Light 69

3.9K 326 0
                                    

Tidak.

Kisah ini masih belum berakhir. Yah, harusnya sudah. Tapi, tiba-tiba saja ada kadal gurun raksasa yang menerkam Key. Sialan! Kenapa hal-hal buruk terus saja terjadi? Key seharusnya sedang menunggu Terence datang setelah berhasil menyalakah sihir suar.

"Argh! Aku benci jadi manusia!" teriak Key kencang.

Perasaan Key saat ini campur aduk. Antara marah, kesal, sedih dan takut. Marah dan kesal karena kadal gurun raksasa ini seenaknya saja menerkam Key. Sedih karena Key harus mati setelah berjuang dengan sepenuh tenaga. Yang bertarung memang Faltor, Vivianne dan Lusyifher. Tapi, bertahan di pertarungan itu juga merupakan sebuah perjuangan. Dan sedih karena tidak akan bisa melihat Terence dan Alcides untuk terakhir kalinya.

"Setidaknya biarkan aku berpamitan dulu, dasar binatang!!!" teriak Key lebih kencang.

Mata kadal itu bergerak turun. Mengernyit. Kenapa mangsanya yang satu ini begitu banyak bicara? Menyebalkan sekali! Dia kan bisa diam saja. Jadi, kenapa malah memilih berisik begini?

Kadal gurun raksasa yang memang tinggal dan berburu di gurun itu menggoyangkan lidahnya. Bermaksud membuat mangsa yang sudah berada dalam genggaman lidahnya jadi pingsan. Tapi, sayangnya hal itu tidak memberikan pengaruh apapun pada Key. Mangsanya itu jauh lebih kuat dibandingkan yang dia kira.

"Kau membuatku pusing! Dasar hewan tidak berpendidikan!" seru Key tidak terima.

Perut Key terasa mual hingga tidak membuatnya sampai muntah ataupun pingsan. Tapi, tetap saja rasanya tidak nyaman.

Mata kadal gurun itu mendelik. Menatap dingin mangsanya yang banyak bicara itu. Kalau guncangan maut tidak berpengaruh, maka hanya ada satu cara yang tersisa.

Kaki kadal yang berlari dengan kencang itu tiba-tiba saa berhenti. Dia mengangkat lidahnya ke atas. Sangat tinggi sampai Key bisa melihat bayangan kereta kudanya yang jauh tertinggal di belakang.

"Hei! Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin membantingku? Aku bisa mati kalau kau melakukan itu!" teriak Key yang makin berusaha untuk melepaskan diri.

Kadal itu tak acuh. Dia menurunkan lidahnya dengan cepat. Bermaksud menghantamkan tubuh mangsanya ke pasir yang panas.

Key memejamkan kelopak matanya. Jika dia memang harus mati, Key tidak ingin melihat kematiannya secara langsung.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Satu menit.

Hening. Tidak terdengar suara apapun selain angin yang berhembus dengan membawa pasir bersamanya. Key perlahan membuka matanya. Aneh. Tubuhnya sama sekali tidak merasa sakit barang sedikit pun. Rasanya berbeda saat Key mati karena menghantam dinding saat mencari kucingnya dulu. Apa ini efek dari hilangnya kekuatan Keyshanka dalam tubuhnya?

Omong-omong, Key mencium wangi bunga mawar. Apa ini adalah bau alam kematian?

"Kau belum mati." kata seseorang yang suaranya sangat Key kenal.

Key menoleh. Menatap seorang pria dengan rambut merah muda dan mata peraknya yang menatap Key.

Ah, pria itu adalah seseorang yang begitu ingin Key temui sebelum mati. Apa yang dia lakukan di sini? Apa Key berada di alam sebelum kematian? Terence yang ada di depannya ini mungkin saja hanya khayalannya saja.

"Kemari!" perintah Key.

Terence menurut. Dia berdiri di samping Key sekarang.

"Duduk dan dekatkan wajahmu di hadapanku!" perintah Key lagi.

Wajah Terence tiba-tiba saja memerah. Dia langsung mundur beberapa langkah. Gadis ini agresif sekali. Apa efek dari terkena air liur kadal gurun raksasa? Terence pernah baca jika air liur hewan endemik padang pasir itu mengandung racun yang menyebabkan halusinasi.

