Key dan Terence sudah membuat keputusan. Mereka berdua tidak akan bercerai. Namun, sebagai gantinya, Key akan tinggal di vila milik kekaisaran yang ada di pinggir laut. Vila itu dulunya dibuat ayah Terence sebagai hadiah untuk istrinya yang menyukai laut. Namun, nyatanya vila itu tidak pernah bisa ibu Terence kunjungi. Karena dia mati terlebih dahulu sebelum bisa melihat betapa indah vila yang dirancang sendiri oleh suaminya itu sembari memikirkan dirinya.
Key akan tinggal di vila itu. Sendirian. Tanpa ada satu pun pelayan atau ksatria yang melayani dan menjaganya.
Key akan terus tinggal di sana sampai dia bisa menemukan cara untuk memindahkan kekuatan Keyshanka yang ada dalam tubuhnya. Sementara, Terence akan mencari tahu caranya sembari menjalankan tugasnya sebagai seorang kaisar.
Awalnya Terence memang tidak setuju membiarkan Key tinggal di vila itu sendirian. Terlebih tanpa adanya ksatria. Suasananya bisa saja jadi sangat berbahaya. Pasti akan ada banyak orang yang berniat mencelakai Key di sana. Tapi, Key terus bersikeras untuk tetap tinggal sendirian di sana. Key sudah bisa mengendalikan kekuatan Keyshanka dalam dirinya. Meski tidak dengan energi yang memang secara alami keluar dari dalam tubuhnya dan mempengaruhi manusia di sekitarnya.
"Angkat rambutmu!" pinta Terence pada Key yang masih bersiap di dalam kamarnya.
Key yang sedang berdiri dan menatap barang bawaannya memasang wajah bingung. Mengangkat rambut? Untuk apa? Meski begitu, Key menurut. Dia mengangkat rambut pirang panjangnya yang tergerai.
Terence lantas berdiri di belakang Key. Dia mengeluarkan sesuatu dari balik saku pakaiannya.
Sebuah kalung.
Dengan liontin berwarna biru muda seperti laut. Ada sebuah bintang laut mungil berwarna di dalam liontin itu.
Key menatap kalung itu. Terlihat sangat cantik.
"Kalungnya cantik sekali." lirih Key pelan.
"Itu adalah kalung milik mendiang ibuku." kata Terence. Key bisa mendengar kesedihan dalam nada bicara Terence yang biasa saja itu.
Kepala Key menoleh. Dia menatap Terence.
"Bukankah kalung ini sangat berarti untuk anda? Kenapa diberikan kepada saya?" tanya Key bingung.
Setahu Key, Terence selalu menjaga peninggalan mendiang ibunya dengan baik. Di istana yang saat ini Key tinggali, ada sebuah ruangan yang selalu dikunci. Dan, tidak ada yang diperbolehkan masuk ke sana. Sebab, ruangan itu berisi barang peninggalan ibu Terence. Pria ini memberikan sihir penjagaan yang melindungi semua barang iu dari rusak karena dimakan usia. Juga sihir pembersih yang akan dengan otomatis membersihkan debu atau benda asing lain yang dianggap sampah.
Terence yang seperti itu, kenapa tiba-tiba memberikan kalung milik mendiang ibunya kepada Key?
Terence tersenyum tipis. Dia menatap wajah Key yang tetap cantik meski dilihat dalam posisi terbalik.
"Berikan kalung ini pada wanita yang kau cintai." Terence menatap manik mata hijau milik Key, "Itu yang ibuku katakan ketika memberikan kalung ini padaku."
Deg!
Wajah Key berubah jadi merah. Gadis itu langsung menundukkan kepalanya. Sialan! Kenapa Terence tiba-tiba saja menyerang Key dengan kalimat manis begitu?
"Apa kau sedang merasa malu?" tanya Terence ketika melihat semburat merah di pipi Key. Sebenarnya, bukan hanya pipi. Telinga dan leher gadis di depannya ini juga merah. Lucu sekali!
"Memangnya apa yang anda ingin saya lakukan jika anda mengatakan hal seperti itu?" tanya Key sembari menutupi wajahnya yang bahkan sudah lebih merah dibandingkan tomat matang.
Terence tersenyum. Padahal gadis yang dia sukai ini selalu bertingkah bar-bar di hadapan bangsawan lain. Tapi, lihatlah dia sekarang. Berusaha menutupi wajahnya yang memerah. Baguslah! Terence suka karena Key hanya bertingkah menggemaskan seperti ini di hadapannya.
"Entahlah. Tapi, aku sedikit berharap kau mau menciumku." kata Terence santai.
Sekarang, bukan hanya wajah Key saja yang merah. Rasanya dunia ini juga ikut jadi merah.
Sialan! Pria ini benar-benar sialan!
Terence berdiri di depan Key yang masih menutupi wajahnya.
"Jadi, kau mau menciumku atau tidak?" tanya Terence penuh harap.
Key mengintip dari balik sela jarinya yang dia buka sedikit. Key langsung kembali merapatkan jarinya ketika melihat wajah Terence yang hanya berjarak 5 cm dari wajahnya. Sialan! Pantas saja dia bisa merasakan hembusan nafas seseorang. Key pikir itu adalah angin sepoi.
"Apa anda dari dulu memang suka menggoda wanita seperti ini?" tanya Key.
"Tidak. Aku hanya melakukan ini padamu." jawab Terence spontan.
"Argh! Bukan itu jawaban yang saya mau!" teriak Key frustasi.
Terence meningkap kedua tangan Key yang menutupi wajah cantiknya itu. Tubuh Terence semakin menunduk.
"Kalau begitu, jawaban seperti apa yang kau mau?" tanya Terence yang kini hanya berjarak 2 cm dari wajah Key.
Sialan! Key sama sekali tidak bisa bergerak. Dia sebenarnya ingin melepaskan diri dari cengkraman Terence. Tapi, sepertinya tubuhnya menginginkan hal ini. Sialan! Bagaimana mungkin hati dan otaknya tidak berada di jalan yang sama?
"Aku memberimu kesempatan untuk menjawab. Tapi, sepertinya kau memang tidak mengharapkan jawaban lain." Key menatap manik mata Key yang membulat, "Menjauhlah jika kau tidak menyukainya. Tapi, jangan lupa jika aku akan terus mengejarmu." kata Terence.
Key diam. Dia memilih untuk menutup matanya. Karena sudah terlanjur begini, bukankah sebaiknya diteruskan saja?
Terence tersenyum. Kaisar itu melingkarkan tangan Key di atas lehernya. Sementara, tangan Terence menyentuh pinggang ramping Key yang begitu kecil. Rasanya Terence bisa mematahkan pinggang ini jika meremasnya sedikit saja.
Key bisa merasakan bibir Terence yang lembut dan manis. Apa saat mereka menikah dulu, Key merasa seperti ini juga?
"Yang Mu_" Leo yang datang di saat yang tidak tepat langsung menutup pintu kamar Key perlahan, "Saya hanyalah monyet yang tidak sengaja datang kemari." katanya.
Key yang menyadari jika ada orang lain di sekitarnya seketika langsung punya keberanian untuk mendorong Terence.
"Kenapa kau mendorongku?" tanya Terence kesal. Padahal Terence akhirnya bisa mencium gadis yang dia suka. Tapi, gadis itu malah mendorongnya.
"Justru saya yang harus bertanya. Kenapa anda masih melanjutkannya meski tahu ada orang lain di sini?" tanya Key tak kalah kesal.
Wajah Key kembali merah. Dia antara malu dan kesal. Malu karena ada orang lain yang melihat dirinya dan Terence berciuman. Dan, kesal karena kaisar sialan ini masih melanjutkan apa yang sedang mereka lakukan meski tahu ada orang lain di sekitar mereka. Dasar mesum!
"Memangnya kau tak dengar? Yang tadi itu hanya seekor monyet saja tahu!"
Key menatap Terence datar sebagai balasan. Monyet yang asli pun tahu jika yang baru saja muncul itu bukanlah bagian dari spesies mereka. Tapi, kenapa manusia yang satu ini malah pura-pura tidak tahu?
Terence mendengus. Dia menoleh. Menatap Leo yang bersembunyi di balik pintu. Terence tersenyum.
"Sepertinya akan ada acara pemakaman setelah kau pergi." katanya.
Tubuh Leo seketika merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...