Light 45

4.5K 508 30
                                    

"Apa baru anda tamu yang sudah datang, Tuan Count?" tanya Key pada seorang pria muda berusia 22 tahun yang berdiri di depannya.

Pria muda yang tak lain dan bukan adalah Imeguel Lar Lizela itu mengangguk. Dia tersenyum ramah. Imeguel merupakan seorang Count sekaligus salah satu tokoh figuran favorit Key. Dulu, Key pernah berencana membuat Imeguel sebagai pemeran pembantu yang memiliki peran penting untuk mengungkapkan siapa penjahat yang sebenarnya. Tapi, rencana itu batal karena Key tidak tahu bagaimana cara membuat Imeguel terhubung dalam cerita ini. Alhasil, Imeguel yang sempurna ini jadi terbuang sia-sia begitu saja.

Key sama sekali tidak menduga kalau tokoh pembantu yang kehadirannya hanya seperti angin lalu ini ternyata bisa setampan ini. Terlebih, sifat dan sikapnya itu sangat cocok untuk seorang pemeran utama pria.

Imeguel adalah sosok pria yang hangat, murah senyum, ramah, baik, pekerja keras, humoris, rendah hati, dan blablabla. Pokoknya pria ini sempurna. Sangar bertolak belakang dengan Terence.

Haruskah Key menikahi Imeguel saja setelah dia bercerai dengan si patung es berjalan itu? Kalau begitu, Key harus mendekati Imeguel mulai sekarang. Tapi, sayangnya Key harus menjaga kesetiaannya pada Terence. Karena memang seperti itulah isi perjanjian mereka.

"Tu... Yang Mulia Ratu... Yang Mulia Ratu!"

Key tersentak kaget. Dia seketika sadar dari lamumannya.

"Iya? Anda memanggil saya?" tanya Key. Masih dengan wajah terkejutnya.

"Apa anda baik-baik saja? Anda kelihatan tidak enak badan." kata Imeguel dengan ekspresi khawatir di wajah tampannya yang terlihat seperti karya seni seorang dewa.

"Saya baik-baik saja. Hanya memikirkan beberapa hal kecil."

Pria dengan rambut biru dan mata kuning itu mengangguk.

"Kalau begitu, saya pamit untuk menyambut tamu yang lain. Silakan duduk di kursi anda dan nikmati jamuannya."

Imeguel mengangguk. Pria lajang yang belum pernah pacaran seumur hidupnya itu melangkah pergi.

Ada alasan tersendiri mengapa Imeguel masih lajang. Itu karena dia sibuk mengurus ayahnya yang sakit keras.

Yah, Key yang menulis soal hal itu. Karena Key pikir akan seru jika ada tokoh figuran yang hidup menderita juga. Haha... Key sepertinya akan sangat dibenci jika dia benar-benar menjadi penulis terkenal karena hobinya dalam menyiksa para tokoh cerita.

Sementara itu, Key berdiri di depan pintu masuk aula rapat. Bersiap menyambut para bangsawan yang seharusnya datang 2 menit lagi.

Setelah menunggu selama 2 menit, para bangsawan yang masuk dalam daftar undangan seketika berkumpul. Persis seperti semut saat melihat madu. Syukurlah mereka datang tepat waktu. Karena jika tidak, maka akan ada pemenggalan kepala hari ini.

Datang terlambat saat diundang oleh orang penting ataupun bangsawan tingkat tinggi merupakan kesalahan yang bisa membuat seseorang dihukum mati. Kecuali jika mereka bisa memberikan alasan yang masuk akal. Juga disertai bukti. Jika tidak ada bukti yang valid, maka orang itu tidak akan pernah diundang dalam acara apapun oleh siapapun.

Itu adalah hukum tidak tertulis yang ada di kekaisaran ini.

Rapat itu dimulai sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sementara itu, Terence yang sedang memperhatikan Key lewat sihir ruang memasang wajah dingin. Terutama ketika Key tengah bicara dengan Imeguel.

Sihir ruang adalah sihir yang bisa membuat seseorang mengawasi orang lain. Bisa dibilang, sihir ini bekerja seperti kamera pengawas. Asalkan sang pengguna sihir tahu dimana orang yang akan dia awasi berada. Dan dalam kasus Key, Terence tahu dimana bocah jamur itu berada. Bukan hanya itu, Terence bahkan tahu akan ada di mana Key 2 tahun lagi. Itu karena Terence tahu semua jadwal Key.

Kenapa Terence bisa mengetahui semuanya? Entahlah. Terence juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba saja ingin mengetahui semua jadwal Key.

"Selidiki Count Lizela dan cari kesalahan apa yang bisa membuatnya dihukum mati." kata Terence dengan wajah serius.

Elven yang mendengar ucapan Terence hanya bisa menghela napas pelan. Bahkan Elven yang sering disebut sebagai 'Terence Kedua' pun tidak serumit ini saat jatuh cinta dengan Crisantimum. Elven langsung mengakui perasaannya pada penyihir wanita itu. Berbeda dengan Terence yang terus menyangkal.

Hah! Mau sampai kapan kaisar bodoh dan tidak peka ini menyangkal perasaannya sendiri. Elven benar-benar sudah muak melihatnya.

"Tuan Imeguel adalah sosok yang patuh pada negara, Yang Mulia. Beliau tidak memiliki catatan buruk walau hanya sedikit saja. Jadi, mencari duri di bunga matahari adalah hal yang mustahil." kata Elven.

"Cari saja kesalahan yang sepele seperti telat membayar pajak atau semacamnya. Aku akan mencari cara sendiri untuk membuatnya dihukum dengan berat." Terence masih kukuh dengan pendiriannya.

Elven menghela napas panjang. Jika tidak mengundurkan diri sekarang, rasanya dia akan mati muda sebelum sempat menikahi Crisantimum.

"Akui saja, Yang Mulia! Anda menyukai istri anda. Akui perasaan anda dan anda akan mengerti mengapa anda melakukan banyak hal bodoh akhir-akhir ini." kata Elven kesal.

"Memangnya kapan aku pernah melakukan hal bodoh?" tanya Terence dengan wajah datar yang terlihat begitu menyebalkan di mata Elven.

Sebagai sahabat Terence, Elven sudah sering sekali melihat ekspresi datar di wajah Terence. Tapi, entah kenapa yang satu ini terlihat begitu menyebalkan. Sangat menyebalkan sampai rasanya Elven rela mati demi bisa memukul kepala Terence.

Elven balas menatap Terence datar.

"Baiklah! Aku memang melakukan hal yang bodoh. Tapi... itu bukan karena aku menyukai si kepala jamur yang bodoh itu." kata Terence yang masih enggan mengakui perasaannya pada Key.

"Apa yang membuat anda terus menyangkal?"

Terence menatap Key yang kini memimpin rapat antar bangsawan itu dari layar sihir yang ada di depan wajahnya.

"Aku tidak menyangkal apapun."

"Apa anda takut jika Yang Mulia Ratu berakhir seperti mendiang ibu anda?" tanya Elven.

Terence menarap Elven sekilas. Pria itu diam. Elven menghela napas pelan.

"Ibuku berasal dari desa terpencil dekat laut. Ibuku selalu menderita karena terkurung dalam istana dan tidak bisa melakukan apapun. Ayah memang sangat mencintai ibu. Tapi, cinta saja tidak cukup untuk membuat ibu sanggup bertahan hidup. Semua orang menekan ibu dengan ekspektasi mereka. Lantas, menghina ibu ketika tidak sanggup memenuhi ekspektasi yang mereka buat sendiri." Terence menatap Key yang terlihat begitu serius, "Aku takut jika Vivianne akan berakhir seperti ibu. Aku takut kehilangan seseorang lagi. Lebih baik melihatnya bahagia dengan orang lain dibandingkan menderita saat bersamaku."

Elven menatap Terence datar. Yah, Elven tahu kalau dia seharusnya memasang wajah sedih sekarang. Tapi, bagaimana ya... Mana mungkin Elven bisa memasang wajah sedih atas hal yang seharusnya tidak dihadapi dengan wajah seperti itu.

"Semua kekhawatiran anda tidak ada artinya, Yang Mulia. Daripada mengkhawatirkan istri anda, bukankah lebih baik jika anda mengkhawatirkan kesehatan mental para bangsawan? Saya yakin jika dokter khusus mental akan penuh." kata Elven santai.

"Apa maksudmu?" tanya Terence dengan wajah bingung.

"Lihatlah apa yang dilakukan istri anda, saat ini!"

Terence menatap layar di depannya. Dan, pemandangan yang tersaji di sana adalah Key yang sedang menyembur beberapa orang bangsawan dengan teh. Para bangsawan berusaha melarikan diri dengan berlari. Tapi, Key mengejar mereka sembari terus menyemburkan teh dengan teko teh di tangannya.

"Apa yang si bocah jamur itu lakukan?!" tanya Terence tidak percaya.

The Light Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang