Light 14

6.3K 775 24
                                    

Besok.

Key akan pergi ke kekaisaran besok. Key akan secara resmi dijadikan calon istri Terence sekaligus ratu kekaisaran sialan yang dia buat sendiri ini. Key akan tinggal di istana selir dan mendapatkan perlakuan selayaknya seorang calon ratu. Setelah menikah dengan Terence 3 hari kemudian, Key akan pindah ke istana ratu dan mulai melakukan tugas seorang ratu.

Kalau tidak salah, tugas seorang ratu adalah segala hal yang berkaitan dengan istana kekaisaran dan tamu-tamu yang datang ke istana.

Memang terdengar seperti mudah. Tapi, tentu saja tidak semudah itu. Karena apapun yang terjadi di dalam istana kekaisaran dan tamu yang datang adalah tanggung jawab ratu. Meski begitu, tentu saja tugas seorang jauh leebih berat. Tapi, Key tidak peduli. Karena itu adalah tugas Terence. Bukan dirinya.

"Apa kau benar-benar bisa melihat masa depan?" tanya Terence tiba-tiba.

Key yang sedang mengawasi Alcides yang bermain dengan ketiga pelayan muda menoleh. Yah, Key dan Terence tengah duduk berdua di atas bukit, di bawah naungan pohon raksasa dengan daun hijaunya yang indah. Sementara, Alcides sedang bermain dengan Canna, Zinnia, dan Salvia.

Alcides yang sudah berada di sini selama 20 hari sepertinya telah terbiasa dengan orang-orang yang ada di kediaman Baron. Ah, bicara soal Baron. Pria itu tiidak akan ikut ke ibukota dengan status barunya sebagai ayah mertua kaisar. Pun begitu juga dengan istrinya. Mereka berdua bilang jika tinggal di desa terpencil ini jauh lebih nyaman dibandingkan di ibukota. Jika Key ingin menjenguk istrinya, dia bisa tinggal datang ke sini dalam waktu 3 detik dengan menggunakan sihir Terence. Tentu saja jika Key bisa membujuk pria itu untuk menggunakan kekuatan yang lama dia pendam itu.

Yah, Terence memang punya bakat sihir yang luar biasa. Mana dalam dirinya begitu besar sampai-sampai dia harus menyegel tiga perempat mananya. Karena jjika tidak, tubuh Terence bisa meledak, atau dia bisa membunuh seseorang tanpa sadar. Lebih parah lagi, menghancurkan sebuah negara. Haha....

Karena mana dalam dirinya tinggal sedikit, kekuatan sihir Terence jadi terbatas. SIhir teleportasi misalnya. Dia harus pernah mengunjungi atau melihat tempat yang akan dia jadikan tujuan teleportasi. Itulah yang membuat Terence tidak bisa langsung pergi ke sini meski dia bisa datang hanya dengan menjentikkan jarinya dan masuk ke sebuah portal.

"Apa kau baru saja mengacuhkanku?" tanya Terence dengan wajah kesal.

Key tersentak. Dia langsung menganggukkan kepalanya.

"Bukankah anda sudah menyelidiki saya? Anda seharusnya tahu saya lebih baik dibandingkan diri saya sendiri." kata Key tak  kalah kesal.

Kenapa pria tampan selalu saja menanyakan hal basi yang sudah mereka ketahui jawabannya? Pantas saja kebanyakan dari mereka masih melajang dalam waktu lama. Pria di hadapan Key ini contohnya. Dari baru lahir sampai berusia 21 tahun, dia masih saja berpacaran dengan bayangannya sendiri. Menyedihkan sekali!

Terence diam. Gadis di sampingnya ini suka sekali bicara. Mana kalau bicara pasti selalu menancap di hati.

"Di masa depan yang kau lihat, apa Alci hidup dengan bahagia?" tanya Terence sembari menatap Alcides yang berlarian sembari tertawa dengan begitu kencang.

Key menatap Terence sekali lagi. Kenapa pria ini malah menanyakan kebahagiaan Alcides dan bukan dirinya sendiri? Apa semua paman memang seperti ini?

Bukannya menjawab, Key malah balik bertanya, "Kenapa anda tidak menanyakan kebahagiaan anda sendiri?"

"Karena selama Alci bahagia, aku juga akan bahagia. Bukankah itu adalah hal yang sudah pasti?" tanya Terece. Kali ini menatap Key.

Key balas menatap Alcides. Punggung gadis itu bersandar di dahan pohon yang begitu besar itu.

"Putra Mahkota akan sangat bahagia. Beliau akan bertemu dengan seorang 'Putri Cahaya' lain. Gadis itu berasal dari kalangan rakyat biasa. Meski begitu, Putra Mahkota sangat mencintainya. Dan, apa anda tahu jika anda sangat mendukung keinginan Putra Mahkota meski secara diam-diam. Itu memang hal yang baik. Tapi, karena tidak mengetahui jika anda mendukung Putra Mahkota, beliau jadi berpikir jika anda tidak menyukai beliau." terang Key.

Rasanya Key terlalu banyak bicara. Dia masih belum tahu apakah semuanya akan berjalan seperti yang ada dalam cerita. Karena kehadiran Key pasti mengubah semuanya. Meski begitu, Key akan percaya pada kekuatan seorang penulis saja.

"Kalau begitu, artinya aku masih hidup dan bisa melihat Alci hidup dengan bahagia, bukan?" tanya Terence lagi dengan senyum yang begitu tipis. Sangat tipis sampai nyaris tidak terlihat.

Key menatapnya datar. Apa pria ini tidak mendengarkan kalimat terakhir yang Key ucapkan dengan sangat jelas itu?

"Memang benar begitu! Tapi, bukan itu yang saya_"

"Kak Vivi!" teriak Alcides.

Bocah kecil itu berlari di atas bukit yang cukup tinggi dengan senyum yang lebar. Ada sebuah buku kecil di tangannya. Canna, Salvia dan Zinnia berusaha mengejarnya. Akan sangat berbahaya jika Alcides sampai terjatuh.

"Putra Mahkota! Tolong jangan berlari!"

"Tolong berjalanlah dengan perlahan!"

"Tunggu kami, Putra Mahkota!"

Ketiga gadis itu berlari dengan susah payah. Alcides benar-benar cepat dalam berlari menaiki bukit.

"Kak Vivi! Alci akan membacakan buku untuk kakak!" teriak Alcides.

Ketiga pelayan itu menghentikan langkah kaki mereka ketika Alcides sampai di depan Key dan Terence. Mereka lantas berjalan gontai menuju dapur. Mencari air untuk membasahi kerongkongan mereka yang kering.

"Benarkah? Kak Vivi senang sekali!" kata Key dengan senyum lebar.

Biasanya selalu orang dewasa yang membacakan buku untuk anak kecil. Tapi, kali ini malah anak kecil yang membacakan buku untuk orang dewasa. Lucu sekali!

Terence menatap Alcides tanpa berkedip. Key tahu apa yang Terence pikirkan bahkan tanpa harus bertanya.

Key menepuk rumput kosong di antaranya dan Terence. Alcides lantas duduk di sana. Dengan semangat membuka buku kecilnya.

"Buku apa yang akan Alci baca?" tanya Key sembari menatap lembar kertas yang hanya dipenuhi dengan tulisan itu. Bukankah buku dongeng anak-anak biasanya hanya memiliki sedikit kata dan banyak gambar? Kenapa buku yang dipegang Alcides malah memiliki banyak kata tanpa gambar? Apa ini benar-benar buku dongeng.

"Apa paman mau dengar juga?" tanya Alcides pada Terence yang langsung menganggukkan kepalanya dengan kencang.

Alcides tersenyum. Akhir-akhir ini dia selalu berusaha mendekati Terence duluan. Seperti yang Key bilang, Alcides harus berusaha untuk bisa mendekati Terence. Karena pria dewasa ini jelas tidak akan mendekati Alcides duluan. Meski hanya dengan bicara satu atau dua kalimat. Tapi, Alcides bisa merasakan jika Terence tidak semenyeramkan yang dia pikirkan. Walau terkadang Alcides masih merasa takut. Hehe...

"Baiklah! Alci akan membacanya. Dengarkan baik-baik, ya!"

Terence mengangguk sekali lagi. Semua indra yang dia punya langsung fokus menatap bocah kecil yang ada di sampingnya. Sementara, Key masih memikirkan buku dongeng apa yang akan dibaca Alcides.

"Sejarah Kekaisaran Heroic. Dahulu ka_"

"Ngok...."

Alcides dan Terence menoleh. Menatap Key yang sudah memejamkan matanya dengan bibir yang sedikit terbuka.

"Sepertinya aku salah memilih ratu!"  kata Terence dalam hatinya.

Bagaimana bisa seseorang tidur hanya dengan mendengar 4 kata dari buku sejarah? Sialan! Apa keputusan Terence untuk menjadikan Key seorang ratu adalah keputusan yang tepat. Karena rasanya Key bisa menghancurkan negaranya hanya dengan bernafas.

"Wuah, sepertinya Alci punya bakat untuk menjadi seorang pendongeng! Kak Vivi bahkan sampai langsung tidur!" kata Alcides dengan senyum bangga.

Terence mengerutkan keningnya.

Kekaisaran Heroic pasti akan hancur.

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang