Light 52

4.2K 427 9
                                    

Keyshanka mengamuk. Dia yang melihat bagaimana orang yang dicintai mati tepat di depannya jadi membenci manusia. Keyshanka kembali ke wujud dewinya yang merupakan seorang gadis dengan rambut dan mata berwarna hitam legam. Mata Keyshanka sama sekali tidak memiliki bagian berwarna putih alias Sklera. Karena mata Keyshanka sepenuhnya berwarna hitam. Kuku jarinya juga panjang. Dan, tatapan Keyshanka sangat menyeramkan. Bahkan, beberapa dewi pun takut ketika melihat wujud dewi Keyshanka. Mungkin itulah mengapa Dewi Kegelapan ini lebih suka berada di dunia manusia sebagai manusia.

Karena para dewa dan dewi takut akan wujud dewinya. Dan, wujud manusa dilarang digunakan di Matrix.

"Hentikan, Key!" kata seorang pria dengan rambut pirang panjang dan mata emasnya.

Keyshanka menoleh.

Faltor.

Dewa Cahaya yang paling membenci manusia. Apa yang dia lakukan di sini?

Keyshanka menatap Faltor dengan tatapan kosongnya. Kehilangan Terent benar-benar mengubah Keyshanka. Seorang dewa maupun dewi seharusnya tidak memiliki perasaan cinta, sedih, marah apalagi patah hati. Tapi, Keyshanka berbeda sekarang. Menghabiskan waktu 100 hari di dunia manusia membuatnya memiliki perasaan seperti manusia. Dan, ini jelas adalah hal yang salah.

Kehampaan pasti tidak akan menyukai ini.

Kehampaan adalah tempat dimana para dewa dan dewi melakukan kesalahan besar. Dan, Keyshanka sudah melakukan satu dari beberapa kesalahan besar yang ada.

Jatuh cinta pada manusia.

Jadi, Faltor tidak akan membiarkan dewi yang tercipta bersamaan dengan dirinya ini diseret ke dalam Kehampaan. Karena itu bukanlah tempat yang bagus untuk menghabiskan waktu.

"Hentikan! Apapun yang terjadi, kau tidak boleh membinasakan benua ini. Karena itu tidak tertulis dalam pohon takdir. Manusia, hewan dan tumbuhan di sini, belum saatnya bagi mereka untuk mati hari ini." terang Faltor.

Keyshanka menatap Faltor. Masih dengan tatapan kosongnya. Keyshanka yang kini berdiri di atas awan menunduk. Menatap dunia manusia yang begitu damai.

Lihat saja para penduduk desa itu. Mereka tetap bersikap seperti biasa walau sudah membunuh salah satu warganya.

Ah, kenapa Keyshanka terkejut? Bukankah manusia memang selalu seperti itu? Mereka bisa tidur dengan tenang meski sudah melakukan kejahatan. Justru, korban kejahatan mereka yang malah tidak bisa tidur.

Benar. Manusia adalah manusia yang seperti itu. Jadi, kenapa Keyshanka harus bersikap baik pada mereka? Kenapa dia harus menahan diri untuk tidak memberikan nasib buruk pada mereka? Toh, mereka sendiri yang memintanya.

Keyshanka menatap Faltor, "Tidak! Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Kau juga membenci manusia, kan?" Keyshanka ganti menatap gunung merapi purba di bawahnya, "Jadi, biar aku saja yang membunuh mereka."

Faltor buru-buru menarik tubuh Keyshanka. Kedua dewa itu terjatuh di atas awan. Keyshanka merangkak. Kembali ingin menatap gunung merapi purba yang sudah lama tertidur.

Gunung merapi purba itu tepat berada di tengah benua. Dan, bekas gunung itu akan menjadi istana Kekaisaran Heroic.

"Jangan, Key! Kau hanya akan ditarik ke dalam Kehampaan selamanya." Faltor menarik tangan Keyshanka. Dewi Kegelapan itu kembali terjatuh.

"Jangan jadi bodoh! Kau seorang Dewi. Dan, Dewi seharusnya tidak jatuh cinta pada manusia!"

Keyshanka menangis.

Ah, ini juga salah. Seorang Dewi tidak punya emosi. Jadi, air mata jelas seharusnya tidak mengalir di pipi Keyshanka.

Muncul suara bergemuruh di atas langit. Faltor mendangak. Dia meneguk ludah. Itu adalah suara Kehampaan yang merasakan jika ada Dewi yang melakukan kesalahan besar. Sudah ratusan ribu tahun sejak Faltor dan para dewa diciptakan. Dan, ini adalah pertama kalinya dia mendengar suara gemuruh Kehampaan. Karena memang ini adalah pertama kalinya seorang dewi jatuh cinta pada manusia.

Keyshanka memang menyukai manusia sejak awal mereka diciptakan. Tapi, tidak pernah sampai ingin memiliki seperti ini.

"Kau dengar itu?! Itu adalah suara Kehampaan! Kau akan diseret masuk ke sana jika terus melakukan hal yang bertentangan dengan tugas seorang Dewi!" teriak Faltor kesal.

Keyshanka balas berteriak dengan suaranya yang serak, "Kehampaan bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang aku dapatkan setelah melihat orang yang aku cintai mati, Fally!"

Faltor menatap Keyshanka prihatin. Dewi Kegelapan ini sudah kehilangan akal sehatnya. Padahal seorang dewi seharusnya hanya bisa menggunakan logikanya. Dengan kata lain, Keyshanka hampir menjadi manusia sepenuhnya. Dan, Kehampaan akan mengurungnya lebih lama.

"Manusia itu mati karena dirimu sendiri, Key. Kau juga pastu tahu jika manusia menyerap energi kita. Itu artinya, manusia itu mengalami nasib buruk karenamu." kata Faltor lembut.

Dia memang tidak memiliki perasaan apapun. Tapi, dia tahu jika Keyshanka begitu sedih sekarang. Faltor tahu karena dia adalah dewa yang tercipta bersamaan dengan Keyshanka.

Keyshanka diam. Dia tidak bisa menyanggah ucapan Faltor karena itu adalah sebuah kenyataan. Keyshanka berdiri. Mengusap air matanya. Lantas, mengepakkan sayap hitam yang tiba-tiba muncul di punggungnya.

Keyshanka turun ke dunia manusia. Sekali lagi. Faltor hanya menatap dari kejauhan. Itu karena Faltor berpikir jika Keyshanka pergi untuk mengucapkam perpisahan pada Terent sebelum kembali ke Matrix. Tapi, tentu saja pikiran Faltor salah. Kenyataannya, Keyshanka pergi untuk mencari manusia yang bisa menggantikan dirinya.

Iya, Keyshanka berniat menyerahkan seluruh kekuatannya pada manusia. Bukan hanya kekuatan. Tapi, juga tanggung jawab.

Manusia yang mendapatkan kekuataan Keyshanka akan bisa memberikan sifat dan nasib buruk pada manusia.

Pilihan Keyshanka jatuh pada Keyanza. Seorang gadis desa berusia 17 tahun. Keyshanka memilih gadis itu karena menganggap jika rasa benci dan cinta Keyanza pada manusia seimbang.

Keyshanka pergi setelah memberikan seluruh kekuatannya. Langir bergemuruh sekali lagi. Sebelum Kehampaan menelan Keyshanka, dewi itu sudah lebih dulu meledakkan gunung merapi purba.

Seluruh benua mati saat itu.

Sementara, Keyshanka ditelan oleh kegelapan.

Sama seperti Keyshanka yang membuat pria yang ia cintai mengalami nasib buruk. Keyanza juga sama.

Tervery, penjual es krim yang Keyanza sukai dianggap sebagai penyihir gelap setelah keluarga yang tinggal bersamanya mati. Ayah. Ibu. Keponakan. Kakak perempuan. Dan, kakak iparnya.

Mereka semua mati.

Karena Keyanza.

Ketika Keyanza mati karena takdir, kekuatan Keyshanka yang ada dalam tubuhnya pergi untuk mencari tubuh baru. Iya, reinkarnasi Keyanza. Dan, Key alias Keyra adalah reinkarnasi Keyanza.

Seolah terus mengalami takdir yang sama, reinkarnasi Keyanza terus membuat reinkarnasi pria yang dia cintai terus mengalami nasib buruk. Key dan Terence juga mengalami hal yang sama. Namun, karena tidak berada di dunia yang sama dengan Terence, Key memberikan nasib buruk menggunakan cara yang berbeda.

Novel.

Iya, novel yang Key tulis merupakan takdir kehidupan seseorang. Dengan kata lain, Key juga memberikan nasib buruk pada orang lain yang bahkan tidak dia kenal.

Sekarang, jika Key terus berada di dekat Terence, bukan hanya Alcides.

Terence juga bisa mati.

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang