Light 12

6.8K 791 22
                                    

"Jadi, surat kontrak mana yang harus saya tanda tangani?" tanya Key dengan senyum ramah.

Tolong lupakan penolakan Key yang sangat parah tadi. Dia hanya bercanda saja tadi. Hanya sekadar menguji kesabaran Terence saja. Mana mungkin Key menolak lamaran seorang pria terhormat yang menyebalkan dan seperti titisan setan ini.

"Bukankah anda baru saja menolak tadi? Apa anda tidak punya malu?" tanya Terence sembari menatap Key datar.

"Aduh, cintaku yang manis! Saya hanya menguji kesabaran anda saja." jawab Key dengan senyum yang lebar.

"Sepertinya kau memang tidak tahu malu, ya!"

Key menatap Terence datar. Apa pria ini tuli? Perasaan Key sudah menjawab dengan sangat jelas tadi.

"Berikan saja surat kontraknya sebelum saya berubah pikiran!" kata Key sebal.

Key tidak tahu apa Terence sudah membuat surat kontrak pernikahan mereka atau belum. Yang jelas, kalau menurut sifat Terence yang selalu siap siaga dalam segala keadaan sih, Terence sudah pasti telah menyiapkan surat kontranya. Kalau belum sih tinggal dibuat saja. Mau di atas baju Terence, daun, rumput, sepatu. Terserah. Yang penting ada tulisan 'mendapatkan 150 keping emas setiap hari dan rumah besar di ibukota'. Hanya dengan kalimat itu saja, Key akan langsung tanda tangan. Dengan mata tertutup malah.

Terence mendesah. Dia merogoh saku di balik jasnya. Terence menyodorkan sebuah kertas di hadapan Key yang langsung membaca isinya. Sesuai dugaan, Terence sudah menyiapkan semua_

"Apa-apaan ini?! Surat pemusnahan keluarga Baron Mevusa?!"tanya Key sembari menatap Terence sebal.

Terence buru-buru mengambil kertas itu. Meremasnya. Lantas, menceburkannya ke dalam danau kecil tak jauh dari tempatnya berdiri. Terence berdehem. Dia merogoh sakunya yang lain. Kembali menyerahkan kertas itu di hadapan Key yang dengan kasar mengambilnya. Key menatap Terence sebal sekilas. Rupanya pria ini sudah menyiapkan dua surat untuk dua kemungkinan.

Surat pertama jelas akan digunakan jika Vivi atau orang tuanya terlibat dalam penculikan Alcides. Sementara, surat kedua digunakan jika Alcides menyukai Vivi. Dan, ternyata pada akhirnya Terence memberikan surat kedua untuk Key. Karena Alcides menyukainya.

Key membaca surat perjanjian itu dengan sangat teliti. Memastikan setiap huruf dan angka yang di sana sesuai dengan apa yang dia mau. Key mengangguk. Jumlah harta benda yang dijanjikan Terence untuk Key sesuai. 150 keping emas setiap hari dan rumah mewah di ibukota. Waktu perjanjian ini juga hanya berlaku sampai Alcides dan Terence menjadi lebih dekat. Tapi, ada yang aneh...

"Kenapa ada kalimat yang mengatakan jika kedua belah pihak boleh menjalin hubungan dengan orang lain selama tidak ketahuan oleh rakyat?" tanya Key.

"Karena kita tidak benar-benar menikah." jawab Terence datar.

Key menyodorkan tangannya. Dia menatap Terence serius. Sementara, yang ditatap terlihat bingung. Tidak tahu apa yang diinginkan oleh gadis yng ada di depannya ini. Terence merogoh sakunya. Meletakan beberapa keping koin emas di tangan Key.

"Bukan ini yang saya mau tahu!" seru Key kesal sembari memasukkan beberapa keping koin emas itu ke dalam sakunya.

"Pulpen!" katanya. Kembali menyodorkan tanganya yang langsung diisi pulpen oleh Terence.

Key mencoret kalimat yang membuatnya mempertanyakan kecerdasan Terence itu. Walaupun ini hanyalah sebuah pernikahan di atas tinta yang tidak dipengaruhi oleh cinta barang sedikit pun, bukan berarti Terence atau Key bisa menjalin hubungan dengan orang lain. Itu sih namanya mempermainkan pernikahan. Dan, Key tidak suka dengan hal itu.

"Kenapa dicoret?"

"Saya tidak akan mengijinkan anda selingkuh! Dan, saya juga tidak akan selingkuh!" kata Key tegas.

Terence diam. Dia menulis kalimat itu karena mengira kalau Key sudah punya pasangan atau ingin terbebas darinya. Gadis ini kan terpaksa menikah dengannya. Jadi, Terence hanya berusaha memberinya sedikit kebebasan saja. Kenapa malah ditolak?

Key kembali menatap kertas di tangannya. Pulpen milik Terence dengan santai Key gigit ujungnya.

"Kenapa kau memakan pulpenku?!" tanya Terence kesal. Apalagi ketika dia melihat lidah Key secara sengaja menyentuh bagian ujungnya.

"Diam! Ini cara saya untuk berkonsentrasi tahu!" kata Key tak kalah kesal.

Terence diam. Bukan karena dia tidak takut pada Key. Tapi, karena Terence tidak bisa lagi menyelamatkan pulpennya yang sepertiga bagiannya sudah  masuk ke dalam mulut Key. Kalau sudah begini, tidak ada yang bisa Terence lakukan lagi selain membeli pulpen baru dan membuang pulpen yang jelas sudah terkontaminasi dengan air liur dan kuman itu.

"Pihak pertama alias Terence akan menceraikan pihak kedua alias Nona Mevusa kapan pun dan dimana pun tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku."

Key membaca bagian itu dengan kening berkerut. Key tidak tahu. Entah dia yang terlalu sensitif atau memang kalimat itu yang menyebalkan. Yang jelas, Key merasa sangat sebal dan ingin mencakar wajah tampan Terence. Kalimat yang pria sialan ini tulis membuat Key merasa seolah dia adalah barang yang bisa dibuang kapan saja karena sudah dibeli. 

Key mencoret kalimat itu dengan penuh amarah. Saking kasarnya Key dalam mencoret, surat yang dibuat dari kulit kayu yang cukup tebal itu hingga sobek.

"Bagian ini!" Key menunjuk coretan panjang berwarna hitam itu, "Ubah kalmatnya menjadi 'Perceraian adalah hal yang dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak'. Saya bukan barang yang bisa dibeli dan dijual. Ingat itu!" kata Key ketus.

Masa bodoh jika Terence akan membatalkan pernikahan ini dan malah menghukum Key. Gadis itu sudah terlanjur marah. Jadi, dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi padanya selama Key bisa menumpahkan rasa kesalnya pada Terence.

"Baiklah! Apa ada lagi yang harus aku ganti?" tanya Terence pasrah.

Dia sedang sangat membutuhkan bantuan Key agar bisa jadi lebih dekat dengan Alcides. Apapun yang dilakukan Key padanya, Terence tidak akan membunuh gadis ini. Sebaliknya, dia akan mengalah dan mengatasi apa yang membuat Key marah.

Wajah Key berubah ramah, "Bagaimana kalau jumlah uangnya ditambah 50 keping perminggu? Anggap saja sebagai asuransi saya. Menjadi istri seorang kaisar jelas sangat berbahaya, bukan?"

Terence mengangguk. Ucapan Key masuk akal juga. Gadis ini tidak hanya memberikan waktu dan tenaganya saja untuk terence. Tapi, juga mempertaruhkan nyawanya.

"Baiklah! Aku akan menambah jumlah uangnya dan mengubah beberapa poin perjanjiannya."

Key berseru dengan semangat dalam hatinya. Dia benar-benar bangga pada dirinya sendiri karena sudah menerima ajakan Terence untuk menikah. Kalau Key menolak, dia jelas akan sangat menyesal.

"Sekarang, ayo temui orang tua saya untuk meminta ijin menikah." kata Key semangat.

Terence mengangguk. Mulai berjalan ketika Key tiba-tiba melingkarkan tangannya di lengan Terence.

"Pasangan yang akan menikah harus terlihat sangat mesra, bukan?"

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang