Key melangkah. Kembali ke rumah lantai dua milik Baron Mevusa. Tentu saja dengan Alcides yang menggenggam erat tangannya. Key tidak tahu apakah membawa Alcides ke rumah orang tua Vivianne adalah ide yang bagus atau tidak. Tapi, Key sudah tidak bisa memikirkan solusi lain selain membawa Alcides ke rumah Barone Mevusa.
Hutan yang ada di belakang kediaman Baron memang tidak memiliki hewan buas di dalamnya. Tapi, bukan berarti meninggalkan seorang anak sendirian di sana adalah ide yang bagus. Alcides yang bisa bertahan selama dua minggu di dalam hutan sebelum akhirnya menemukan desa adalah sebuah keajaiban. Entah bagaimana cara bocah ini bertahan sendirian di dalam hutan. Yang jelas, Alcides benar-benar hebat.
Sekarang, bagaimana jika Baron dan Baroness Mevusa menolak kedatangan Alcides yang tiba-tiba? Bagaimana jika mereka mengira kalau Key menculik seorang anak dan meminta tebusan pada orang tua bocah ini untuk membayar hutang? Lebih parah lagi, bagaimana jika mereka mengira kalau Alcides adalah anak haram yang selama ini Viivianne sembunyikan? Key harus menjelaskan seperti apa nanti? Haruskah dia mengatakan dengan jujur jika Alcides adalah anak dari kaisar? Toh, orang-orang di sini kan tidak tahu bagaimana rupa Putra Mahkota dan kaisar. Bahkan, sebenarnya mereka tidak tahu sama sekali bagaimana rupa keluarga kekaisaran karena letak desa ini yang begitu jauh dari ibukota. Ditambah, keluarga kekaisaran yang sama sekali tidak pernah berkunjung ke desa ini. Bahkan, bantuan yang datang ke desa ini pun tidak pernah sampai. Karena para pengirimnya sudah menyerah terlebih dahulu sebelum sampai.
"Apa Alci tidak punya saudara?" tanya Key. Berbasa-basi. Dia kan adalah orang yang paling tahu kalau Alcides adalah anak semata wayang.
Key sengaja memperlambat langkah kakinya. Selain menyamakan langkah kaki mungil Alcides, dia juga sedang berusaha mengulur waktu. Agar otaknya yang hanya bisa lancar saat menghitung uang ini bisa memikirkan alasan yang tepat dan masuk akal untuk membawa Alcides ke rumah Baron.
"Tidak! Alci sendirian. Hanya papa yang memiliki saudara. Papa meminta Alci memanggil saudara papa dengan sebutan paman." jawab Alcides jujur.
"Apa Alci suka paman?" tanya Key lagi.
Dia juga tahu dengan baik kalau Alcides tidak menyukai Terence. Karena pria itu tidak pernah menunjukkan ekspresi selain wajah datar dan dingin. Key tahu kalau dia adalah orang yang membuat kepribadian Terence sebagai pria dingin tanpa perasaan. Tapi, tidak bisakah pria itu memilih orang-orang yang pantas diacuhkan dan tidak? Alcides kan tidak salah apapun.
"Tidak! Alci tidak terlalul suka paman. Paman selalu saja bersikap dingin pada Alci. Jadi, Alci pikir paman pasti membenci Alci." kata Alcides lagi.
Key menggenggam tangannya. Lihat apa yang sudah dilakukan pria dingin sialan itu pada Alcides! Dia membuat bocah manis ini jadi salah paham padanya. Padahal, Terence adalah orang yang sangat menyayangi Alcides lebih dari siapapun. Bahkan, lebih dari kaisar dan ratu sendiri. Tapi, perasaan sayang yang diselimuti oleh sikapnya yang acuh dan dingin itu membuat Alcides jadi salah paham dan mengira Terence membencinya.
Key memang tidak ingin ikut campur dalam cerita yang baru dimulai ini. Karena dia takut akan mengubah alur ceritanya. Lebih parah lagi, masuk ke dalam alur. Tapi, tidak masalah jika hanya sedikit saja kan? Toh, ini juga demi terciptanya hubungan yang baik antara paman dan keponakannya. Kalau hanya begini sih tidak akan terlalu banyak mengubah alur ceritanya. Dan yang paling penting, tidak membuat Key menjadi bagian dari alur cerita. Yang Key inginkan dari kehidupan keduanya kali ini hanyalah hidup nyaman setelah membayar hutang Baron dan Baroness Mevusa. Itupun jika jiwa asli Vivianne tidak kembali ke tubuhnya.
"Alci mungkin tidak mengetahui hal ini karena masih kecil. Tapi, Alci harus tahu satu hal. Dan, hal ini sangat penting." kata Key sembari mengangkat jari telunjuknya.
Alcides mengangkat kepalanya. Papa dan mamanya bilang, Alcides harus selalu mendengarkan orang yang jadi lawan bicaranya. Terutama jika orang itu mengatakan 'sangat penting' atau 'harus medengarkan'. Itulah kenapa Alcides menaruh semua perhatian yang dia punya untuk Key.
Key menoleh. Terrsenyum. Bocah laki-laki ini sangat menggemaskan!
"Alci harus tahu kalau terkadang mata kita bisa menipu. Apa yang dia lihat belum tentu adalah kenyataan. Karena itu, hanya karena paman Alci terlihat tidak menyukai Alci, bukan berarti dia seperti itu. Bisa saja paman Alci hanya malu, kan?" kata Key sembari tersenyum.
Alcides merenung sejenak. Selama ini, adik dari papanya itu memang tidak pernah terlihat bicara dengan siapapun. Semua pekerja di rumah pun tidak ada yang berani mendekati pamannya. Hanya Tuan Leo saja yang berani. Karena Tuan Leo adalah asisten pribadi papanya. Itupun selalu Tuan Leo duluan yang mengajak pamannya bicara. Kalau begitu, mungkin ucapan gadis di samping Alcides ini benar. Alcides hanya harus jadi lebih beran.
Baiklah! Alcides akan mencobanya. Dia akan mengajak pamannya bicara terlebih dahulu ketika dia sudah tiba di rumah.
Key menghela nafas lega ketika dia tiba di depan pintu masuk. Ketiga pelayan muda itu sepertinya sedang bekerja di dalam rumah, atau mungkin dapur. Sekarang, Key hanya harus menyelundupkan Alcides ke dalam kamarnya. Lalu, mengirim surat pada Terencce agar dia segera datang menjemput keponakannya. Dengan begitu, Key jadi tidak perlu menjelaskkan apapun pada Baron dan Baronnes Mevusa. Dan yang paling penting, Key bisa membayar hutang mereka andaikan Terence memberinya imbalan.
"Vivi?!" seru Baron Mevusa yang entah kembali dari mana.
Key menoleh dengan tubuh yang kaku. Dia tersenyum. Melambaikan tangan kirinya.
Sialan! Key belum memikirkan alasan kenapa dia bisa menemukan Alcides. Apa yang harus Key lakukan sekarang? Dia sudah tertangkap basah.
"Anak siapa yang Vivi bawa?" tanya Baroness Mevusa.
"Ah, ini... Dia.... Maksudnya beliau adalah Putra Mahkota. Pangeran Alcides Wis Heroic." kata Key jujur.
Baron dan Baroness Mevusa tersentak. Mereka menatap Alcides yang bersembunyi di balik punggung Key. Kedua orang tua itu seketika membungkukkan badannya. Memberi salam pada calon pemimpin dari negara yang mereka tempati.
"Salam saya pada mutiara Kekaisaran Heroic. Semoga anda selalu bersinar dengan indah." kata keduanya kompak.
Alcides menatap Key yang terlihat bingung. Alcides sering mendengar orang-orang memberi salam seperti itu padanya. Selama ini, orang tuanya-lah yang selalu menjawab salam itu untuknya. Karena Alcides sendirian sekarang, dia jadi tidak tahu bagaimana caranya menjawab salam.
"Tidak apa-apa, Alci! Kau tidak perlu memberi salam!" kata Key sembari mengusap rambut Alcides yang selembut kapas. Perawatan seorang putra mahkota memang berbeda, ya.
"Mereka berdua adalah ayah dan ibu saya, Baron dan Baroness Mevusa. Ini mungkin agak terlambat. Tapi, biar saya perkenalkan diri saya. Nama saya adalah Vivianne Pink Mevusa." kata Key.
"Kami dengan senang hati menyambut anda dalam rumah kami yang sederhana, Yang Mulia!" kata Baron sembari membungkukkan badannya.
Key tersenyum canggung. Walaupun kedua orang tua Vivianne tidak keberatan dengan kehadiran Alcides yang terlalu tiba-tiba. Tapi, mereka tetap terlihat seperti butuh penjelasan. Apalagi Baroness Mevusa yang sedari tadi terus menatap Key.
Baiklah! Key akan menceritakannya nanti. Tapi, setelah Alcides mandi, makan, dibersihkan lukanya dan istirahat. Kalau perlu sih sampai Terence datang dan menemukan putranya. Tapi, sepertinya Baroness Mevusa tidka bisa menunggu sampai selama itu, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang bertengkar. Parahnya, Key bukan pergi ke alam baka. Melainkan, masuk ke tubuh putri baron miskin dalam nove...