Terence mengerutkan dahinya. Dia masih berpura-pura pingsan. Padahal, aslinya sih sudah sadar dari 2 jam lalu. Terence sebenarnya ingin bangun. Tapi, masalahnya dia berada dalam pangkuan Key sekarang. Dan, gadis itu masih terjaga sedari tadi.
"Sialan! Apa gadis ini tidak lelah?!" batin Terence dalam pikirannya.
Key adalah tipikal gadis yang kalau sudah tidur siang walau hanya 30 menit, tidak akan bisa tidur lagi nanti. Jadi, Terence harus berpura-pura pingsan sampai kereta kudanya tiba di halaman istana kekaisaran. Karena baru saat itulah Key akan membangunkannya tanpa banyak bertanya atau merasa canggung.
Terence mendesah pelan. Dia memutuskan untuk benar-benar tidur saja.
Key menatap Terence. Gadis itu mengerutkan dahinya.
"Apa membersihkan muntahan membutuhkan banyak mana?"
Key mendesah. Mungkin Terence lelah karena perjalanan panjang. Key menatap Alcides yang tertidur lagi setelah terbangun selama 1 jam. Key menoleh. Menatap keluar jendela kereta kuda.
Pepohonan yang berbaris di jalanan semakin sepi. Tidak ada lagi suara burung-burung yang hinggap di dahan. Rumah penduduk mulai terlihat di kejauhan.
Sepertinya mereka akan sampai sebentar lagi.
Key menatap Terence sekali lagi.
"Kakiku pegal. Tapi, aku tidak mungkin membuat orang yang pingsan menyandarkan kepalanya di dinding kayu."
Terence berusaha memejamkan matanya. Tapi, dia sama sekali tidak tidur. Pertama, dia tidur di atas paha seorang gadis. Kedua, dia merasa tidak nyaman karena sedari tadi Key terus menatapnya. Ketiga, badannya pegal karena dia tidak bisa bergerak. Keempat, Terence terus mencium bau parfum Key yang membuatnya tak nyaman. Dan, kelima, kereta kuda ini terus bergerak sehingga membuat Terence akan kesulitan kalau dia benar-benar tertidur.
"Apa kakinya tidak pegal?!"
Terence menggerakkan tangannya. Dia berniat meletakkan tangannya di dekat kepalanya. Tapi, kenapa malah mendarat di tempat yag terasa aneh?
"Benda apa ini?" tanya Terence sembari menggerakkan tangannya. Dahi Terence mengernyit.
"Benda apa yang terasa empuk? Kereta kuda ini kan keras."
Deg! Terence seketika tersentak ketika dia menyadari benda apa yang baru saja dia sentuh.
"Sial!" umpatnya dalam hati. Terence lupa kalau gadis yang memangku kepalanya ini sangat pendek. Jadi, tangannya langsung mendarat di tempat 'itu' ketika digerakkan.
Wajah Key memerah. Dia terkejut setengah mati. Padahal, Key sedang sibuk menatap ke luar jendela tadi. Tapi, tiba-tiba saja ada sesuatu yang terasa seperti memegang bagian terlarang dari tubuhnya.
Key sebenarnya ingin berteriak. Tapi, tiba-tiba saja tubuhnya terasa kaku. Seluruh tubuhnya terasa mati rasa. Key tidak bisa menggerakkan apapun. Termasuk tangannya untuk menyingkirkan tangan Terence dari tubuhnya. Terence sendiri juga sama. Wajahnya merah dengan tubuh yang jadi kaku.
Ini adalah pertama kalinya dia memegang hal seperti ini. Jadi, tubuhnya juga terasa kaku.
Alcides menggeliat. Dia mengucek matanya. Bocah itu duduk. Lantas, melihat pemandangan aneh di depannya.
"Kak Vivi?" tanyanya yang masih setengah sadar.
Sret!
Terence seketika menarik tangannya dari tubuh Key. Pria itu juga langsung bangun. Duduk di bagian pinggir kursi. Terpisah sedikit jauh dengan Key yang masih memerah.
"Iya, Alci?" tanya Key.
Dia benar-benar ingin memukul kepala Terence. Pria itu langsung bangun ketika mendengar suara Alcides. Jadi, sudah pasti kan kalau dia tadi hanya berpura-pura tidur saja. Itu artinya, Terence sengaja memegang bagian tubuh Key yang seharusnya hanya dipegang oleh dirinya dan suaminya saja.
Ah, benar juga. Terence kan adalah calon suami Key. Tapi, pria itu kan hanya suami kontrak bukan suami sungguhan. Jadi, dia tidak punya hak untuk menyentuh Key.
Awas saja nanti! Akan Key pecahkan kedua telurnya!
"Apa kita sudah sampai?" tanya Alcides dengan mata yang masih sedikit terpejam.
Key menatap ke luar jendela. Kereta kuda sudah masuk ke dalam halaman istana kekaisaran. Meski dilihat dari dalam dan dengan pandangan yang terbatas, Key bisa melihat betapa mewah dan megahnya halaman istana ini. Mau bekerja seumur hidup pun, rasanya Key tidak akan bisa membeli sebuah bunga yang ada di halaman istana.
Apa Key benar-benar akan tinggal di tempat semewah ini? Entah kenapa darah rakyat jelata yang mengalir kental di dalam dirinya menolak kenyataan itu.
"Sepertinya kita sudah sampai." kata Key sembari tersenyum pada Alcides. Meski begitu, Terence bisa merasakan perasaan dendam dan benci dari mata Key.
"Dia pasti mengira aku sengaja menyentuhnya, kan?" tanya Terence pada dirinya sendiri.
"Aku akan menjelaskannya nanti." kata Terence.
Terence menatap Key yang balas menatapnya. Key tersenyum.
"Apa anda mau merasakan dinginnya pedang di leher anda, Yang Mulia?" tanya Key sembari tersenyum.
Dia masih belum bisa menerima fakta kalau pria sialan yang akan jadi suaminya ini memegang bagian tubuhnya yang terlarang. Key rasanya benar-benar ingin membunuh Terence. Masa bodoh jika dia akan dihukum mati. Pria mesum sialan ini memang layak dibunuh.
"Tidak! Aku tidak sengaja memegangnya." kata Terence dengan wajah yang memerah. Karena Key mengungkit lagi kejadian itu, Terence jadi kembali mengingatnya.
"Saya akan tetap membuat anda merasakan dinginnya pedang." kata Key sembari menatap Terence dengan wajah yang terlihat begitu menyeramkan.
Mana mungkin ada rasa penyesalan di wajah yang terlihat begitu merah itu. Terence pasti sengaja melakukannya! Jadi, mana mungkin Key akan memaafkannya dengan begitu mudah. Setidaknya, Terence harus hidup dengan menderita terlebih dahulu.
"Kita sudah sampai, Yang Mulia Kaisar, Putra Mahkota dan Nona Mevusa." kata supir kereta kuda.
Salah seorang ksatria yang sudah menunggu di halaman utama langsung membuka pintu. Alcides turun terlebih dahulu. Disusul Key. Ketika kaki gadis itu menginjak tanah, dia menatap Terence.
"Akan saya pastikan hidup anda menderita!" katanya.
Key melangkah pergi. Terence meneguk ludah. Dia memang bisa saja mengusir Key atau mengancamnya untuk tidak lagi mengungkit kecelakaan itu. Tapi, Terence tahu kalau dia adalah orang yang bersalah dalam kasus ini. Gadis mana pun pasti akan marah jika bagian tubuhnya disentuh oleh orang lain, kan? Entah itu sengaja atau tidak.
Jadi, Terence akan membiarkan Key melampiaskan amarahnya kali ini.
Terence ikut turun. Dia berdiri di samping Key yang berada di depan kereta kuda.
Key menatap para pria separuh baya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan aneh itu.
Kelima pria itu terlihat seperti para menteri inti. Mereka adalah orang yang membantu pekerjaan kaisar. Ada menteri luar negeri, perdagangan, pariwisata, ekonomi, dan juga peruangan. Selain bekerja sebagai menteri, mereka juga bekerja sebagai penasehat kaisar. Karena kaisar yang asli sudah tidak ada, jadi sekarang mereka bekerja untuk Terence.
"Apa dia gadis yang anda tulis dalam surat?!" tanya salah satu dari mereka sembari menatap Terence dengan kening berkerut.
Key meneguk ludah. Dia lupa dengan perbedaan kasta antara dirinya dengan Terence. Jadi, jelas saja orang-orang tidak akan menyetujui pernikahannya dengan Terence.
Masa perjalanan Key dalam mendapatkan koin emas dan rumah mewah berakhir begitu saja. Bahkan, sebelum dirinya memulai.
Tidak bisa! Key harus menjadi pengangguran kaya raya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...