Key sudah mengganti pakainnya dengan gaun yang dia beli dari gadis menyebalkan itu. Sebenarnya, Key tidak sudi memakainya. Tapi, dia sampai harus menyerahkan jepit rambut yang bisa membeli 5 kuda itu. Jadi, Key tidak punya pilihan selain memakai gaun ini karena dia sudah menghabiskan banyak hal. Haha...
Meski begitu, Key tetap merasa puas. Karena dia sudah menghancurkan harga diri gadis angkuh itu. Key sangat bangga pada dirinya sendiri.
Orang-orang yang angkuh seperti itu memang paling cocoknya ditampar.
"Apa ada sesuatu yang Alci mau?" tanya Key.
Alcides terlihat menimbang sejenak. Coba pikirkan apa yang tidak dia miliki sekarang. Camilan? Tinggal menyuruh pelayan untuk membuatnya. Mainan? Dia bahkan punya kastil khusus untuk menyimpan mainan yang dia punya. Pakaian? Alcides bisa memanggil pemilik butik manapun untuk membuatkannya pakaian. Mau dipikirkan sekeras apapun, kesimpulannya hanya satu dan tetap sama. Alcides sudah memiliki segala hal.
"Tidak ada." jawab Alcides dengan senyum manis di wajahnya.
Key tersenyum kaku. Apa yang baru saja dia tanyakan pada putra mahkota dari kekaisaran yang sangat kaya ini? Alcides jelas memiliki semuanya. Kecuali orang tua. Haha... Tapi, karena sekarang Alcides sudah punya Terence dan Key, bocah ini jadi punya orang tua lagi, kan? Saat Key dan Terence bercerai, Alcides akan jadi anak piatu. Haha... Siang hari ini rasanya sangat gelap. Mungkin karena sinar mataharinya ditahan oleh awan.
Ah, benar juga. Karena Alcides tidak tahu mau membeli apa, sekarang Key harus melakukan apa? Mereka sudah berjalan cukup jauh dari tempat pameran sedang berlangsung. Harus berapa jauh lagi mereka berjalan?
"Mau makan es krim?" tanya Key pada Alcides yang santai berjalan di samping Key.
Alcides menoleh. Manatap toko es krim yang ada di samping mereka. Alcides mengangguk. Makan es krim adalah hal yang bagus.
"Ayo kita pergi!" kata Key senang.
Setelah menunggu selama 5 menit, Key dan Terence akhirnya mendapatkan es krim yang mereka mau. Seperti biasa, Key memesan es krim rasa stroberi. Sementara, Alcides membeli es krim dengan rasa mangga. Bibi dan keponakannya itu tidak lagi bergandengan tangan karena kedua tangan mereka sibuk menyuap sendok es krim ke dalam mulut.
"Apa rasanya enak, Alci?"
Alcides mengangguk semangat, "Sangat enak! Terima kasih, Kak Vivi!"
Key tersenyum dengan manis. Senang bisa membuat Alcides kembali ceria. Walau Key yakin jika Terence masih merasa sedih setiap kali sendirian. Tapi, tidak apa-apa. Ingatan akan orang tuanya bukanlah hal yang bisa dihilangkan. Bahkan ketika Alcides sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan.
"Bagaimana kalau kembali sekarang? Sepertinya Kak Vivi dan Alci sudah berjalan terlalu jauh." kata Key.
Alcides mengangguk. Kakinya juga sudah terasa pegal.
"Mau lewat jalan pintas? Kak Vivi tahu beberapa."
Alcides menatap arah yang ditunjuk oleh Key. Itu adalah gang sempit di antara dua toko. Yah, jalan pintas memang selalu seperti itu, kan? Tapi, apa bemar Key tahu jalan pintas? Dia terlihat meragukan. Tentu saja begitu. Karena faktanya Key tidak tahu soal jalan pintas. Dia hanya tahu jika gang sempit ini selalu terhubung dengan jalan besar. Jika Key terus mengambil arah kiri, arah tempat pameran seni berlangsung, dia akan bisa menemukan jalan besar dekat pameran, bukan?
"Baik!" kata Alcides.
Dia masih kecil. Jadi, ada baiknya jika dia mendengarkan ucapan orang dewasa. Ayah dan ibunya selalu menasehati Alcides untuk mendengarkan ucapan orang dewasa yang baik hati. Dan, Key adalah orang dewasa yang baik hati di mata Alcides karena sudah menyelamatkannya hari itu.
Kaki Alcides dan Key melangkah menuju gang sempit yang terlihat menakutkan itu. Key meneguk ludah. Dia tahu jika jalan pintas selalu berkaitan dengan gang yang sempit dan suram. Tapi, bukankah seharusnya tidak sesepi ini? Kenapa tidak ada satu orang pun yang lewat di sini?
Sial! Ini terlalu menakutkan dan tidak baik untuk kesehatan Key. Tubuhnya mengeluarkan banyak keringat dan jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Bukankah Key bisa mati mendadak karena serangan jantung kalau begini caranya?
Semakin masuk ke dalam gang, Key merasa usianya berkurang 1 tahun. Haha....
"Anu.. Alci.. Sepertinya Kak Vivi memilih gang yang salah. Bagaimana jika kita kembali saja?" tanya Key sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Maafkan Kak Vivi, ya. Mari pulang dengan kereta kuda saja. Tapi, Alci harus berjalan lagi menuju stasiun kereta kuda." kata Key.
"Tidak apa-apa. Semua orang bisa melakukan kesalahan." balas Alcides dengan senyum manis di wajahnya.
Key menatap Alcides haru. Apapun cara yang dilakukan oleh orang tua Alcides, mereka berdua jelas berhasil dalam mendidik putra semata wayang mereka.
Alcides adalah anak yang paling baik di alam semesta.
"Terima kasih! Ayo kembali sebelum Tuan Leo menyadari Alcides pergi."
Alcides mengangguk. Key memutar badannya. Bersiap pergi ketika tiba-tiba saja ada 3 orang pria yang berdiri di belakangnya. Mereka bertiga terlihat menakutkan. Jadi, ini adalah alasan kenapa tidak ada orang yang ada di gang yang seharusnya bisa jadi jalan pintas ini. Rupanya karena ada serangga menyebalkan yang tinggal di sini.
"Wuah, lihat ini! Seorang bangsawan dan pelayan yang pergi tanpa ksatria." kata salah satu dari mereka.
Key menatap mereka awas. Hanya dengan melihat tatapan mereka pun Key sudah bisa menyimpulkan kalau mereka punya maksud jahat. Key meluruskan tangannya. Memberi kode bagi Alcides untuk berlindung di belakangnya. Alcides menerima kode itu dengan baik.
Key tidak tahu caranya bertarung. Tapi, dia tidak bisa membiarkan Alcides menjadi korban mereka. Jika ada orang yang berhak mati, itu adalah Key. Toh, dia sudah pernah mati. Jadi, mati sekali lagi bukanlah hal yang menyeramkan.
"Menurutmu, berapa harga pelayan dan majikannya ini?" tanya yang lain.
"Dia kelihatan cantik. Jadi, pasti banyak yang akan menawarnya. Bocah ini juga pasti sangat mahal jika dijual di pelelangan budak." yang lain menjawab.
Sialan! Mereka akan menjual Alcides sebagai budak? Mana mungkin Key membiarkannya.
Key menatap Alcides yang terlihat ketakutan.
"Alci! Alci masih bisa berlari, kan? Ketika Kak Vivi bilang lari, langsung berlari tanpa melihat ke belakang. Mengerti?"
"Bagaimana dengan Kak Vivi?"
"Jangan khawatirkan kakak. Kakak kuat." kata Key percaya diri.
"Alci mengerti, kan?"
Alcides menganggukkan kepalanya.
Key mengambil papan kayu berujung tajam di dekatnya. Lantas, melayangkannya di depan 3 pria itu. Mereka terlihat terkejut dengan tindakan Key. Key terus melakukan itu sembari melangkah secara perlahan. Memberi jalan bagi Alcides untuk melarikan diri.
"Lari!" teriak Key ketika salah satu dari pria itu mulai muak dengan tingkah Key.
Alcides berlari. Sesuai perintah Key, dia tidak melihat ke belakang. Alcides tidak melihat Key yang dipukul punggungnya dengan balok kayu. Alcides tidak melihat Key yang tidak sadarkan diri. Juga tidak melihat saat Key dibawa ke dalam kereta kuda.
Dalam pikiran Alcides, dia harus segera mencari bantuan sebelum Key dibawa terlalu jauh. Setelah berlari selama 30 menit, Alcides akhirnya berhasil kembali ke pameran seni.
"Kak Vivi diculik! Tolong Kak Vivi!" Itu adalah kalimat pertama yang Alcides ucapkan pada Leo yang sebenarnya adalah Terence.
Tanpa memikirkan apapun, Terence langsung membuat kuda dari sihir untuk menemukan jejak penjahat yang membawa Key.
Dan, hanya tinggal menunggu waktu sampai kalian melihat hasilnya. Siapa yang akan tiba lebih dulu ke tempat tujuan mereka.
Terence yang memacu kuda sihirnya ke penjahat yang membawa Key. Atau, penjahat budak yang memacu kereta kuda mereka ke tempat pelelangan gadis muda?
"Bocah jamur! Bertahanlah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...