! Selamat menikmati waktu luangmu dengan Alcides. Aku harus pergi sebentar."
Key menganggukkan kepalanya. Crisantimum menjentikkan jarinya. Sebuah portal muncul di sana. Key melambaikan tangan kanannya.
"Sampai jumpa nanti, Crisan!"
"Sampai jumpa, Vivi!"
Crisantimum masuk ke dalam portal itu. Lantas, menghilang. Menyisakan Key yang langsung berlari menuju tempat dia bermain dengan Alcides tadi. Key dan Alcides kembali bermain. Kali ini, giliran para pelayan yang mengejar mereka. Sementara, Crisantimum berada di ruang kerja Terence.
"Kau harus berusaha sangat keras, sobat!" kata Crisantimum prihatin sembari menepuk bahu Terence pelan.
Kasihan sekali kaisar ini. Dia tidak pernah jatuh cinta seumur hidupnya. Tapi, begitu jatuh cinta, dia malah suka pada gadis yang tidak peka. Lebih parah lagi, Terence hanya dapat bagian 'jatuh' tanpa mendapatkan 'cinta'nya.
Sangat menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...