"Tidak mau! Kenapa aku harus melakukan itu?!" tanya Terence terkejut.

Key menatap Terence bingung. Dia kemudian tersenyum dengan lebar.

"Aku sepertinya memang belum mati. Karena Teri dalam khayalanku tidak mungkin menolak perintahku seperti barusan." kata Key lega.

"Kan sudah aku katakan! Kau memang belum mati. Kadal gurunnya yang mati." Terence memasang wajah bingung, "Teri? Apa itu?"

"Nama panggilan yang aku buat untukmu. Apa kau tidak menyukainya?"

Pipi dan telinga Terence berubah merah. Dia langsung memalingkan wajahnya. Berdehem pelan.

"Terserah kau saja." katanya ketus.

Key tersentak. Sedikit kaget. Kepalanya menoleh. Dia baru sadar dengan kalimat yang Terence ucapkan sebelum dia bertanya soal arti 'Teri'.

Kadal gurun raksasa yang membawa Key dengan tidak hormat itu benar-benar sudah mati sesuai perkataan Terence. Tubuhnya terpotong jadi dua bagian. Hanya bagian kepalanya yang masih utuh. Itupun hanya sedikit.

Apa Terence yang membunuh kadal itu? Tapi, kapan?

Ah, Key baru sadar jika dirinya berada di atas tumpukan kelopak bunga mawar. Apa ini juga ulah dari sihir Terence? Itu sebabnya Key tidak terluka dan sekitarnya berbau wangi seperti bunga mawar.

Terence tiba-tiba menggendong tubuh Key dan menurunkannya di atas tumpukan bunga yang lain dengan hati-hati.

"Apa kau baik-baik saja? Maksudku, kau tidak takut dengan aku yang sudah membunuh seekor kadal gurun raksasa bahkan sampai memotongnya jadi dua bagian?" tanya Terence dengan ekspresi wajah yang terlihat takut. Takut jika Key akan menjauh darinya karena merasa ketakutan atas apa yang sudah Terence lakukan.

"Bukankah hanya orang bodoh yang takut pada orang yang sudah menyelamatkan nyawanya?" jawab Key sembari menatap Terence dengan manik hijaunya yang terlihat begitu teduh.

Terence tersenyum tipis. Nampak begitu lega.

Terence benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika seandainya Key membenci dirinya. Akhir dunia bahkan lebih baik dibandingkan hidup namun dibenci oleh gadis yang dia suka.

"Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkanku. Tapi, bagaimana kau tahu kalau aku berada di sini?" tanya Key penasaran.

"Kereta kuda itu dilengkapi dengan sihir pelacak. Begitu juga dengan gaun yang sedang kau pakai. Aku perlu waktu untuk mengetahui keberadaanmu karena jaraknya yang sudah cukup jauh. Tapi, untunglah aku tidak terlambat." jawab Terence yang menatap Key setelah mengucapkan kalimat terakhir.

Key balas tersenyum. Dia berdiri. Memeluk Terence dengan kecepatan tinggi. Karena jika tidak cepat, pria ini pasti keburu melarikan diri.

Terence bukannya tidak suka jika disentuh oleh Key. Dia hanya...

Takut tidak bisa menahan diri.

Sentuhan Key terasa begitu berbahaya baginya.

"Kau tidak pernah terlambat, Teri. Kau selalu datang tepat waktu."

Terence yang tidak sempat melarikan diri karena serangan mendadak dari Key yang begitu cepat hanya bisa pasrah. Menahan dirinya untuk tidak melakukan tindakan asusila di tengah padang pasir. Di depan bangkai seekor kadal gurun raksasa yang terbelah dua.

"Terima kasih karena sudah menyelamatkanku!" kata Key yang mempererat pelukannya pada Terence yang semakin berusaha menahan diri.

"Bagaimana kalau kita pulang saja? Alcides pasti sudah menunggu."

Key mengangkat kepalanya. Kedua tangannya masih melingkar di punggung Terence yang begitu lebar.

Benar juga. Key punya seseorang yang bisa dia jadikan tempat untuk pulang sekarang.

"Iya! Ayo kembali ke rumah!"

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang