Light 43

4.4K 525 17
                                    

Elven masuk ke dalam ruang kerja Terence. Elven sudah mendengar semuanya. Berita tentang Key yang diculik dan Terence yang menyelamatkannya. Memang tidak ada yang salah soal hal itu. Masalah utamanya adalah... Terence bukan manusia baik hati yang akan menyelamatkan manusia lain yang dianggap tidak memberi keuntungan baginya. Jadi, apa yang membuat Terence menyelamatkan wanita yang dia nikahi karena kontrak?

Bukankah akan jadi mudah untuk menyingkirkan istrinya jika gadis itu diculik? Toh, Terence dan Alcides sudah jadi lebih dekat. Terence tidak membutuhkan bantuan Key lagi.

"Apa yang membuat sahabatku tidak mengetuk pintu?" tanya Terence yang menatap lembar dokumen di depannya.

Elven menundukkan kepalanya. Seperti yang dia duga, Terence sangat peka akan langkah kaki yang bahkan tidak menimbulkan suara apapun.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Ada hal penting yang ingin saya tanyakan pada anda." kata Elven takzim.

"Jika kau ingin menanyakan omong kosong tentang bocah jamur itu, lebih baik pergi saja." Terence mengangkat kepalanya sebelum akhirnya kembali menunduk.

Elven mendengus pelan. Pria di depannya ini sangat peka akan orang lain. Tapi, sama sekali tidak peka pada dirinya sendiri.

Ini hanya dugaan Elven saja. Tapi, dugaan Elven biasanya selalu benar.

Alasan kenapa Terence tidak mau membicarakan soal Key adalah karena dia takut perasaannya pada gadis itu terungkap. Sementara, alasan Terence menyelamatkan Key adalah karena dia menyukai gadis itu. Hanya saja rasa gengsi dan tidak pekanya ini menutupi perasaan itu.

Tidak apa-apa. Elven akan membantu pria ini menyadari perasaannya jika dia memang memiliki perasaan seperti itu.

Apa? Kalian pikir Elve membenci Key? Yah, awalnya memang begitu. Maksudnya, bagaimana mungkin kalian tidak membenci gadis yang membuat ayahnya dihukum dengan berat karena memintanya untuk melakukan korupsi? Elven awalnya menilai Key sebagai gadis mata duitan yang sengaja menyulik Alcides demi uang dan kekuasaan. Tapi, sepertinya penilaian Elven salah. Untuk pertama kalinya pria ini salah dalam menilai orang.

Key tidak seburuk yang Elven pikirkan. Gadis itu lebih terlihat seperti rakyat jelata yang tiba-tiba jadi bangsawan dalam waktu semalam dibandingkan wanita mata duitan.

Vivianne...

Terasa seperti orang lain.

"Alasan anda menyelamatkan_"

Terence memotong ucapan Elven. Wajahnya terlihat sebal, "Sudah aku bilang, jangan bicarakan soal bocah jamur itu di depanku!"

Elven menatap Terence datar. Bukankah gengsi kaisar satu ini terlalu besar? Apa dia maju paling depan saat dewa kehidupan memberikan rasa gengsi pada manusia?

"Apa anda menyukai_"

"Tidak!" jawab Terence tegas.

Tatapan Elven pada Terence jadi semakin datar. Elven bahkan belum menyelesaikan ucapannya. Tapi, pria ini bahkan sudah bisa menjawabnya. Hebat sekali! Apa Terence sudah mengetahui cara melakukan sihir pembaca pikiran? Atau, dia sudah tahu apa yang akan Elven katakan?

"Yang saya maksud adalah Yang Mulia Pangeran."

"Iya."

"Bagaimana dengan_"

"Tidak!" jawab Terence tegas.

"Yang saya maksud adalah Leo."

"Memangnya kau pikir aku penyuka sesama pria?" tanya Terence yang sudah berganti ke lembar dokumen lainnya.

Elven diam. Dia tidak tahu harus menyebut wanita mana lagi. Karena tidak ada wanita yang ada Terence biarkan masuk ke dalam pandangannya selain Key dan Crysantimum. Tapi, tidak mungkin Elven menyebut nama kekasihnya di depan Terence. Pria ini kan sensitif sekali tentang 'kepemilikan' seseorang.

Elven menarik napas. Ini akan jadi pembicaraan yang sangat panjang. Terlalu panjang hingga rasanya tidak akan memiliki akhir.

"Saya rasa anda menyu_"

"Sudah aku bilang tidak!" kata Terence tegas.

"Saya bahkan belum mengatakan namanya."

Terence mengambil lembar dokumen lain. Karena dia menghabiskan waktunya dengan menyelamatkan bocah jamur yang merepotkan itu, Terence jadi harus melakukan banyak pekerjaan yang sempat tertunda.

"Aku sudah tahu siapa yang kau maksud."

Elven kembali menghela napas panjang. Rasanya umurnya berkurang 1 tahun setiap kali bicara dengan Terence.

"Bagaimana jika nanti anda sudah dekat dengan Putra Mahkota? Bukankah anda harus bercerai dengan Yang Mulia Ratu?" tanya Elven yang berjalan menuju jendela besar di belakang Terence. Bermaksud membuka jendela itu agar angin sepoi bisa masuk dan memberikan oksigen untuk Elven yang merasa sesak.

Elven terkejut ketika dia melihat Key yang sedang berlari mengejar Leo. Gadis itu pasti mengira kalau orang yang menyelamatkan dirinya adalah Leo dan bukannya Terence yang sedang menyamar hanya untuk memastikan perasaannya. Yah, itu adalah hal yang wajar. Memangnya siapa yang akan menduga kalau kaisar berhati dingin itu akan melakukan hal bodoh seperti itu?

Elven menoleh. Menatap Terence yang diam seperti patung. Sepertinya ada yang kesulitan mencari jawaban atas pertanyaan yang sebenarnya tidak sulit itu.

"Iya." jawab Terence yang kembali pada lembar dokumennya.

Elven menatap Terence dan Key bergantian. Pria itu tersenyum tipis. Dia bisa memanfaatkan kesalahpahaman Key untuk membuktikan dugaannya. Jika Terence marah ketika melihat Key dekat dengan Leo, artinya pria ini memang menyukai Key.

"Bagaimana jika Yang Mulia Ratu menikah dengan pria lain setelah bercerai dengan anda?" tanya Elven dengan senyum penuh arti di wajahnya.

Terence benar-benar kehilangan perasaan untuk mencintai setelah kehilangan orang tua dan kakak perempuannya. Seluruh rasa cintanya hanya dia limpahkan pada Alcides. Tapi, perasaan cinta pada Alcides juga bercampur dengan rasa tanggung jawab. Jadi, alangkah lebih baik jika Terence bisa menyukai seseorang selain anggota keluarganya sendiri. Dan, sepertinya istrinya saat ini adalah orang yang tepat.

Terence diam. Tangannya menggenggam pena bulu di depannya. Pena itu patah. Terence dengan santai mengambil pena lain. Dia tak acuh. Tangannya mulai menggoreskan ujung pena yang sudah dicelup dalam botol tinta itu ke atas kertas. Terence menandatangani surat kontrak dengan kekaisaran sebelah dengan kasar.

Senyum Elven semakin lebar. Terence adalah orang yang selalu mengerjakan tugasnya sebagai kaisar dengan tenang meski sedang memiliki masalah besar. Satu-satunya keadaan dimana Terence tidak bekerja dengan tenang adalah ketika berita tentang kematian kakak dan hilangnya Alcides tersebar.

"Lantas kenapa? Kami berdua tidak punya hubungan apapun. Jadi, setelah kami bercerai, bocah jamur itu bebas melakukan apa saja. Jika dia memang ingin menikah dengan pria yang dia sukai, itu semua terserah pada dirinya. Aku tidak akan melarang atau pun memaksanya untuk tetap berada di sini. Aku menikahinya hanya karena...."

Elven menatap Terence tidak percaya.

Ini adalah sebuah keajaiban. Terence yang bahkan tidak akan berteriak ketika bumi terbelah jadi dua tiba-tiba saja bicara sebanyak ini? Apa dia kesurupan iblis? Apa yang ada di depan Elven benar-benar Terence? Pria itu bahkan masih bicara. Masih memberikan 1001 alasan.

"Bahkan jika pria itu adalah sahabat anda sendiri?" tanya Elven sembari menunjuk pemandangan di luar jendela dengan tangan kanannya.

Terence sontak berdiri. Dia berjalan menuju balkon.

Terence tidak tahu apa yang salah pada dirinya. Darahnya tiba-tiba saja terasa mendidih ketika melihat istrinya tengah tertawa di depan pria yang tak lain dan bukan adalah sahabatnya sendiri. Bukan hanya itu. Napas Terence juga terasa memburu. Dia rasanya ingin melempar Leo agar menjauh dari istrinya. Sangat jauh sampai siapapun tidak bisa melihatnya lagi.

Tanpa bisa mengendalikan dirinya, Terence langsung melompat dari balkon yang jelas tidak pendek itu. Terence menatap Leo dingin. Sementara, Key menatapnya bingung sekaligus datar.

Sialan! Apa yang harus Terence lakukan sekarang? Dan, apa yang salah darinya?!




The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang